Minggu, 21 Juni 2015

 KEPERCAYAAN MASYARAKAT PEKAJANGAN TERHADAP MISTIK

Penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Antropologi Agama
Dosen Pengampu : Inarotuzzakiyati Darajah  M.Si




Disusun oleh  :
Aris Priyanto               (2032113006)

Prodi               :  S1 Akhlak Tasawuf

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/0/07/Logo_STAIN_Pekalongan.jpg/220px-Logo_STAIN_Pekalongan.jpg
Bibarakatil Qur’an Wainayatillahi Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Ilahi atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Analisis Keberagamaan Masyarakat : Kepercayaan Masyarakat Pekajangan Terhadap Mistik yang sederhana ini telah selesai kami susun. Penelitian ini kami buat berdasarkan hasil belajar kami dan referensi dari berbagai buku serta kajian lapangan. Salah satu tujuan kami adalah untuk mengetahui dan memberi informasi kepada pembaca tentang tingkat kepercayaan mistik bagi masyarakat pinggirtan kota yaitu di Kelurahan Pekajangan. Dan dengan tujuan yang demikian, kami harap laporan ini bermanfaat bagi semua orang, yang membaca susunan penelitian ini.
Kekurangan dan kesalahan tentu akan terjadi dalam pembuatan laporan ini, maka tegur sapa dari para ahli sangat kami harapkan. Dan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan-kesalahan yang terjadi. Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada  :
1.    Allah SWT, karena atas izin-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu.
2.    Kepada Dosen Inarotuzzakiyati Darojah, M.S.I, selaku dosen mata kuliah Antropologi Agama sekaligus pembimbing dalam membuat penelitian ini.
3.    Kepada orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan do’a kepada kami.
4.    Dan kepada teman-teman juga yang telah memberikan dukungan moral bagi kami.
Dan kami juga memohon kepada Allah semoga buku ini bermanfaat dan menjadi salah satu amal yang diridhio-Nya. Amin.

                                                                                    Penulis

DAFTAR ISI
Cover                                      .................................................................       1         
Kata Pengantar                     .................................................................       2
Daftar Isi                                .................................................................       3
Daftar Tabel                            .................................................................       5
Daftar Grafik                          .................................................................       6
BAB I Pendahuluan             .................................................................       7
1.1     Latar Belakang            .................................................................       7
1.2     Rumusan Masalah       .................................................................       8
1.3     Tujuan dan Manfaat    .................................................................       8
BAB II Kajian Teori             .................................................................       10
2.1 Masyarakat                   .................................................................       10
2.2 Mistik                           .................................................................       10
2.3 Jenis-jenis Mistik          .................................................................       11
2.4 Mistik dalam Pandangan Agama Islam………………………….      14
BAB III Metode Penelitian   .................................................................       16
3.1 Jenis Penelitian             .................................................................       18
3.2 Fokus dan Lokasi Penelitian……………………………..……….     18
3.3 Subyek Penelitian         .................................................................       20
3.4 Metode Pengumpulan Data………………………………..……..     20
3.5 Analisa Data                 .................................................................       23
BAB IV Hasil dan Pembahasan………………………………….……     24
A. Letak Geografis Kelurahan Pekajangan…………...……….……        24
B. Sejarah Munculnya Islam di Kelurahan Pekajangan ……….…..         25
C. Definisi Mistik di Kelurahan Pekajangan…………..……….…..         30
D. Agama Membentuk Kehidupan
     Masyarakat Pekajangan yang Religius ………………………....         35
E. Organisasi Keagamaan Menjadi Perantara Pemahaman
     Mistik Masyarakat Pekajangan Secara Benar…………………..         34
F. Penyimpangan Mistik di Masyarakat Pekajangan…………...….         39
G. Mistik dalam Pandangan Islam…………………………………         40
BAB V Penutup                    ...........................................................…         43       
Simpulan                            ...............................................................         43
Saran                                  ...........................................................…         45
Dafatar Pustaka                    ...........................................................…         46
Lampiran-lampiran              ...........................................................…         48
Lampiran I Dokumentasi   ...............................................................         48
Lampiran II Surat Rekomendasi dari BAPEDA Kabupaten Pekalongan 50
Lampiran III Surat Rekomendasi dari Kecamatan Kedungwuni…...       51
Lampiran IV Surat Rekomendasi dari Kelurahan…………………...       52
Lampiran V Struktur Pemerintahan Kelurahan Pekajangan…………      53
Lampiran VI Peta Kelurahan Pekajangan……………………………      54
Lampiran VII Angket         .................................................................       55

DAFTAR TABEL
1.1  Letak Geografis Kelurahan Pekajangan…………………………           24
1.2  Jarak Ibukota Kelurahan Pekajangan……………………………            25
1.3  Luas Tanah & Penggunaannya di Kelurahan Pekajangan………            25
2.1 Banyaknya Penduduk Menurut Umur…………………………..            26
3.1 Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan Tinggi
      & Tamatan Keluarahan Pekajangan……………………………..            26
3.2 Jumlah Tempat Ibadah Keluarahan Pekajangan…………………           27
3.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Pekajangan….            27
3.4 Banyaknya Sarana & Tenaga Kesehatan………………………..            28












DAFTAR GRAFIK
1.1  Hasil Survei Kepercayaan MAsyarakat Pekajangan
Terhadap Mitos                 .................................................................       35



















BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan ternyata membawa perubahan terhadap segala aspek kehidupan. Hal itu tentunya juga mempengaruhi terhadap cara berfikir masyarakat primitif pada umumnya, terlebih cara berfikir masyarakat modern yang tentunya meninggalkan terhadap hasil peninggalan orang-orang terdahulu. Dimana peninggalan para leluhur yang seharusnya di jaga, akan tetapi malah di tinggalkan dan diangap ketinggalan zaman. Bahkan mereka beranggapan bahwa menggali dan mempelajari sejarah para leluhur adalah cara berfikir kebelakang dan tertinggal. Pandangan tersebut tentu sangat mematahkan semangat para penggali dan para penelusur sejarah.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, akhirnya kami meneliti tentang hal-hal mistik yang ada di desa Pekajangan Kecamatan Kedungwuni. Di desa Pekajangan terdapat beberpa tokoh agama yang merupakan sesepuh dan diakui sebagai leluhur yang mengajarkan syari’at Islam dan mengenalkan berbagai macam hal-hal meistik terhadap masyarakat. Tentunya sudah tepat jika hal-hal mistik yang masih mempunyai hubungan erat dengan agama Islam kita telusuri kembali. Dengan demikian, mistik yang saat ini sudah tidak relevan untuk dibicarakan apalagi untuk dikaji kembali. Hal mistik padahal di dalam Islam sangat dianjurkan dan bahkan diwajibkan untuk mempercayainya. Dikarenakan dalam Islam, mempercayai terhadap hal-hal gaib (mistik) hukumnya wajib, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 3.
Sehingga adanya penelitian ini berusaha untuk menumbuhkan semangat untuk menggali dan menelusuri jejak-jejak dan peninggalan-peninggalan para leluhur. Selain itu, penelitian ini juga berusaha untuk mematahkan metode berfikir orang-orang yang menganggap salah terhadap adanya persepsi ketinggalan zaman dan berfikir mundur para peneliti sejarah. Seharusnya penelitian tentang sejarah itu ditingkatkan dan dikembangkan lebih maju. Dikarenakan penelitian sejarah merupakan penelitian yang menggunakan metode antropologi. Dimana antropologi sangat memudahkan untuk mendapatkan hasil sebuah penelitian secara akurat dan mendalam.
1.2  Rumusan Masalah
·         Letak Geografis Kelurahan Pekajangan
·         Sejarah Munculnya Islam di Kelurahan Pekajangan
·         Pengertian Mistik  di Kelurahan Pekajangan
·         Agama Memebentuk Masyarakat Pekajangan yang Religius
·         Organisasi Keagamaan menjadi Perantara Pemahaman Mistik Secara Benar
·         Penyimpangan Mistik di Masyarakat Pekajangan
·         Mistik dalam Pandangan Islam
1.3  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dalam riset saya ini yang berjudul “KEPERCAYAAN TERHADAP MISTIK MASYARAKAT PEKAJANGAN ”,Yaitu :
·         Untuk mengetahui tentang pengertian dan manfaat  masyarakat tentang kepercayaan terhadap Mistik
·         Untuk mengetahui makna mistik menurut masyarakat Pekajangan
·         Untuk mengetahui jenis-jenis atau macam-macam dan bentuk-bentuk mistik   yang ada di masyarakat Pekajangan
·         Untuk mengetahui pandangan Agama Islama tentang mistik
·         Untuk mengetahui perspektif dan pemhaman masyarakat Pekajangan tentang mistik
·         Untuk mengetahui penyelewengan mistik menurut masyarakat Pekajangan
·         Untuk mengetahui pengaruhnya mistik bagi kehidupan masyarakat Pekajangan


Adapun manfaatnya sebagai berikut :
·         Penulis dan pembaca dapat memahami tentang definisi dan manfaat misik bagi masyarakat Pekajangan
·         Penulis dan pembaca dapat memahami tentang arti dan makna Mistik
·         Penulis dan pembaca dapat memahami macam-macam dan bentuk-bentuk mistik yang ada di masyarakat Pekajangan
·         Penulis dan pembaca dapat memahami mistik dalam pandangan atau kacamata Agama Islam
·         Penulis dan pembaca mengetahui seberapa besar pemahaman masyarakat Pekajangan terhadap mistik
·         Penulis dan pembaca mengetahui terhadap penyelewengan mistik masyarakat Pekajangan
·         Penulis dan pembaca mengetahui seberapa besar pengaruh mistik bagi masyarakat Pekajangan











BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Masyarakat
Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk berdasarekan tatanan sosial tertentu[1]. Dalam ilmu antropologi, masyarakat adalah sekumpulan manusia yang senantiasa saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi” satu sama lain. Sehingga perlu diperhatikan bahwa tidak semua bentuk perkumpulan manusia yang bergaul atau interaksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang lebih khusus. Dimana sekumpulan orang yang mengrumuni seorang tukang penjual gorengan dipinggiran jalan tidak dapat disebut sebagai suatu masyarakat walaupun mereka saling berinteraksi. Karena mereka tidak mempunyai ikatan lain kecuali berupa perhatian terhadap penjual gorengan tadi. Sekumpulan atau sekelompok  manusia tadi disebut dengan kerumunan.
Sedangkan sebuah ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah sebuah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Pola itu harus bersifat kontinu, terarah dan mantap, dimana pola yang khas itu harus sudah menjadi adat istiadat yang khas. Kemudian ikatan adat-istiadat, budaya khas yang meliputi sector kehidupan dan kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat harus juga mempunyai cirri lain, yaitu suatu rasa identitas bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya.[2]
2.2 Mistik
Kata mistik berasal dari bahasa Yunani Meyein yang artinya “menutup mata”. Kata mistik biasanya digunakan untuk menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang misteri. Namun demikian, istilah tersebut telah disimpangkan dan diperluas artinya untuk mencakup manifestasi-manifestasi keagamaan yang dengan secara kuat ditandai dengan subjektivitas indualistik dan dikuasai oleh mentalitas yang tidak dapat melihat apa-apa yang ada di atas pandangan-pandangan eksoterisme. Sehingga mistik biasa dipakai untuk menyebut arus besar keruhanian yang mengalir dalam semua agama. Dalam arti yang luas, mistik dapat di definisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal, yang mungkin disebut kearifan, cahaya, cinta atau nihil.
2.3 Jenis-jenis Mistik
Dilihat dari segi sifatnya kita membagi mistik menjadi dua yaitu:
1.    Mistik Biasa
Mistik biasa adalah mistik tanpa kekuatan tertentu. Dalam Islam mistik yang ini adalah tasawuf. Mistik magis ialah mistik yang mengandung kekuatan tertentu dan biasanya untuk mencapai tujuan tertentu[3].
2.    Mistik Magis
Mistik magis ini di bagi dua, yaitu:
a.    Mistik Magis Putih
Mistik magis putih dalam Islam contohnya adalah mukjizat, karomah, ilmu hikmah. Mistik magis putih di anggap sebagai mistik magis yang berasal dari agama langit (Yahudi, Nasrani, Islam) dan penggunaannya memakai wirid, doa, wafaq-wafaqdan isim-isim. Selain itu, mistik magis putih selalu dekat dan berhubungan dan bersandar pada Tuhan, sehingga dukungan Ilahi sangat menentukan. Hal ini berjalan sejak zaman kenabian (mukjizat) dan selainnya disebut karomah. Kekuatan supranatural para Nabi juga ada yang ditunjukkan melalui benda seperti mukjizat nabi Musa, dimana dalam benda seperti itu telah terdapat kekuatan ilahiah (Ibn Khaldun, Muqadimah, 1986:690).
Rasulullah SAW ketika bersama dengan Abu Bakar di gua Tsur pernah membaca surat al-mu’awidzatain (surat al-Nas dan al-Falaq) untuk mengobati Abu bakar yang disengat binatang dengan cara menyemburkan pada luka Abu Bakar dan atas izin Allah luka itu sembuh seketika.
b.    Mistik Magis Hitam
Mistik magis hitam contohnya adalah santet dan sejenisnya yang menginduk ke sihir, bahkan boleh jadi mistik magis hitam itu dapat disebut sihir saja. Mistik magis hitam berasal dari luar agama langit (Yahudi, Nasrani, Islam) dan dalam prakteknya menggunakan mantra, jampi, rajah-rajahdan jimat. Mistik magis hitam bersandar pada kekuatan setan dan roh jahat.
Setelah itu, ada beberapa hal yang mempunyai hubungan atau termasuk hal-hal Mistik, antara lain:
1.    Ilmu Gaib
          Ilmu gaib di sini adalah cara-cara dan maksud menggunakan kekuatan-kekuatan yang di duga ada di dalam gaib, yaitu yang tak dapat di amati oleh rasio dan pengalaman fisik manusia.
          Kekuatan gaib ini di percayai ditempat-tempat tertentu, pada benda-benda (pusaka) ataupun  berada dan menjelma dalam tubuh manusia. Berdasarkan fungsinya, kekuatan gaib dibagi menjadi:
1. Kekuatan gaib hitam (black magic) untuk dan mempunyai pengaruh jahat.
2. Kekuatan gaib merah (red-magic) untuk melumpuhkan kekuatan atau kemauan orang lain (hypnotisme).
3. Kekuatan gaib kuning (yellow-magic), untuk praktik occultisme.
4. Kekuatan gaib putih (white-magic), untuk kebaikan.
2.    Magic
            Magic adalah suatu tindakan dengan anggapan bahwa kekuatan gaib bisa mempengaruhi duniawi secara nonkultus dan nonteknis berdasarkan kenangan dan pengalaman. Orang mempercayai bahwa karenanya orang dapat mencapai suatu tujuan  yang diingininya dengan tak memperlihatkan hubungan sebab akibat secara langsung antara perbuatan dengan hasil yang di ingini.
           
Hal-hal yang berhubungan dengan magic antara lain:
1.      Magic dan Takhayul
Orang percaya bahwa untuk membunuh seseorang dapat dipergunakan bagian yang berasal dari tubuh orang yang dimaksud.
2.      Magic dan Ilmu Gaib
Mempercayai kemampuan membunuh dengan menggunakan keampuhan rambut dan kuku melalui proses pengolahan tertentu secara irasional tergolong ilmu gaib.
3.      Magic dan Kultus
Perbuatan yang di anggap mempunyai kekuatan memaksakan kehendak kepada supernaturan (Tuhan).
3. Kebatinan
            Menurut Prof. Djojodiguno, S.H., berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, aliran kebatinan dapat dibedakan menjadi:
1.      Golongan yang hendak menggunakan kekuatan gaib untuk melayani berbagai keperluan manusia (ilmu gaib).
2.      Golongan yang berusaha untuk mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan selama manusia itu masih hidup agar manusia dapat merasakan dan mengetahui hidup di alam baka sebelum mengalami kematian.
3.      Golongan yang berniat mengenal Tuhan (selama manusia itu masih hidup) dan menebus dalam rahasia ketuhanan sebagai tempat asal dan kembalinya manusia.
4.      Golongan yang berhasrat untuk menempuh budi luhur di dunia serta berusaha menciptakan masyarakat yang sling menghargai dan mencintai dengan senantiasa mengindahkan perintah-perintah Tuhan[4].


4. Tasawuf dan Tarekat
            Tasawuf disebut juga mistisme Islam yang memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga di sadari benar bahwa seseorang bearti di hadirat Tuhan.
            Menurut Harun Nasution, intisari dari mistisisme (termasuk tasawuf) adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan, dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran berada dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ittihad (bersatu dengan Tuhan).
          Tarekat pada mulanya diartikan sebagai jalan yang harus dilalui oleh seorang sufi dengan tujuan berada sedekat mungkin (taqarub) dengan Tuhan. Kemudian tarekat mengandung organisasi (tarikat), tiap organisasi tarekat mempunyai Syekh, upacara ritual, dan zikir serta nama tersendiri.
          Pelaksanaan tarekat itu antara lain:
1.      Zikir, yaitu ingatan yang terus menerus kepada Allah dalam hati, serta menyebut nama-Nya dengan lisan.
2.      Ratib, yaitu menyebut la ilaaha illa Allah dengan gaya gerak dan irama tertentu.
3.      Muzik, yaitu dalam membaca wirid-wirid diiringi bacaan-bacaan supaya lebih khidmat.
4.      Bernafas, yaitu mengatur nafas pada waktu melakukan zikir tertentu.
2.4 Mistik dalam Pandangan Agama Islam
Di dalam Islam pengetahuan mistik diperoleh melalui jalan tasawuf. Pengetahuan yang diperoleh misalnya tercakup dalam istilah ma’rifat, al-ittihad, atau hulul. Pengetahuan mukasyafah, juga termasuk pengetahuan mistik dalam tasawuf yang diperoleh memang bukan melalui jalan indera atau jalan rasio.[5]
Pada umumnya pengetahuan mistik diperoleh dengan latihan yang disebut riyadlah. Dari riyadlah  itu manusia memperoleh pencerahan, memperoleh pengetahuan yang dalam tasawuf disebut ma’rifat.
Dalam pandangan para sufi, cara memperoleh pengetahuan mistik disebut juga thariqat yang terdiri dari maqam-maqam untuk menggapai Tuhan. Pada umumnya cara untuk memperoleh pengetahuan mistik adalah latihan yang disebut jugariyadhah. Dari sinilah manusia memperoleh pencerahan yang dalam tradisi tasawuf disebut dengan istilah ma’rifah.Begitu pula dengan pengetahuan mistik yang di luar regional agama, cara untuk mendapatkannya adalah latihan batin.  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode untuk mendapatkan pengetahuan mistik adalah latihan.[6]
          Kebenaran pengetahuan mistik di ukur dengan berbagai ukuran. Apabila pengetahuan mistik berasal dari Tuhan yang menyebutkan demikian. Ketika Tuhan (Allah) mengatakan dalam al-Qur’an bahwa surga neraka itu ada,  maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar.Adakalnya ukuran kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaan seperti kepercayaan kita bahwa ijn bisa melakukan sesuatu pekerjaan. Sehingga sesuatu dianggap benar apabila kita mempercayainya.
          Sedangkan ukuran kebenaran pengetahuan mistik yang berupa teori adalah dengan bukti empiris, seperti kebal terhadap benda tajam yang ditusukkan kepada tubuhnya. Oleh karena itu, satu-satunya pengetahuan dapat disebut mistik adalah kita tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat yang ada di dalam sesuatu kejadian mistik.[7]



BAB III
METODE PENLITIAN
Dalam penelitian yang saya lakukan ini, tentunya saya dalam melakukan riset membutuhkan beberapa cara atau metode atau bahkan langkah dalam melakukan penelitian suapaya saya mendapatkan hasil sebuah penelitian yang baik, akurat dan benar sesuai dengan ketentuan dan teori yang telah saya dapatkan dan pelajari. Kemudian langkah penulisan dalam penelitian saya adalah sebagai berikut :
·         Mencari sebuah duduk perkara atau pokok-pokok permasalahan yang ada untuk dikaji atau diteliti yaitu permasalahannya tentang kepercayaan mistik pada masyarakat
·         Setelah itu saya membuat latar belakang atau alasan kenapa saya mengkaji hal tersebut untuk saya jadikan sebagai obyek penelitian, dengan mempertimbangkan tujuan dan manfaat penelitian saya ini
·         Kemudian saya berusaha menentukan metode atau langkah-langkah dalam melakukan penelitian yang sesuai dengan tema dari penelitian saya
·         Saya mencari dan mengumpulkan data dalam bentuk pustaka dan lapangan, pustaka yaitu mengumpulkan berbagai referensi untuk sebuah acuan dan pedoman serta sebagai sumber teori dalam tema saya, kemudian lapangan yaitu dengan cara wawancara  terahdap beberapa mahasiswa yang memiliki kriteria yang sesuai dengan kebutuhan dan tema riset saya untuk proses penelitian
·         Setelah itu saya menyusun data yang telah didapat
·         Mengoreksi dan mengambil kesimpulan dari hasil panelitian saya
Sedangkan langkah atau kronologi lapangan dalam penelitian saya adalah selain mencari duduk perkara, saya mencari lokasi yang cocok, sesuai dan tepat dengan judul dari penelitian saya, yaitu Kelurahan Pekajangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.
Kemudian saya mencoba mendatangi kantor kelurahan untuk menemui Lurah Pekangan untuk meminta rekomendasi penelitian dan untuk menanyakan serta meminta letak geografi kelurahan Pekajangan serta memohon izin untuk melakukan penelitian di daerah tersebut, Akan tetapi Lurah Pekajangan meminta saya untuk mengikuti prosedur atau peraturan pemerintah setempat, kemudian saya meminta surat keterangan penelitian dari STAIN Pekalongan. Setalah saya menunjukan surat keterangan penelitian, Lurah meminta saya untuk membawa surat tersebut untuk dibawa ke BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kab.Pekalongan di daerah Kajen untuk meminta surat Rekomendasi penelitian.
Setelah saya mendapatkan surat rekomendasi dari BAPPEDA dengan berbagai persyaratan dan perdebatan, kemudian saya menuju ke Kecamatan Kedungwuni untuk meminta surat rekomendasi dari kecamatan. Setelah itu saya menuju ke Kelurahan untuk meminta perizinan dalam penelitian di Kelurahan Pekajangan. Kelurahan meminta saya untuk melengkapi persyaratan rekomendasi penelitian dan menunjukan bahan-bahan untuk melakukan wawancara dan penelitian seperti pertanyaan untuk tokoh masyarakat dan masyarakat umum, sampling dan questioner berupa angket untuk disebarkan ke beberapa orang di Kelurahan Pekajangan. Setelah itu saya baru diberi letak geografi Kelurahan Pekajangan dan beberapa data-data tentang penduduk sekitar.
Kemudian saya mendapat surat perizinan dari Kelurahan Pekajangan untuk melakukan penelitian dengan memberitahukan dan mengantarkan surat pemberitahuan dari Kelurahan Pekajangan kepada ketua RT-RT yang ada di tempat target lokasi yang akan saya kunjungi yaitu di Kelurahan Pekangan Gg. 19 dan Gg. 23. Karena beberapa alasan yang sangat kuat, yang akan di bahas pada poin 3.2 Fokus dan Lokasi Penelitian. Dengan melampirkan bukti-bukti yang ada sebagai penguat dalam melakukan penelitian di Bab VI Lampiran-lampiran.
Sedangkan penjelasan langkah atau metode penelitian yang saya gunakan, sebagai berikut :
3.1  Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah sebuah penelitian fenomenologi Agama yang mana fokus utama fenomenologi Agama adalah aspek pengalaman keagamaan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan menomena keagamaan secara konsisten dalam orientasi keimanan dan kepercayaa objek yang di teliti. Pendekatan ini melihat agama sebagai komponen yang berbeda dan dikaji secara hati-hati berdasrkan sebuah tradisi keagamaan untuk mendapatkan pemahaman di dalamnya. Fenomenologi agama muncul dalam upaya untuk menghindari pendekatan-pendekatan yang sempit, etnosentris, dan normatif dengan berupaya mendeskripsikan pengalama-pengalaman agama dengan akurat.[8]
3.2  Fokus dan Lokasi Penelitian
Penelitia ini saya fokuskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat Pekajangan terhadap mistik. Dikarenakan kepercayaan terhadap mistik yang ada di masyarakat Pekajangan sudah mulai hilang. Hal itu terjadai karena adanya salah pemahaman terhadap mistik. Dimana mistik dipahami oleh masyarakat pekajangan sebagai kepercayaan yang salah, hal itu karena bebereapa faktor:
1.      Mistik adalah kepercayaan para orang-orang dahulu
2.      Mistik berhubungan dengan pemujaan, sesajen, klenik, dukun, pusaka,jimat, dll
3.      Mistik mengarah pada kesesatan dan kemusyrikan
4.      Pemahaman yang salah terhadap mistik
5.      Percaya dengan mistik dianggap melanggar syari’at Islam
Sedangkan penelitian ini kami fokuskan kepada masyarakat Pekajangan khususnya di gang 19 dan gang 23. Dikarenakan ada beberapa faktor yang menarik di gang 19 antara lain:
1.      Kyai Abdur Rahman yang merupakan pendiri Muhammadiyyah pernah tinggal dan berkiprah di sana.
2.      Terdapat Mushala tertua yang merupakan bangunan sejarah kemunculan dan perkembangan Islam di Pekajangan.
3.      Terdapat Pon.Pes. Az-Zahra yang siap menampung siapa saja untuk belajar agama, khususnya belajar Al-Qur’an.
4.      Terdapat pendidikan seperti MI Walisongo, MA Walisongo, dan SD Muhammadiyyah 3 Pekajangan.
5.      Terdapat makam Mbah Gobol (Kyai Hambali) yang merupakan tokoh Islam pertama di Pekajangan. Dimana asal usul beliau berbeda pendapat mulai dari ulama
6.      Terdapat tokoh NU yang berpengaruh dan terpandang serta masih memiliki hubungan dengan sejarah Pekajangan.
7.      Terdapat Mitos bahwa makam Mbah Gombol bisa menjadi perantara untuk menghilangkan kekuatan gaib, keris, sihir, dll.
Selain itu, kami juga akan meneliti di Pekajangan Gang 23, karena disana juga terdapat berbagai hal yang menarik dan perlu diteliti, antara lain:
1.      Terdapat makam Kyai Gemilang yang merupakan salah satu tokoh yang mempunyai sejarah di Pekajangan khususnya di gang. 23.
2.      Terdapat 2 rumah gedong kosong yang menurut cerita masyarakat sering ada penampakan-penampakan.
3.      Terdapat MTs Walisongo yang tentunya juga mempunyai sejarah tersendiri.
4.      Mata pencaharian masyarakat yang dulunya menenun sarung, sekarang menjadi menenun perban.
5.      Masyarakat kebanyakan pegawai tentunya memiliki kepribadian yang sangat berbeda dengan masyarakat pada umumnya.
6.      Sebagian Masyarakat yang berkeja di Pabrik juga memiliki kepribadian sosial yang berbeda dengan masyarakat yang Pegawai.
7.      Para pemuda yang berpendidikan hingga perguruan tinggi tentunya memiliki pemikiran yang ilmiah dan intelektual dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan.
8.      Terdapat Panti Asuhan Aisyah yang kebanyakan anak yatimnya sekolah di Mu’allimin Ambokembang.
9.      Terdapat Sarana Olah Raga berupa lapangan Badminton.
Demikianlah alasan yang kami jadikan pertimbangan dalam penelitian kami di Kelurahan Pekajangan, khususnya di gang.19 dan 23.
3.3  Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini, orang-orang yang menjadi subyek penelitian adalah masyarakat, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Selain itu kami juga mendapat saran dari  tokoh agama untuk mencari informasi dari orang-orang yang terkait dan dibutuhkan dalam penelitian. Sehingga kami mendapatkan informasi secara akurat, lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan.
3.4  Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian menggunakan metode pengumpulan data dengan metode wawancara dan metode angket.
a.       Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Melaksanakan teknik wawancara berarti melakukan interaksi komunikasi atau percakapan antara pewawancara (interviewer) dan terwawancara (interviewee) dengan maksud menghimpun informasi dari interviewee. Interviewee pada penelitian kualitatif adalah informan yang daripadanya pengetahuan dan pemahaman diperoleh
Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan peneliti berkeinginan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan informan lebih mendalam. Sebagai pegangan peneliti dalam penggunaan metode interview adalah bahwa subjek adalah informan yang tahu tentang dirinya sendiri, tentang tindakannya secara ideal yang akan diinformasikan secara benar dan dapat dipercaya. Dengan demikian mengadakan wawancara atau interview pada prinsipnya merupakan usaha untuk menggali keterangan yang lebih dalam dari sebuah kajian dari sumber yang relevan berupa pendapat, kesan, pengalaman, pikiran dan sebagainya.[9]
b.    Angket
Angket tidak lain juga merupakan alat pengumpul data yang berupa daftar pertanyaan, namun diisi sendiri oleh responden. Daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden ini dapat sampai ke responden dengan cara dikirim melalui pos atau media lainnya. Cara pengisian daftar pertanyaan dapat dilaksanakan melalui dua cara yaitu:
·      Dilakukan sendiri oleh responden tanpa kehadiran peneliti.
·      Dilakukan sendiri oleh responden, namun dengan kehadiran penelitii atau petugas yang ditunjuk untuk memberi penjelasan-penjelasan tertentu.
Pada saat mengisi, responden bebas menentukan apa yang harus diisi tanpa intervensi pihak lain. Untuk memastikan apakah angket yang akan dikirimkan kepada responden benar-benar dapat dipahami maknanya dan cara mengisinya, sangat disarankan untuk menguji cobakan beberapa kali, sehingga peneliti yakin akan memperoleh data yang dapat dipercaya dengan versi angket yang terakhir. Disamping itu keberadaan petunjuk pengisian yang jelas adalah suatu keharusan, walaupun pendampingan pengisian dimungkinkan untuk itu.[10]
Angket atau questionnaire adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti. Responden ditentukan berdasarkan teknik sampling.
Angket digunakan untuk mendapatkan keterangan dari sampel atau sumber yang beraneka ragam yang lokasinya sering tersebar didaerah yang luas, nasional ada kalanya internasional. Peneliti rasanya tidak mungkin untuk bertemu muka secara pribadi dengan semua responden karena alasan biaya dan waktu.
Angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden atau juga mengenai pendapat atau sikap.
Angket dapat misalnya digunakan untuk memperoleh keterangan tentang sekolah (jumlah guru, pegawai, ruang kelas, fasilitas, jumlah murid, dan sebagainya), tentang guru (usia, jenis kelamin, pendidikan, kedudukan, kesulitan dalam pengajaran, beban mengajar, dan sebagainya) tentang sikap mengenai masalah sosial, ekonomi, politik, moral dan sebagainya.[11]
1.      Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka data dianalisis untuk mendapatkan konklusi. Analisis data ialah proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan di interpretasikan. Adapun metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah:
§  Metode kajian isi (content analysis)
Sesuai dengan data yang diperoleh dari penelitian ini, maka teknik analisis data yang digunakan adalah content analysis seperti yang diungkapkan oleh Holisti, yang dikutip oleh Lexi J. Moleong, content analysis adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik pesan dan dilakukan secara obyektif dan sistematis.[12] Teknik ini digunakan untuk menarik pesan maupun beberapa pendapat yang ada pada buku-buku Ilmu Antropologi dan Antropolgi agama.
§  Metode deskriptif analisis
Adapun metode yang dilakukan adalah deskriptif analisis, model penelitian yang berupaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang ada.[13]
3.5  Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka data dianalisis untuk mendapatkan konklusi. Analisis data ialah proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan di interpretasikan. Adapun metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah:
§  Metode kajian isi (content analysis)
Sesuai dengan data yang diperoleh dari penelitian ini, maka teknik analisis data yang digunakan adalah content analysis seperti yang diungkapkan oleh Holisti, yang dikutip oleh Lexi J. Moleong, content analysis adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik pesan dan dilakukan secara obyektif dan sistematis.[14] Teknik ini digunakan untuk menarik pesan maupun beberapa pendapat yang ada buku-buku Al Risalah Qusyairiyah dan Al Luma’.
§  Metode deskriptif analisis
Adapun metode yang dilakukan adalah deskriptif analisis, model penelitian yang berupaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang ada.[15]

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Letak Geografis Kelurahan Pekajangan
Kelurahan Pekajangan merupakan sebuah kelurahan yang berada di Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah Indonesia. Kelurahan Pekajangan adalah kelurahan yang terpanjang di kecamatan Kedungwuni, serta telah bertaraf Nasional. Dulunya bernama Desa Pekajangan, namun sekarang telah menjadi Kelurahan Pekajangan. Letak geografis Kelurahan Pekajangan dapat dilihat pada Tabel 1.
Selain letak geografis, jarak kelurahan Pekajangan ke Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kecamatan Kedungwuni, serta desa-desa yang ada disebelah Kelurahan Pekajangan dapat di lihat di table 1.2.
Kelurahan Pekajangan merupakan kelurahan terpanjang dan terluas di Kecamatan Kedungwuni, dapat dibuktikan dalam table 1.3 tentang Luas Tanah dan Pengguanaannya.
Selain tanahnya yang luas dan panjang, Kelurahan Pekajangan juga merupakan Kelurahan terbanyak penduduknya yaitu berjumlah 11.547 pada tahun 2013, dapat dibuktikan dalam tabel 2.1 dan 3.1
Di kelurahan Pekajangan mayoritas dan semua penduduknya pemeluk agama Islam. begitu juga tempat ibadahnya total berjumlah 47, dapat dibuktikan dalam tabel 3.2





Tabel 3.2
Tabel : 3.3
Sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang ada di Kelurahan Pekajangan pada tahun 2013 cukup memadai untuk pelayanan kesehatan yang ada di kelurahan Pekajangan.


Table : 3.4
B.     Sejarah Munculnya Islam di Kelurahan Pekajangan
Tempat yang sekarang disebut Pekajangan ini, pada kisah awalnya, hutan rungkut pepohonan kajang. Dan pohon kajang adalah batang-batang yang keras, yang jika sudah cukup umur bisa dimanfaatkan untuk gubuk, bahkan untuk dondangan kapal atau perahu. Penulis Cina Hsu Siauw Lin, sekitar abad Sembilan masehi dalam pengelanaannya di pulau Jewawud (Jawa sekarang) sangat mengenal kayau kajang sebagai bahan bangunan. Untuk kerangka tempat tinggal atau perahu-perahu pencalang - yang sering menempuh ombak di lautan dalam.
Itulah asal-muasal nama desa Pekajangan, dari kosa-kata “kajang”. Namun ada penafsiran lain tentang kajang: atau lebih komplitnya muasal Pekajangan itu, yang bisa jadi mulanya dari sebutan Pekajangan. Pekajangan diartikan, adalah hunian perembpua-perempuan nakal, seperti PSK istilah belakangan. Desa yang tertutup oleh hutan belantara, dijadikan perembunyian para bandit dan bromocorah saaat itu dan juga menyembunyikan para gundik-dundik mereka.Transkip itu paling menguatkan karena ada gundik Cina yang dikenal sangat tersohor dengan panggilan Biaw Lin. Kemudian beralih nama Beling (rujak beling). Pekajangan memang penuh aroma kegatalan orang-orang lelaki. Judi, perzinaan, rampok dan garong adalah hal yang kesehari-harian. Smentara penduduk yang menghuni dusun itu makin berjubel, makin popular juga.
Melintas tahun dan abad, desa Pekajangan tak lepas menguntai dalam perubahan-perubahan
pula. 
Islam di Pekajangan ada karena berkat jasa dari seorang pahlawan bangsa Indonesia yang merupakan salah satu pasukan atau ada yang mengatakan penasehat Pangeran Diponegoro. Pahlawan tersebut merupakan seorang pahlawan yang asal usulnya terdapat berbagai macam perbedaan pendapat. Akan tetapi, masyarakat Pekajangan mayoritas mengakui bahwa Mbah Gombol yang nama sebenarnya adalah KH.Hambali adalah seorang ulama atau penyebar agama Islam dari Iran. Mengenai kapan beliau dilahirkan ternyata tidak ada yang mengetahuinya. Akan tetapi mengenai kapan beliau meninggal, menurut bapak Yunus Mukri Adi, beliau meninggal sekitar pada tahun 1840.
Kedatangan beliau di Pekajangan karena Pangeran Diponegoro di tangkap dengan cara dijebak oleh komplotan di dalam pertemuan yang bertempat di kantor Karesidenan magelang pada akhir Desember 1830. Dalam penangkapan tersebut, Pangeran Diponegoro dibawa oleh Serdadu Kompeni dan di bawa ke Jakarta. Di Jakarta tidak lama kemudian dinaikkan kapal sebagai tawanan dibawa ke Gorontalo. Penjebakan secara licik tersebut sebenarnya sudah diingatkan atau tercium Mbah Gombol (KH.Hambali) sebagia penasehat Pangeran atau ahli strategi perang gerilanya. Akan tetapi pangeran Diponegoro justru sebaliknya, berfikir kalau sampai Belanda (Kompeni) berani menipu, akan terjadi pertempuran seru dan lebih luas yang di pimpin oleh Kyai Mojo. Namun Kyai Mojo sudah dilucuti semua senjata yang mereka bawa sampai akhirnya Kyai Mojo dan pasukannya bisa dilumpuhkan. Setelah tertangkapnya Pangeran Diponegoro, Mbah Gombol ingin menghadap langsung kepada pangeran Diponegoro, akan tetapi ditolak mentah-mentah oleh pihak kompeni. Bahkan Oleh Resimen Van Der Kutch diusir dengan tembakan dan serbuat blitz-krieks (cepat dan mematikan), tentu pasukan mbah Gombol kocar-kacir dan sebagian terbunuh dan sisanya melarikan diri. Berhari-hari melalui lembah, hutan, dan kadang menyeberangi sungai, akhirnya sampai di dataran rendah yang disebut masuk wilayah Holing (bahas Cina) dalam bahasa Jawa disebut Keling=Kalong. Sebagian ada yang mengatakan kalau itu adalah wilayah Kedu. Kedu merupakan wilayah rawa-rawa dan banyak tumbuh hutan Kajang.  Dimana tempat tersebut sekarang adalah Kelurahan Pekajagan. Dalam perjalanannya sampai di Pekajangan tersebut, Mbah Gombol bersama dengan Garwo Padmi yang lebih dikenal Ni Ayu Kuning dan beberapa garwo (istri) sisihan yaitu Ajeng Sukesi, Ajeng Kisworo. Ni Ayu Kuning yang merupakan seorang pesinden keraton Mataram yang memiliki suara/vokal emas tidak melahirkan putra atau putri.
 Di Pekajangan inilah beliau mendirikan sebuah padepokan yang sangat komplit dengan kegiatan rokhani dan jasmani. Disana juga dibangun sebuah sanggar pamujan, tempat ibadah lima waktu dan ilmu kawruh (santapan rokhani) yang dipimpin guru-guru ngaji. Di antaranya adalah Raden Sitojoyo (Sutojoyo), Raden Gondang Winangun, Raden Suryo Mentarum. Begitu juga kesenian wayang kulit diuri-uri, silat dan kanuragan. Setelah beberapa tahun hidup di Pekajangan, pada tahun 1840 bulan Dzulhijjah pertengahan awal, kurang jelas tanggal dan harinya, beliau wafat. Beliau dimakamkan dekat dengan sanggar pamujan padepokan Mbah Gombol. Kemudian disusul istri-istri beliau juga wafat dengan jarak yang tidak begitu lama, kemudian di susul pula pembantu-pembantu setia beliau.[16]
Menurut Pak Yunus Mukri Adi, salah seorang keturunan dan juru kunci makam Mbah Gombol, beliau menceritakan tentang beberpa ajaran Islam Mbah Gombol yang sampai sekarang masih bisa dilihat. Ajaran tersebut seperti membangkitkan semangat perjuangan, menyingkirkan adanya perbedaan dalam ajaran, tidak memonopoli suatu ajaran, ikhlas, tidak bergantung pada orang lain. Selain itu, dalam dakwah (syi’ar Islam) yang beliau lakukan pada saat itu juga menggunakan berbagai tembang jawa seperti dandang gulo, rukun Islam ono limo dan lain sebagainya.
C.    Definisi Mistik di Kelurahan Pekajangan
Dalam Filsafat Ilmu karya A.Tafsir, mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional, ini pengertian umum. Sedangkan pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio, maksudnya, hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat di pahami rasio. Pengetahuan ini kadang-kadang memiliki bukti empiris tetapi kebanyakan tidak dapat dibutuhkan secara empiris.[17]
Sedangkan mistik menurut Bapak KH.Failasuf Su’bi, mistik adalah rasa percaya dan keyakinan seorang muslim terhadap hal-hal yang gaib. Dimana kepercayaan dan keyakinan terhadap mistik dalam Islam sangat di wajibkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 3:
الذين يؤمنون بالغيب
Artinya
Yaitu orang-orang yang beriman kepada hal gaib (QS.Al-Baqarah ayat:3)
Selain itu, menurut beliau bukti kepercayaan dan keyakinan seorang muslim juga sudah termasuk dalam keimanan terhadap rukun iman yang jumlahnya ada 6. Dimana dalam rukun iman seorang muslim harus iman kepada Allah,Malaikat Allah, Rasul Allah,Kitab Allah, Hari Kiamat dan Qadla dan Qadar. Hal itu menjadi sebuah bukti kuat bahwa percaya terhadap hal-hal mistik (gaib) di wajibkan dalam Islam. Sehingga sebagai seorang muslim kita diwajibkan untuk percaya terhadap yang mistik. Menurut beliau juga, bahwa hal-hal mistik meskipun ada yang tidak ada dalil Al-Qur’an dan hadits juga perlu kita ketahui. Seperti halnya ajaran-ajaran misti yang di ajarkan oleh para wali songo terdahulu. Dimana ketika para wali songo datang ke Indonesia ini, khususnya di Jawa adalah daerah yang penuh dengan nilai-nila mistik. Akhirnya para wali songo juga mengajarkan Islam dengan cara memadukan antara mistik Islam dengan mistik di Jawa. Dengan demikian, mistik juga termasuk peninggalan para wali songo yang yang harus kita jaga keberadaannya. Dimana menjaga peninggalan yang para orang-orang terdahulu (kuno) yang mempunyai nilai-nilai kebaikan itu di anjurkan.  Sebagaimana dalam qaidah fiqhiyyah yang berbunyi:
المُحَا فَظَةُ عَلَى قَدِيْمِ الأَصْلَاحْ
Artinya:
“Menjaga hal-hal peninggalan terdahulu (kuno) yang baik”.
            Menurut para ahli, mistisme didefinisikan sebagai berikut:
1.      Ninian Smart dalam History of Mysticism, The Ensiclopedia of Phylosopy membedakan antara pengalaman mistik dengan pengalaman kenabian.  Ciri dari pengalaman kenabian adalah dengan merasakan kehadiran Tuhan (The Mysterium Tremendum et Fascinous), sedangkan pengalaman mistik introvert  di antara cirinya adalah merasakan hubungan yang transenden dan rasa berhubungan itu menimbulkan rasa bahagia. Terdapat tiga sifat pengalaman mistik, yaitu menghayati sesuatu yang transenden, menimbulkan rasa bahagia dan tenag serta di dapat di antaranya dengan jalan kontemplasi dan penguasaan diri.
2.      Rufus M.Jones dalam Dictionary of Phylosophy mengartikan mistisisme dengan sederhana dan yang paling pokok adalah suatu tipe yang memberikan tekanan pada kesadaran yang langsung berhubungan dengan Tuhan yang langsung dan akrab. Mistisisme merupakan agama pada tingkatan paling mendalam dan sungguh-sungguh serta paling hidup.
3.      A.C Bouquet mendefinisikan mistisisme dengan cara menyimpulkan bahwa sifat monistik mistisisme itu universal, artinya seluruh mistik mempunyai ajaran yang monistik, walaupun agama asal ia itu belum tentu moniostik.  Pendapat tersebut menurut Annemarie Schimmel hanya sekedar petunjuk saja, sebab kenyataan yang menjadi tujuan mistik tidak dapat terlukiskan, tidak dapat dipahami dan dijelaskan dengan persepsi apapun. Filsafat maupun penalaran tidak dapat mengungkapkannya, hanya kearifan hati, gnosis, yang dapat memahami beberapa di antara seginya. Diperlukan pengalaman ruhani yang tidak tergantung pada metode indera atau pikiran.
4.      Hornby, mengatakan bahwa mysticism adalah kepercayaan atau pengalaman tentang kemistikan. Kemistikan ialah makna tersembunyi, kekuatan spiritual yang menimbulkan sifat kagum dan hormat. Mistisisme juga berarti bahwa pengetahuan tentang Tuhan dan kebenaran hakiki hanya mungkin di dapatkan melalui meditasi dan perenungan spiritual, tidak melalui pikiran dan tanggapan pancaindera. Mistik adalah aspek esoteris dari penghayatan seseorang atau suatu organisasi yang disebabkan oleh ketaatan spiritual (Hornby 1984:559). Perilaku lahiriyah dalam peribadatan hanya aspek eksoteris.
5.      Suyono mengungkapkan bahwa mistik adalah subsistem yang ada dalam hampir semua agama dan sistem religi yang ditujukan untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan (Suyono:1985:259).[18]
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka mistisisme dalam Islam disebut dengan Tasawuf, dan oleh orang Orientalis Barat disebut dengan Sufisme. Kata sufisme dalam orientalis khusus dipakai dalam mistisisme Islam, dan tidak dipakai dalam agama-agma lain. Dimana anatara mistisisme dan sufisme tidak memiliki makna serupa, karena istilah sufi mem iliki konotasi religius yang lebih khusus dan terbatas pada para penganut ajaran Islam.[19]
Tafsiran paling pertama yang diberikan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat wujud-wujud bersifat ghaib (supernatural) dan wujud ini lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam nyata.[20]
Sedangkan mistik yang dipahami oleh masyarakat pekajangan adalah segala bentuk pengetahuan terhadap sesuatu yang tidak bisa dilihat (kasat mata).  Sehingga mereka juga mempercayai keberadaan setan (hantu), jin, dan makhluk halus lainnya yang juga tidak bisa dilihat akan tetapi memang ada. Mereka juga mempercayai adanya khadam (makhluk halus) yang ada pada rumah kosong, pusaka, dan batu akik. Selain itu, mereka juga mempercayai adanya tempat-tempat tertentu yang juga dihuni oleh makhluk halus seperti setan dan jin. Hal tersebut menjadi sebuah hal yang sangat realistis sekali dalam kehidupan. Dimana dalam kehidupan tidak akan bisa lepas dari kehidupan sehari-hari yang terdapat berbagai persoalan kehidupan. Oleh karena itu, adanya kepercayaan terhadap mistik menurut mereka juga sangat diperlukan dalam kehidupan ini. Dikarenakan mistik juga diperlukan dan diwajibkan dalam agama Islam yang dianut mereka. Agama Islam juga merupakan agama yang selalu berhubungan dengan hal-hal yang mistik (gaib). Dalam Islam, mistik menurut mereka seperti halnya dalam kegiatan-kegiatan keagamaaan (relegi) yang sering mereka lakukan. Kegiatan tersebut seperti membaca manaqib, tahlilan, selamatan kematian, tingkeban (mitoni), dan lain-lain.
Nilai religi yang terdapat di masyarakat Pekajangan tidak lepas dari adanya keberagamaan agama yang berupa golongan Muhamadiyah dan Nahdlotul Ulama (NU). Keberagamaan yang seperti itulah yang menjadi unsur terbesar dalam pembentuk karakter masyarakat Pekajangan yang religius dan sangat Islami. Hal itu terbukti dengan adanya berbagai aktifitas keagamaan yang bisa dilihat dalam sholat berjamaah, pembacaan manaqib, berzanji, dziba’ dan thariqah. Selain itu, adanya sarana pendidikan Islam yang ada di Pekajangan sangat lengkap dan berkembang sekali, mulai dari adanya TK (RAM), MTS Walisongo, MA Walisongo, PAUD An-Nisa, TK Aisyah, SD Muhammadiyah 1,3, SMP Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah, STIKES Muhammadiyah.
Selain itu, keberadaan lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah-sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan keluarga. Karena keterbatasan orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, maka mereka disarankan ke sekolah-sekolah. Sejalan dengan kepentingan dan masa depan anak-anak, terkadang orang tua sangat efektif dalam menentukan tempat untuk menyekolahkan anaknya . Hal itu dikarenakan para orang tua berasal dari keluarga taat beragama akan memasukkan anak-anak mereka ke sekolah agama. Sebaliknya, orang tua lain yang lebih mengarahkan anak-anak mereka ke sekolah umum, atau sebaliknya orang tua yang mengendalikan anaknya sulit bisa juga para orang tua memasukkan anaknya ke sekolah agama dengan tujuan pembentukan pribadi yang baik.[21]
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat kita ketahui bahwa masyarakat Pekajangan sampai sekarang ini masih mempercayai adanya hal-hal mistik (gaib) dalam kehidupan mereka. Hal itu diperkuat dengan adanya hasil survei saya di masyarakat Pekajangan melalui beberapa angket yang saya sebarkan. Hasil survei dari angket tersebut seperti di bawah ini:
D.    Agama Membentuk Kehidupan Masyarakat Pekajangan yang Religius
Kata agama berasal dari bahasa sangsakerta yaitu dari kata A,yaitu tidak dan gama yang berarti kacau atau tidak teratur, tidak tetap, jadi secara harfiyah, agama dapat diartikan sesuatu yang tidak kacau (jadi teratur, atau tidak tak tetap, jadi tetap atau kekal)[22]. Agama merupakan seperangkat kepercayaan, doktrin dan norma-norma yang dianut dan diyakini kebenarannya oleh manusia. Keyakinan manusia tentang agama  diikat oleh norma-0norma dan ajaran-ajaran tentang cara hidup manusia yang baik, tentu saja dihasilkan oleh pikiran atau perilaku manusia dalam hubungannya dengan kekuasaan yang tidak nyata. Perilaku manusia dalam beragama ini dapat dilihat dalam acara dan dan upacara-upacara tertentu seta menurut tata cara tertentu pula sesuai dengan yang telah ditentukan oleh agama masing-masing.[23]
Keberadaan agama sangat penting sekali bagi manusia, sebab tanpa agama jiwa manusia tidak mungkin dapat merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup. Jadi agama dan percaya kepada Tuhan adalah kebutuhan pokok manusia, yang akan menolong orang dalam memenuhi kekosongan jiwanya. Agama berfungsi untuk memberi bimbingan dan petunjuk dalam hidup, penolong dalam kesukaran, menentramkan batin, mengendalikan moral.[24] Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat masyarakat Pekajangan, dimana mereka menganggap agama memang sangat berpengaruh dan penting sekali dalam kehidupannya baik dalam sisi dhahir maupun maupun batinnya. Sehingga dengan adanya agama Islam yang merupakan satu-satunya agama yang di anut masyarakat Pekajangan, maka agama Islam mewarnai segala bentuk aktivitas masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya. Menurut mereka, dalam Islam mengajarkan untuk hidup secara sederhana, toleransi, tolong menolong, berbagai, dan seimbang antara kehidupan di dunia dan di akhirat. Sehingga agama Islam yang di peluk mereka sangat mereka taati segala perintahnya dan mereka jauhi segala larangannya. Islam sangat berperan besar dalam membentuk karakter masyarakat yang senantiasa penuh dengan kegiatan keagamaan dan kereligiusan. Oleh karena itu, masyarakat Pekajangan yang terdiri dari golongan Nahdlotul Ulama (NU) dan Muhammadiyah nilai-nilai religius dan agamisnya sangat tinggi sekali, hal itu bisa dilihat dalam pelaksanaan sholat secara berjamaah, rutinan berzanji, dziba’,manaqib dan lain-lainnya yang bisa ditemukan di Kelurahan Pekajangan.
    Dalam setiap agama terdapat empat unsur penting, termasuk agama Islam. Empat usur penting itu meliputi:
Ø  Pengakuan bahwa ada kekuatan gaib yang menguasai atau mempengaruhi kehidupan manusia
Ø  Keyakinan bahwa keselamatan hidup manusia tergantung pada adanya hubungan baik antara manusia dengan kekuatan gaib.
Ø  Sikap emosional pada hati manusia terhadap kekuatan gaib itu, seperti takut, hormat, cinta, penuh harap, pasrah, dan lain-lain.
Ø  Tingkah laku tertentu yang dapat di amati seperti sholat (sembahyang), doa, puasa, suka menolong, tidak korupsi, dan lain-lain sebagai buah dari tiga unsur pertama.
          Tiga unsur pertama itu merupakan jiwa agama, sedangkan unsur ke empat merupakan bentuk lahiriyah. Keyakinan atau pengakuan adanya yang kekuatan gaib merupakan keyakinan pokok dalam semua agama, kecuali dalam agama budha hinayana. Masyarakat primitif umumnya meyakini adanya tiga macam kekuatan gaib, yaitu kekuatan sakti (mana’), roh-roh (terutama roh-roh manusia yang telah mati), dan dewa-dewa atau Tuhan mereka dapat sekaligus berpaham dinamisme, yaitu mempercayai bahwa tiap-tiap benda dapat ditempati kekuatan sakti, yang bisa memberikan manfaat ataau malapetaka kepada manusia. Sedangkan paham animisme yaitu mempercayai bahwa tiap-tiap benda dapat ditempati oleh roh-roh, terutama roh-roh manusia  yang dapat menolong atau mengganggu manusia. Masyarakat  maju atau modern yang beragama pada umumnya cenderung pada paham monoteisme, yaitu meyakini adanya satu Tuhan yang menciptakan segenap alam, tidak ada Tuhan selain dia, seperti rumusan syahadat (tidak ada Tuhan selain Allah).[25]
E.     Organisasi Keagamaan Menjadi Perantara Pemahaman Mistik Masyarakat Pekajangan Secara Benar
Organisasi keagamaan yang ada di Pekajangan serta berkembang seperti Nasyiatul Aisyiah, IRM (Ikatan Remaja Muhammadiyah), Tapak Suci Putra Muhammadiyah, IPNU-IPPNU, GP Anshor, Fatayat, Muslimat. Kemudian keberadaan organisasi keagamaan tersebut juga menjadi sebuah wadah masyarakat untuk mengekspresikan dan menambah wacana dan wawasan keagamaan mulai dari golongan pemuda sampai orang tua. Sehingga rasa keagamaan tersebut sangat dirasakan sekali oleh masyarakat yang memang membutuhkan wadah sebuah organisasi keagamaan, demi memperoleh kedaamaian dalam kehidupan keagamaannya.
Keberadaan organisasi keagamaan sangat berperan aktif dalam membentuk karakter dan pemahaman mistik secara benar dan tidak menyimpang dari ajaran agam Islam.  Khususnya organisasi keagamaan yang ada pada remaja yang sangat memberikan sumbangsih terhadap pemikiran remaja yang rentan akan adanya penyimpangan dan salah pemahaman dalam memahami sesuatu. Dikarenakan remaja merupakan generasi penerus dari bangsa ini dan juga generasi dari para tokoh-tokoh masyarakat yang saat ini menjadi panutan mereka. Hal demikianlah yang seharusnya dipahami oleh masyarakat sekarang ini. Sehingga para generasi muda menjadi penerus perjuangan yang sudah siap dalam segala hal.
Kemudian adanya organisasi keagamaan juga bisa menjadi benteng paling kuat untuk menjaga dari adanya pemahaman agama yang salah dan menyesatkan. Terkait dengan itu, maka organisasi keagamaan juga bisa menjadi perantara dalam memahami hal-hal mistik yang ada di masyarakat yang selalu mereka temukan dalam kehidupan. Sehingga adanya pemahaman tentang mistik yang keliru dan di anggap sebagai bentuk pemahaman yang tertinggal dari perkembangan zaman menjadi bisa terselesaikan. Dikarenakan hal-hal mistik sebenarnya juga mereka temukan dalam aktivitas ibadah mereka kepada sang pencipta yaitu Allah SWT. Dalam ibadah mereka berusaha untuk bisa mendekatkatkan diri kepada Allah SWT, padahal Allah sendiri adalah Dzat yang gaib. Oleh karena itu, sebenarnya hal-hal mistik mereka temukan dalam bentuk ibadah mereka kepada Allah SWT, Seperti halnya seorang hamba yang membaca dzikir, al-Qur’an, manaqib dengan harapan semoga diberi kejernihan hati, ketenangan dan bisa masuk surga. Padahal kejernihan hati, ketenangan dan surga termasuk hal-hal yang mistik. Hal-hal tersebut dikatakan mistik karena adanya hal tersebut sebenarnya tidak bisa tampak  oleh mata dan hanya bisa dirasakan saja. Dengan demikian, kehidupan yang serba mistik itu harus kita akui keberadaan dan eksistensinya tanpa harus mengingkarinya.
F.     Penyimpangan Mistik di Masyarakat Pekajangan
Masyarakat Pekajangan menurut bapak kepala Kelurahan sudah tidak lagi percaya terhadap hal-hal yang mistik. Bahkan menurut beliau, hal-hal mistik merupakan hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang kuno (dahulu) dan di anggap ketinngalan zaman apabila sekarang masih mempercayai mistik. Mungkin yang dimaksud mistik oleh bapak lurah disini adalah bentuk-bentuk misti yang bisa dilogika (rasio) dan bisa di ilmiahkan. Sehingga mistik di sini hanya sebatas pemahaman yang tolok ukurnya adalah akal, logika (rasio) dan ilmiah.
Akan tetapi dalam realita yang terjadi di masyarakat berbeda dengan pemahaman tadi. Dimana masyarakat pekajangan masih mempercayai terhadap mistik. Hal itu terbukti dengan adanya masyarakat yang masih mempercayai terhadap ritual-ritual sesajen, cincin batu akik ada khadam (jin), rumah kosong ada hantu, dan lain-lainnya. Sehingga ada sebagian masyarakat yang masih menggunakan perantara mistik untuk menunjang kelangsungan hidup mereka. Mereka menggunakan batu akik, jimat, mantra, dukun untuk menunjang kebutuhan hidup mereka. Hal ini bisa menimbulkan sebuah penyimpangan tentang makna mistik yang di syari’atkan dan di wajibkan dalam Islam. Ketika percaya bahwa seseorang memakai cincin batu akik yang di anggap ada khadam penglarisan dagang dan kemudian dagangannya laris karena khadam dari cincin batu akik tersebut, maka itu termasu perbuatan syirik. Dagangan yang laris itu semata-mata dari Alla SWT, bukan dari cincin batu akik.
Setelah perkembangan zaman, masyarakat pekajangan sudah tidak lagi mempercayai adanya hal-hal mistik tersebut. Akan tetapi sebagian masyarakat yang pendidikannya rendah dan pemahaman agamanya kurang, masih mempercayai hal mistik tersebut. Sehingga penyimpangan terhadap pemahaman tersebut sebenarnya bisa di atasi dengan adanya perbaikan dalam pendidikan dan pendalaman agama secara baik dan terarah. Dengan adanya dua hal itu, penyimpangan terhadap pemahaman mistik akan bisa diminimalisir dan sedikit demi sedikit bisa di atasi.
Namun dalam fenomena umat Islam beragama juga ditemukan penipuan, pencurian dan pemerasan. Hal ini tentu karena mereka hanya beragama dengan simbol tanpa makna beragama sebagai simbol adakalanya untuk kepentingan politik dan kekuasaan, Sebagaimana dapula untuk kepentingan materi dan eko nomi.Selain iman yang lemah untuk memegang prinsip, berbagai pelanggaran memperebutkan harta juga disebabkan faktor sosial, seperti besarnya jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin (the have and the have not), kecemburuan sosial dan sebagainya. Maslah yang dihadapi oleh masyarakat adalah tindak kriminal yang sering terjadi, baik sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Begitu juga adanya pelanggaran terhadap supranatural, kebatinan, mistik (spiritual) dalam agama Islam yang tentunya sudah adanya larangan terhadap pelakasanaan pelanggaran tersebut.[26]
G.    Mistik dalam Pandangan Islam
          Menurut Harun Nasution, intisari dari mistisisme (termasuk tasawuf) adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan, dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran berada dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ittihad (bersatu dengan Tuhan).
          Tarekat pada mulanya diartikan sebagai jalan yang harus dilalui oleh seorang sufi dengan tujuan berada sedekat mungkin (taqarub) dengan Tuhan. Kemudian tarekat mengandung organisasi (tarikat), tiap organisasi tarekat mempunyai Syekh, upacara ritual, dan zikir serta nama tersendiri.[27]
          Islam yang ada di Pekajangan juga memandang hal mistik sebagai hal yang di wajibkan dalam Islam. Dimana dalam pelaksanaan ibadah mereka juga mengalami hal mistik yang di temukan dalam setiap harinya. Sehingga perlu dipahami secara betul, bahwa Islam juga mengajarkan adanya pengalaman spiritual yang sering di alami dalam dunia tasawuf. Tasawuf sebagai mistik Islam, menurut Abu wafa Taftazani memiliki ciri-ciri umum yang bersifat psikis, moral, dan epistimologis. Menurut pendapatnya, bahwa tasawuf adalah merupakan suatu bentuk peningkatan moral, artinya setiap tasawuf memiliki nilai-nilai moral tertentu dan merealisasikan nilai-nilai itu dengan maksud untuk membersihkan batin. Tujuan tasawuf adalah untuk pemenuhan fana (sirna) dalam realitas mutlak, yaitu kondisi psikis tertentu, dimana seorang sufi tidak merasa adanya diri atau keakuannya.  Selain itu, tasawuf diniatkan sebagai penunjuk dan pengendali hawa nafsu, secara psikis akan muncul pengalaman rohani yang dirasakan sebagai ketentraman dan kebahagiaan rohani[28].
          Dalam tasawuf hal-hal mistik sudah tidak asing sekali, khususnya seorang muslim yang mengikuti thariqah. Dalam thariqah, seorang akan di bai’at oleh seorang mursyid yang mempunyai hak untuk membai’at. Sehinnga bai’at hanya bisa dilakukan oleh seorang mursyid yang sudah mumpuni dalam thariqah tersebut. Thariqah yang anut di masyarakat Pekajangan adalah thariqah Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah dan Syadziliyyah. Akan tetapi thariqah yang mayoritas masyarakat Pekajangan adalah thariqah Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah. Sedangkan Thariqah Syadziliyyah belum begitu banyak di ikuti oleh masyarakat.
          Masyarakat Pekajangan juga mempercayai akan adanya alam gaib yang merupakan bagian dari keimanan mereka kepada Allah SWT. Karena hakikat tentang adanya alam gaib menjadi pembuka benteng keragu-raguan bagi setiap orang yang tipis imannya. Dengan adanya alam gaib, mereka akan mau merenung dan berfikir. Sehingga mengetahui adanya kebatilan dan dapat meluruskan praduga yang salah. Dan dapat memantapkan hati orang lain yang ragu dan bimbang dengan adanya alam barzakh dan alam akhirat serta adanya alam gaib selainnya. Seperti adanya hari kiamat, kebangkitan dari alam kubur (ba’ts), dikumpulkan dalam mahsyar (hasyr), dan perhitungan amal baik dan buruk (hisab).  Sebenarnya untuk mengetahui hakikat dari alam gaib tidaklah sulit, apalagi teknologi sekarang ini semakin maju pesat. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sering diadakan penelitian tentang adanya partikel-partikel yang tidak nampak oleh mata akan tetapi keberadaannya tetap ada. Karena itu wajib bagi setiap muslim untuk beriman pada hal-hal gaib dan hari kiamat. [29]
          Sementara itu pula, agama sebagai hasil rancang bangun dari akumulasi konsep, pandangan, penafsiran, dan gagasan manusia (pattern of behavior), melalui pedoman teks sucinya (pattern for behavior), senantiasa berada di atas siklus budaya yang plural ini. Dengan demikian, sadar atau tidak, agama sebagai sitem nilai-nilai pada satu sisi, telah mempersilahkan dirinya secara terbuka untuk selalu berdialektiaka dengan siklus budaya yang dinamis itu. Kerukunan dalam beragama belum merupakan nilai akhir, tetapi merupakan suatu sarana yang harus ada sebagai “conditio sine qua none” untuk mencapai tujuan lebih jauh yaitu situasi aman dan damai. Situasi ini amat dibutuhkan semua pihak dalam masyarakat untuk memungkinkan penciptaan nilai-nilai spiritual dan material yang sama-sama dibutuhkan untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi.[30]







BAB V
 PENUTUP
SIMPULAN
            Dalam Islam tasawuf adalah sebuah metode yang di gunakan untuk mendekatkan seorang sufi kepada Allah. Tasawuf sangat berperan dalam pembentukan karakter dan akhlak seorang muslim yang berusaha untuk baik dan bermanfaat dalam hidupnya.Sehingga adanya pembentukan karakter generasi muda dengan berbagai kegiatan keagamaan sangat menentukan terhadap potensi generasi muda yang berakhlak al-karimah. Oleh karena itu, ajaran tasawuf yang sudah ada dalam masyarakat Pekajangan juga membantu dalam pembentukan masyarakat yang religius dan mengenal Allah sang maha pencipta.
            Melihat dari sejarah kelurahan Pekajangan yang dimulai dengan datangnya Mbah Gombol (KH.Hambali) sangat memberikan pengaruh besar dalam nilai-nilai Islam yang ada sampai saat ini. Dimana kelurahan Pekajangan yang dulunya merupakan tempat yang rawa-rawa menjadi tempat/kelurahan yang memiliki nilai-nilai keislaman yang sudah tidak bisa kita pungkiri. Sampai saat ini juga, kegiatan-kegiatan keagamaan juga bisa kita lihat disana seperti: berzanji, dziba’, manaqib, tahlil dan maulidur rasulullah. Hal itu yang sering dilakukan oleh sebagian masyarakat dari golongan Nahdlatul Ulama’ (NU). Akan tetapi dari golongan Muhammadiyyah juga banyak kegiatan keagamaan seperti:Peringatan Hari Lahir Muhammadiyah, Tapak Suci Putra, dan Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM). Dua golongan tersebut membuat kelurahan Pekajangan yang sangat religius dengan nilai-nilai kegamaannya. Oleh karena itu, masyarakat sangat menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak-anak mereka dan dalam kehidupannya di hiasi dengan ajaran syari’at Islam.
            Selain itu, organisasi keagamaan juga menjadi perantara bagi msayarakat Pekajangan untuk mendalami agama secara benar sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Termasuk dalam memahami tentang hal-hal mistik yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits. Sehingga pemahaman mistik tidak salah dan tidak menyimpang dari ajaran agama Islam. Meskipun saat ini, hal-hal mistik tidak begitu diperhatikan oleh  masyarakat, karena di anggap ketinggalan zaman dan sudah tidak diperlukan lagi. Padahal mistik juga selalu mereka temukan dalam aktivitas ibadah dan pemenuhan kebutuhan mereka. Meskipun  demikian, mereka tetap saja melupakan akan adanya mistik dalam Islam, yang sebenarnya mistik dalam Islam adalah tasawuf. Begitu juga terhadap suatu thariqah yang mereka ikuti yang sebenarnya adalah bentuk spiritualitas yang di alami mereka ketika mengamalkan thariqah. Dimana thariqah sendiri juga berisi hal-hal mistik yang di alaminya, yang dengan mistik atau sepiritual tersebut, maka mereka akan memperoleh ketenangan batin dan ma’rifat kepada Allah.
            Keberadaan agama Islam di Pekajangan juga mampu membentuk masyarakat yang religius. Masyarakat menjadi menerapkan ajaran agama Islam dengan benar dan sesuai dengan syari’at Islam yang di bawa dan disampaikan rasulullah. Islam berkembang pesat di Pekajangan, terbukti dengan adanya sarana pendidikan dan  kegiatan Islam yang dilakukan oleh masyarakat Pekajangan mulai dari pendidikan tingkat sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu, Islam di Pekajangan sangat berpengaruh sekali bagi kehidupan masyarakat Pekajangan.
            Akan tetapi di dalam memahi tentang hal-hal mistik, masyarakat Pekajangan sangat bervariatif. Sebagian dari masyarakat ada yang masih mempercayai terhadap mistik. Dimana mistik juga termasuk suatu kewajiban dalam Islam, karena mistik menurut mereka adalah hal gaib yang di wajibkan dalam Islam. Sedangkan masyarakat yang tidak percaya pada mistik karena di anggap menyimpang dari ajaran Islam. Sebab menurut mereka mistik seperti percaya pada makhluk halus (jin, setan). Hal tersebut yang menurut mereka adalah penyimpan terhadap pemahaman mistik menurut ajaran Islam.
            Sedangkan mistik dalam pandangan Islam menurut masyarakat Pekajangan adalah terhadap hal-hal gaib yang dapat mereka temukan dalam setiap ibadah mereka. Selain itu, masyarakat yang berthariqah juga bisa menemukan mistik ketika mengalami puncak spiritual. Dimana dalam puncak spiritual thariqah tersebut, mereka mendapat kejernihan hati, ketenangan jiwa dan bisa dekat dan ma’rifat kepada Allah SWT. Thariqah yang ada di masyarakat Pekajangan adalah thariqah qadliriyah wa naqsabandiyah dan thariqah syadziliah. Kedua thariqah tersebut yang paling banyak pengikutnya adalah thariqah qadliriyah wa naqsabandiyah. Adanya kedua thariqah itu bisa menjadikan masyarakat akan adanya hal-hal mistik (gaib) yang ditemukan dalam pelaksanaan ajaran thariqah mereka. Dengan demikian, pemahaman mistik melalui thariqahlah yang mampu memberikan sebuah pemahaman mistik menjadi benar dan sesuai dengan ajaran agama Islam.

SARAN
            Penelitian ini sangat banyak sekali kekurangannya, karena berbagai hal yang menyebabkan penelitian saya ini kurang maksimal. Hal tersebut antara lain karena keterbatasan waktu, sumber, obyek dan segala sesuatu yang menunjang penelitian ini sangat minim dan kurang sekali. Sehingga saya berharap agar penelitian selanjutnya bisa menjadi lebih baik dan sempurna.








DAFTAR PUSTAKA
Adi, Yunus, Mukri, Embah Ki Ageng Gombol (KH.Hambali),Pekajangan Pekalongan.
Arifin, Bambang, Samsul, 2008, Psikologi Agama, Bandung:Pustaka Setia.
Bustanuddin, 2006, Agama dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi Agama, Jakarta:Radja Grafindo.
Ghazali, Adeng, Muchtar,  2011, Antropologi Agama, Bandung:Alfabeta.
Horison, Ashraf, Ali, 1993, Baru Pendidikan Islam, Jakarta:Pustaka Firdaus.
http//en.wikipedia.org/phenomenology of religion, Jum’at,06 Juni    2015,pkl.14.00.
http//en.wikipedia.org/phenomenology of religion, Jum’at,06 Juni    2015,pkl.14.00.
Ishomuddin, 2002,Pengantar Sosiologi Agama,  Jakarta:Ghalia Indonesia.
J. Moleong, Lexi, 1999, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Liberty.
Koentjaraningrat, 2009, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta:Rineka Cipta.
Krisna, Tim, 2012, Menyibak Tabir Kiamat, Kediri:Lirboyo Press.
Mardalis, 2004, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara.
Robin, M., 2009, Relasi Agama dan Budaya Masyarakat Kontemporer,  Malang:UIN Malang Press.
S. Nasution, 2012, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara.
Salam, Burhanuddin, 1997, Etika Sosial, (Jakarta :Rhineka Cipta.
Satori, Djam’an dan Komariah, Aan, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Sholeh, 2005, Agama Sebagai Terapi, Yogyakarta:Pustaka Pelajar..
Sururin, 2004, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Susanto, 2011, Filsafat Ilmu, Jakarta:Bumi Aksara.
Sya’rani, Mahmud,  2002, Agama dan Kejawen, Semarang:Aneka Ilmu.
Syamsul, Arifin, Bambang, 2008, Agama Psikologi,Bandung:Pustaka Setia.
Tafsir, Ahmad, 2010), Filsafat Ilmu, Bandung:Remaja Rosdakarya.
Yunus, Hadi, Sabari, 2010, Metode Penelitian Wilayah Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Belajar.


















LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I

 
 
 













Lampiran II : Surat Rekomendasi dari BAPEDA Kabupaten Pekalongan


Lampiran III : Surat Rekomendasi dari Kecamatan Kedungwuni


Lampiran IV: Surat Rekomendasi dari Kelurahan                                                                                



Lampiran V : Struktur Pemerintahan Kelurahan Pekajangan


Lampiran VI I: Peta Kelurahan Pekajangan


Lampiran VIII : Angket Peryataan
Pilihlah pernyataan di bawah ini dengan cara melingkari terhadap pernyataan yang menurut anda sesuai dan benar!
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju

Nama               :
Pendidikan      :
Pekerjaan         :

1.      Dalam Islam mempercayai terhadap Mistik (Gaib) hukumnya wajib
a.       SS =Sangat Setuju                        c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                          d. STS=Sangat Tidak Setuju
2.      Kita wajib untuk beriman terhadap hal-hal mistik (gaib)
a.       SS =Sangat Setuju                        c. TS=Tidak Setuju
b.       S= Setuju                         d. STS=Sangat Tidak Setuju
3.      Allah, Malaikat, Jin, Iblis dan Setan itu termasuk hal yang Mistik (gaib)
a.       SS =Sangat Setuju                        c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                          d. STS=Sangat Tidak Setuju
4.      Percayakah bahwa Jin , Setan itu ada
a.       SS =Sangat Setuju                        c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                          d. STS=Sangat Tidak Setuju
5.      Jin dan  Setan ada disekeliling kita, tapi kita tidak bisa melihatnya.
a.       SS =Sangat Setuju                        c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                          d. STS=Sangat Tidak Setuju
6.      Dengan “doa dan mantra” tertentu kita bisa melihat dunia mistik (gaib).
a.       SS =Sangat Setuju                        c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                          d. STS=Sangat Tidak Setuju
7.      Sejak dalam kandungan manusia sudah mengenal dunia mistik (gaib) berupa alam rahim (kandungan)
a.       SS =Sangat Setuju                        c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                          d. STS=Sangat Tidak Setuju
8.      Seorang indigo (punya indera ke enam) bisa melihat alam mistik (gaib)
a.       SS =Sangat Setuju                        c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                          d. STS=Sangat Tidak Setuju
9.      Dengan indigo (indera ke enam) seseorang bisa berbicara dan pergi ke alam mistik (gaib)
a.       SS =Sangat Setuju                        c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                          d. STS=Sangat Tidak Setuju
10.  Setelah mati seseorang akan ditanya oleh malaikat munkar dan nakir di alam kubur.
a.       SS =Sangat Setuju                        c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                          d. STS=Sangat Tidak Setuju
11.  Sebelum 7 hari orang yang sudah mati terkadang masih terlihat di sekitar rumahnya
a.       SS =Sangat Setuju                        c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                          d. STS=Sangat Tidak Setuju
12.  Orang yang mati diperingati selama 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan seterusnya
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
13.  Orang yang mati dibacakan doa-doa supaya pahalanya membaca doa sampai padanya
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
14.  Selametan orang mati untuk menambah pahalanya orang yang sudah mati
SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
15.  Salah satu keluarga dari orang yang mati terkadang merasakan bahwa yang mati itu masih hidup selama belum 7 hari
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
16.  Manusia akan dibangkitkan dari alam kubur pada hari kiamat.
c.       SS =Sangat Setuju                        c. TS=Tidak Setuju
d.      S= Setuju                          d. STS=Sangat Tidak Setuju
17.  Tempat keramat ada penghuninya
a.       SS =Sangat Setuju                        c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                         d. STS=Sangat Tidak Setuju
18.  Rumah Kosong ada hantunya (jin dan setan)
a.       SS =Sangat Setuju                        c. TS=Tidak Setuju
b.       S= Setuju                         d. STS=Sangat Tidak Setuju
19.  Di dalam keris ada makhluk halus yang menghuninya
a.         SS =Sangat Setuju           c. TS=Tidak Setuju
b.         S= Setuju                         d. STS=Sangat Tidak Setuju
20.  Di dalam batu akik (permata) ada penghuninya
a.       SS =Sangat Setuju           c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                         d. STS=Sangat Tidak Setuju
21.  Tasbih atau sejenisnya yang dibacakan dzikir atau doa-doa tertentu bisa memiliki Khadam atau kekuatan
a.         SS =Sangat Setuju           c. TS=Tidak Setuju
b.         S= Setuju                         d. STS=Sangat Tidak Setuju
22.  Di batas desa ada hantunya, harus di kasih sesajen
a.         SS =Sangat Setuju           c. TS=Tidak Setuju
b.         S= Setuju                         d. STS=Sangat Tidak Setuju
23.  Tempat angker ada pada tempat yang jarang disinggahi
c.         SS =Sangat Setuju           c. TS=Tidak Setuju
d.        S= Setuju                         d. STS=Sangat Tidak Setuju
24.  Air putih yang didoakan atau dibacakan dzikir bisa untuk mengobati segala penyakit
a.         SS =Sangat Setuju           c. TS=Tidak Setuju
b.         S= Setuju                         d. STS=Sangat Tidak Setuju
25.  Istighosah untuk mendatangkan rezaki dan kebaikan
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
26.  Istighosah untuk menolak balak atau keburukan
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
27.  Membaca manakib untuk menambah rezeki (penglarisan)
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
28.  Sholat dhuha untuk menambah rezeki
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
29.  Puasa senin kamis untuk mendatangkan kebaikan, rezeki, dan jodoh
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
30.  Puasa pati geni untuk keinginan atau hajat tertentu supaya tercapai
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
31.  Sowan pada Kyai untuk mendapatkan barakah ilmu, melariskan dagangan, dan mendapat jodoh
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
32.  Datang ke dukun atau paranormal untuk mendapatkan barakah ilmu, melariskan dagangan, dan mendapat jodoh
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
33.  Membaca doa dan dzikir tertentu untuk menyembuhkan penyakit
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
34.  Membaca mantra-mantra tertentu untuk menyembuhkan penyakit
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
35.  Keris yang dianggap  mempunyai keukatan dapat menyembuhkan segala penyakit
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
36.  Batu akik atau permata yang dianggap mempunyai khadam (keukatan) dapat menyembuhkan penyakit   
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
37.  Tasbih atau seejenisnya yang dianggap mempunyai khadam (keukatan) dapat menyembuhkan penyakit
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
38.  Makam Aulia’ diziarahi untuk tabarukan (ngalab barakah) sang ahli kubur (wali yang diziarahi)
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
39.  Meminta air yang sudah diberi doa pada Kyai atau Ulama untuk penglarisan, cari jodoh, dan kebaikan
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
40.  Meminta air pada dukun atau paranormal supaya dibaca mantra-mantra untuk penglarisan, cari jodoh, dan kebaikan
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
41.  Mencuci atau membasuh benda-benda pusaka setiap tanggal 1 sura dan menjelang bulan Ramadhan
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
42.  Memberi makan benda-benda pusaka dengan bunga-bunga tertentu dan minya-minyak tertentu
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
43.  Rumah yang selalu dibacakan Al-Qur’an akan terhindar dari gangguan setan, jin, sihir, santet, dan teluk
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
44.  Rumah yang tidak pernah dibacakan al-Qur’an akan mudah dinganggu oleh jin, setan, santet, dan teluk
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
45.  Seseorang yang terbiasa atau terlatih untuk tidak melakukan perbuatan dosa besar atau kecil akan dekat dengan Allah dan diberi kekuatan-kekuatan yang berbeda dengan lainnya
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
46.  Suka memakan barang haram akan mudah diganggu makhluk halus dan mudah untuk mendapat keburukan
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
47.  Seorang alim akan bisa melihat hal-hal mistik atau ghaib ketika membaca doa-doa tertentu
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
48.  Orang alim (orang baik) bisa pergi ke alam ghaib dan bisa berbicara dengan makhluk halus
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju
49.  Dukun atau paranormal bisa pergi ke alam ghaib dan bisa berbicara dengan makhluk halus
a.       SS =Sangat Setuju                  c. TS=Tidak Setuju
b.      S= Setuju                                d. STS=Sangat Tidak Setuju







Lampiran VI  : Angket Pertanyaan
KEPERCAYAAN TERHADAP MISTIK
MASYARAKAT PEKAJANGAN
Pertanyaan Umum
1.      Apakah  Anda paham  tentang  Mistik?
2.      Mistik apa yang anda ketahui?
3.      Hal-hal apa saja yang termasuk mistik menurut Anda?
4.      Di zaman modern seperti ini apakah kepercayaan terhadap mistik perlu?
5.      Apa pengaruhnya mistik bagi Anda?
6.      Apa pengaruh mistik bagi Masyarakat Anda menurut Anda?
7.      Apakah anda percaya kalau keris mempunyai kekuatan gaib?
8.      Seberapa percayakah Anda terhadap keris yang di anggap mempunyai kekuatan?
9.      Dampaknya percaya terhadap keris yang dianggap mempunyai kekuatan, menurut Anda seperti apa?
10.  Apakah anda percaya kalau batu akik (batu mulia)  mempunyai kekuatan gaib?
11.  Seberapa percayakah Anda terhadap batu akik (batu mulia)   yang di anggap mempunyai kekuatan?
12.  Dampaknya percaya terhadap batu akik (batu mulia)   yang dianggap mempunyai kekuatan, menurut Anda seperti apa?
13.  Apakah anda percaya kalau rumah kosong  di huni makhluk gaib?
14.  Seberapa percayakah Anda terhadap rumah kosong  di huni makhluk gaib?
15.  Dampaknya percaya terhadap rumah kosong  di huni makhluk gaib,  menurut Anda seperti apa?
16.  Apakah di Kelurahan pekajangan ini ada tempat-tempat yang dikeramatkan?
17.  Seberapa percayakah Anda terhadap tempat-tempat yang dikeramatkan
18.  Dampaknya percaya terhadap tempat-tempat yang dikeramatkan,  menurut Anda seperti apa?
19.  Dimana saja letak tempat-tempat yang dikeramatkan?
20.  Apakah anda percaya terhadap tempat-tempat yang dikeramatkan?

KEPERCAYAAN TERHADAP MISTIK
MASYARAKAT PEKAJANGAN
Pertanyaan Khusus
1.      Apakah  ada hubungan Antara mistik dengan Agama?
2.      Kalau ada hubungannya, menurut Anda apa?
3.      Apa pengaruhnya bagi masyarakat Pekajangan, menurut Anda?
4.      Apakah  ada hubungan Antara mistik dengan Akhlak?
5.      Kalau ada hubungannya, menurut Anda apa?
6.      Apa pengaruhnya bagi masyarakat Pekajangan, menurut Anda?
7.      Apakah  ada hubungan Antara mistik dengan Tasawuf?
8.      Kalau ada hubungannya, menurut Anda apa?
9.      Apa pengaruhnya bagi masyarakat Pekajangan, menurut Anda?
10.  Apakah  ada hubungan Antara mistik dengan Agama,Akhlak dan Tasawuf?
11.  Kalau ada hubungannya, menurut Anda apa?
12.  Apa pengaruhnya bagi masyarakat Pekajangan, menurut Anda?
13.  Apakah ada tempat untuk belajar/memahami tentang mistik, agama, akhlak dan tasawuf?
14.  Kalau di kelurahan ini ada, menurut Anda dimana?
15.  Apa pengaruhnya bagi masyarakat Pekajangan, dengan adanya tempat untuk belajar/memahami tentang mistik, agama, akhlak dan tasawuf,  menurut Anda?


Lampiran VII : Data Orang yang di wawancarai
No.
Nama
Status
1.
Arif Nugroho
Lurah Pekajangan
2.
KH. Failasuf Syu’bi
Tokoh Agama
3.
Yunus Mukri Adi
Keturunan Mbah Gombol
4.
Syifa’udin
Ketua RT
5.
Miftakhurrohman
Masyarakat
6.
Endang Budiarti
Masyarakat
7.
Nur Laila
Masyarakat
8.
Furqon
Ketua RT
9.
Faizin
Ketua RT
10.
Yusuf
Ketua RT





[1] Bambang Syamsul Arifin,Agama Psikologi,(Bandung:Pustaka Setia,2008),hlm.142.
[2] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta:Rineka Cipta,2009) hlm. 116-117
[3] Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung:Remaja Rosdakarya,2010),hlm.114.
[4] Bambang Samsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung:Pustaka Setia, 2008),hlm.211-217.
[5]Ahmad tafsir, Filsafat Ilmu, hlm.112.
[7]Ahmad tafsir, Filsafat Ilmu, hlm.121-122.
[8] http//en.wikipedia.org/phenomenology of religion, Jum’at,06 Juni    2015,pkl.14.00.
[9] Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 129
[10] Hadi Sabari Yunus, Metode Penelitian Wilayah Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), hlm. 372
[11] S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 128
[12] Lexi, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Liberty, 1999), hlm. 163
[13] Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 26


[16] Yunus Mukri Adi, Embah Ki Ageng Gombol(KH.Hambali),Pekajangan Pekalongan.
[17]Ahmad tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung:Remaja Rosdakarya,2010),hlm.112.
[18]Bustanudin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta:Raja Grafindo  Persad,2007),hlm.106.
[19]Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta:Raja GrafPindo Persada,2004),hlm.125-127.
[20]Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta:Bumi Aksara, 2011),hlm.92-93.
[21] Ali Ashraf, Horison, Baru Pendidikan Islam, (Jakarta:Pustaka Firdaus,1993),hlm.23.
[22] Burhanuddin Salam, Etika Sosial, (Jakarta :Rhineka Cipta,1997),hlm.179.
[23] Adeng Muchtar Ghazali, Antropologi Agama,(Bandung:Alfabeta,2011),hlm.2.
[24] Sholeh, Agama Sebagai Terapi,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005),hlm.41.
[25] Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta:Ghalia Indonesia,2002),hlm.31
[26] Bustanuddin, Agama dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi Agama, (Jakarta:Radja Grafindo,2006),hlm.235-237.
[27] Ahmad tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung:Remaja Rosdakarya,2010),hlm.112.
[28] Mahmud Sya’rani, Agama dan Kejawen,(Semarang:Aneka Ilmu,2002),hlm.99-100.
[29] Tim Krisna, Menyibak Tabir Kiamat, (Kediri:Lirboyo Press, 2012),hlm.32-33.
[30] M.Robin, Relasi Agama dan Budaya Masyarakat Kontemporer, (Malang:UIN Malang Press,2009),hlm.191-192.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar