KEPERCAYAAN MASYARAKAT PEKAJANGAN
TERHADAP MISTIK
Penelitian
ini disusun untuk memenuhi tugas
mata
kuliah Antropologi Agama
Dosen
Pengampu : Inarotuzzakiyati Darajah M.Si
Disusun
oleh :
Aris Priyanto (2032113006)
Prodi
:
S1 Akhlak Tasawuf
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Bibarakatil Qur’an Wainayatillahi Syukur Alhamdulillah
kita panjatkan kehadirat Ilahi atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Analisis Keberagamaan Masyarakat : Kepercayaan Masyarakat
Pekajangan Terhadap Mistik” yang sederhana ini telah selesai kami susun.
Penelitian ini kami buat berdasarkan hasil belajar kami dan referensi dari berbagai buku serta kajian lapangan. Salah satu tujuan kami adalah untuk
mengetahui dan memberi informasi kepada pembaca tentang tingkat kepercayaan mistik
bagi masyarakat pinggirtan kota yaitu di Kelurahan Pekajangan. Dan dengan
tujuan yang demikian, kami harap laporan ini bermanfaat bagi semua orang, yang
membaca susunan penelitian ini.
Kekurangan dan kesalahan tentu akan terjadi dalam
pembuatan laporan ini, maka tegur sapa dari para ahli sangat kami harapkan. Dan
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan-kesalahan yang terjadi.
Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT, karena atas izin-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan
tepat waktu.
2. Kepada Dosen Inarotuzzakiyati Darojah,
M.S.I, selaku dosen mata kuliah Antropologi Agama sekaligus pembimbing dalam membuat penelitian ini.
3. Kepada orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan do’a kepada kami.
4. Dan kepada teman-teman juga yang telah memberikan dukungan moral bagi kami.
Dan kami juga memohon kepada Allah semoga buku ini
bermanfaat dan menjadi salah satu amal yang diridhio-Nya. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Cover ................................................................. 1
Kata Pengantar ................................................................. 2
Daftar Isi ................................................................. 3
Daftar Tabel ................................................................. 5
Daftar Grafik ................................................................. 6
BAB I Pendahuluan ................................................................. 7
1.1 Latar Belakang ................................................................. 7
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 8
1.3 Tujuan dan Manfaat ................................................................. 8
BAB II Kajian Teori ................................................................. 10
2.1 Masyarakat ................................................................. 10
2.2 Mistik ................................................................. 10
2.3 Jenis-jenis Mistik ................................................................. 11
2.4 Mistik dalam Pandangan Agama
Islam…………………………. 14
BAB III Metode Penelitian ................................................................. 16
3.1 Jenis Penelitian ................................................................. 18
3.2 Fokus dan Lokasi Penelitian……………………………..………. 18
3.3 Subyek Penelitian ................................................................. 20
3.4 Metode Pengumpulan Data………………………………..…….. 20
3.5 Analisa Data ................................................................. 23
BAB IV Hasil dan Pembahasan………………………………….…… 24
A. Letak Geografis Kelurahan Pekajangan…………...……….…… 24
B. Sejarah
Munculnya Islam di Kelurahan Pekajangan ……….….. 25
C. Definisi
Mistik di Kelurahan Pekajangan…………..……….….. 30
D. Agama
Membentuk Kehidupan
Masyarakat Pekajangan yang Religius ……………………….... 35
E. Organisasi Keagamaan Menjadi Perantara Pemahaman
Mistik
Masyarakat Pekajangan Secara Benar………………….. 34
F. Penyimpangan Mistik di Masyarakat Pekajangan…………...…. 39
G. Mistik dalam Pandangan Islam………………………………… 40
BAB V Penutup ...........................................................… 43
Simpulan ............................................................... 43
Saran ...........................................................… 45
Dafatar Pustaka ...........................................................… 46
Lampiran-lampiran ...........................................................… 48
Lampiran I Dokumentasi ............................................................... 48
Lampiran II Surat
Rekomendasi dari BAPEDA Kabupaten Pekalongan 50
Lampiran III Surat
Rekomendasi dari Kecamatan Kedungwuni…... 51
Lampiran IV Surat
Rekomendasi dari Kelurahan…………………... 52
Lampiran V Struktur
Pemerintahan Kelurahan Pekajangan………… 53
Lampiran VI Peta
Kelurahan Pekajangan…………………………… 54
Lampiran VII Angket ................................................................. 55
DAFTAR TABEL
1.1 Letak Geografis Kelurahan Pekajangan………………………… 24
1.2 Jarak Ibukota Kelurahan Pekajangan…………………………… 25
1.3 Luas Tanah & Penggunaannya di Kelurahan Pekajangan……… 25
2.1 Banyaknya Penduduk Menurut Umur………………………….. 26
3.1 Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan Tinggi
&
Tamatan Keluarahan Pekajangan…………………………….. 26
3.2 Jumlah Tempat Ibadah Keluarahan Pekajangan………………… 27
3.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kelurahan
Pekajangan…. 27
3.4 Banyaknya Sarana & Tenaga Kesehatan……………………….. 28
DAFTAR GRAFIK
1.1 Hasil Survei Kepercayaan MAsyarakat Pekajangan
Terhadap Mitos ................................................................. 35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan ternyata membawa perubahan terhadap
segala aspek kehidupan. Hal itu
tentunya juga mempengaruhi terhadap cara berfikir masyarakat primitif pada
umumnya, terlebih cara berfikir masyarakat modern yang tentunya meninggalkan
terhadap hasil peninggalan orang-orang terdahulu.
Dimana peninggalan para leluhur yang seharusnya di jaga, akan tetapi malah di
tinggalkan dan diangap ketinggalan zaman. Bahkan mereka beranggapan bahwa
menggali dan mempelajari sejarah para leluhur adalah cara berfikir kebelakang
dan tertinggal. Pandangan tersebut tentu sangat mematahkan semangat para
penggali dan para penelusur sejarah.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, akhirnya kami meneliti tentang
hal-hal mistik yang ada di desa Pekajangan Kecamatan Kedungwuni. Di desa
Pekajangan terdapat beberpa tokoh agama yang merupakan sesepuh dan diakui
sebagai leluhur yang mengajarkan syari’at Islam dan mengenalkan berbagai macam
hal-hal meistik terhadap masyarakat. Tentunya sudah tepat jika hal-hal mistik
yang masih mempunyai hubungan erat dengan agama Islam kita telusuri kembali.
Dengan demikian, mistik yang saat ini sudah tidak relevan untuk dibicarakan
apalagi untuk dikaji kembali. Hal mistik padahal di dalam Islam sangat
dianjurkan dan bahkan diwajibkan untuk mempercayainya. Dikarenakan dalam Islam,
mempercayai terhadap hal-hal gaib (mistik) hukumnya wajib, sebagaimana firman
Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 3.
Sehingga adanya penelitian ini berusaha untuk menumbuhkan semangat
untuk menggali dan menelusuri jejak-jejak dan peninggalan-peninggalan para
leluhur. Selain itu, penelitian ini juga berusaha untuk mematahkan metode
berfikir orang-orang yang menganggap salah terhadap adanya persepsi ketinggalan
zaman dan berfikir mundur para peneliti sejarah. Seharusnya penelitian tentang
sejarah itu ditingkatkan dan dikembangkan lebih maju. Dikarenakan penelitian
sejarah merupakan penelitian yang menggunakan metode antropologi. Dimana
antropologi sangat memudahkan untuk mendapatkan hasil sebuah penelitian secara
akurat dan mendalam.
1.2 Rumusan Masalah
·
Letak
Geografis Kelurahan Pekajangan
·
Sejarah
Munculnya Islam di Kelurahan Pekajangan
·
Pengertian Mistik di Kelurahan Pekajangan
·
Agama
Memebentuk Masyarakat Pekajangan yang Religius
·
Organisasi
Keagamaan menjadi Perantara Pemahaman Mistik Secara Benar
·
Penyimpangan
Mistik di Masyarakat Pekajangan
·
Mistik
dalam Pandangan Islam
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dalam
riset saya ini yang berjudul “KEPERCAYAAN TERHADAP MISTIK MASYARAKAT PEKAJANGAN ”,Yaitu :
·
Untuk mengetahui tentang pengertian dan manfaat masyarakat tentang kepercayaan terhadap Mistik
·
Untuk mengetahui makna mistik menurut masyarakat Pekajangan
·
Untuk mengetahui jenis-jenis atau
macam-macam dan bentuk-bentuk mistik yang ada di
masyarakat Pekajangan
·
Untuk mengetahui pandangan Agama Islama tentang mistik
·
Untuk mengetahui perspektif dan pemhaman masyarakat Pekajangan tentang mistik
·
Untuk mengetahui penyelewengan mistik menurut masyarakat Pekajangan
·
Untuk mengetahui pengaruhnya mistik bagi kehidupan masyarakat Pekajangan
Adapun
manfaatnya sebagai berikut :
·
Penulis dan pembaca dapat memahami tentang definisi dan manfaat misik bagi masyarakat
Pekajangan
·
Penulis dan pembaca dapat memahami tentang
arti dan makna Mistik
·
Penulis dan pembaca dapat memahami
macam-macam dan bentuk-bentuk mistik yang ada di
masyarakat Pekajangan
·
Penulis dan pembaca dapat memahami mistik dalam pandangan atau kacamata Agama Islam
·
Penulis dan pembaca mengetahui seberapa
besar pemahaman masyarakat Pekajangan terhadap mistik
·
Penulis dan pembaca mengetahui terhadap penyelewengan mistik masyarakat Pekajangan
·
Penulis dan pembaca mengetahui seberapa
besar pengaruh mistik bagi masyarakat Pekajangan
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Masyarakat
Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk
berdasarekan tatanan sosial tertentu[1]. Dalam
ilmu antropologi, masyarakat adalah sekumpulan manusia yang
senantiasa saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah,
saling “berinteraksi” satu sama lain. Sehingga perlu diperhatikan bahwa tidak semua bentuk perkumpulan manusia yang bergaul atau interaksi itu merupakan
masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang lebih khusus. Dimana sekumpulan orang yang mengrumuni seorang
tukang penjual gorengan dipinggiran jalan tidak dapat disebut
sebagai suatu masyarakat walaupun mereka saling berinteraksi. Karena mereka
tidak mempunyai ikatan lain kecuali berupa perhatian terhadap penjual gorengan tadi. Sekumpulan atau
sekelompok manusia tadi disebut dengan
kerumunan.
Sedangkan sebuah ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi
suatu masyarakat adalah sebuah pola tingkah laku yang khas mengenai semua
faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Pola itu harus bersifat kontinu, terarah dan mantap, dimana
pola yang khas itu harus sudah menjadi adat istiadat yang khas. Kemudian ikatan adat-istiadat, budaya khas yang meliputi sector kehidupan dan
kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat harus juga mempunyai cirri lain,
yaitu suatu rasa identitas bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus
yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya.[2]
2.2 Mistik
Kata mistik berasal dari bahasa Yunani Meyein yang artinya
“menutup mata”. Kata mistik biasanya digunakan untuk menunjukkan hal-hal yang
berkaitan dengan pengetahuan tentang misteri. Namun demikian, istilah tersebut
telah disimpangkan dan diperluas artinya untuk mencakup manifestasi-manifestasi
keagamaan yang dengan secara kuat ditandai dengan subjektivitas indualistik dan
dikuasai oleh mentalitas yang tidak dapat melihat apa-apa yang ada di atas
pandangan-pandangan eksoterisme. Sehingga mistik biasa dipakai untuk menyebut
arus besar keruhanian yang mengalir dalam semua agama. Dalam arti yang luas,
mistik dapat di definisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal, yang
mungkin disebut kearifan, cahaya, cinta atau nihil.
2.3 Jenis-jenis Mistik
Dilihat dari segi sifatnya kita membagi mistik menjadi dua yaitu:
1. Mistik Biasa
Mistik biasa adalah
mistik tanpa kekuatan tertentu. Dalam Islam mistik yang ini adalah tasawuf.
Mistik magis ialah mistik yang mengandung kekuatan tertentu dan biasanya untuk
mencapai tujuan tertentu[3].
2. Mistik Magis
Mistik magis ini di
bagi dua, yaitu:
a. Mistik Magis Putih
Mistik magis putih
dalam Islam contohnya adalah mukjizat, karomah, ilmu hikmah. Mistik magis putih
di anggap sebagai mistik magis yang berasal dari agama langit (Yahudi, Nasrani,
Islam) dan penggunaannya memakai wirid, doa, wafaq-wafaqdan isim-isim. Selain
itu, mistik magis putih selalu dekat dan berhubungan dan bersandar pada Tuhan,
sehingga dukungan Ilahi sangat menentukan. Hal ini berjalan sejak zaman kenabian
(mukjizat) dan selainnya disebut karomah. Kekuatan supranatural para Nabi juga
ada yang ditunjukkan melalui benda seperti mukjizat nabi Musa, dimana dalam
benda seperti itu telah terdapat kekuatan ilahiah (Ibn Khaldun, Muqadimah,
1986:690).
Rasulullah SAW ketika
bersama dengan Abu Bakar di gua Tsur pernah membaca surat al-mu’awidzatain
(surat al-Nas dan al-Falaq) untuk mengobati Abu bakar yang disengat binatang
dengan cara menyemburkan pada luka Abu Bakar dan atas izin Allah luka itu
sembuh seketika.
b.
Mistik Magis Hitam
Mistik magis hitam
contohnya adalah santet dan sejenisnya yang menginduk ke sihir, bahkan boleh
jadi mistik magis hitam itu dapat disebut sihir saja. Mistik magis hitam
berasal dari luar agama langit (Yahudi, Nasrani, Islam) dan dalam prakteknya
menggunakan mantra, jampi, rajah-rajahdan jimat. Mistik magis hitam bersandar
pada kekuatan setan dan roh jahat.
Setelah itu, ada
beberapa hal yang mempunyai hubungan atau termasuk hal-hal Mistik, antara lain:
1. Ilmu Gaib
Ilmu gaib di sini adalah
cara-cara dan maksud menggunakan kekuatan-kekuatan yang di duga ada di dalam
gaib, yaitu yang tak dapat di amati oleh rasio dan pengalaman fisik manusia.
Kekuatan gaib ini di
percayai ditempat-tempat tertentu, pada benda-benda (pusaka) ataupun berada dan menjelma dalam tubuh manusia.
Berdasarkan fungsinya, kekuatan gaib dibagi menjadi:
1. Kekuatan gaib hitam (black magic) untuk dan mempunyai pengaruh
jahat.
2. Kekuatan gaib merah (red-magic) untuk melumpuhkan kekuatan atau
kemauan orang lain (hypnotisme).
3. Kekuatan gaib kuning (yellow-magic), untuk praktik occultisme.
4. Kekuatan gaib putih (white-magic), untuk kebaikan.
2. Magic
Magic adalah suatu tindakan dengan anggapan bahwa
kekuatan gaib bisa mempengaruhi duniawi secara nonkultus dan nonteknis
berdasarkan kenangan dan pengalaman. Orang mempercayai bahwa karenanya orang
dapat mencapai suatu tujuan yang
diingininya dengan tak memperlihatkan hubungan sebab akibat secara langsung
antara perbuatan dengan hasil yang di ingini.
Hal-hal yang
berhubungan dengan magic antara lain:
1. Magic dan Takhayul
Orang percaya bahwa untuk membunuh seseorang dapat
dipergunakan bagian yang berasal dari tubuh orang yang dimaksud.
2. Magic dan Ilmu Gaib
Mempercayai kemampuan membunuh dengan menggunakan
keampuhan rambut dan kuku melalui proses pengolahan tertentu secara irasional
tergolong ilmu gaib.
3. Magic dan Kultus
Perbuatan yang di anggap mempunyai kekuatan memaksakan
kehendak kepada supernaturan (Tuhan).
3. Kebatinan
Menurut Prof. Djojodiguno,
S.H., berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, aliran kebatinan dapat
dibedakan menjadi:
1. Golongan yang hendak menggunakan kekuatan gaib untuk melayani berbagai keperluan
manusia (ilmu gaib).
2. Golongan yang berusaha untuk mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan selama
manusia itu masih hidup agar manusia dapat merasakan dan mengetahui hidup di
alam baka sebelum mengalami kematian.
3. Golongan yang berniat mengenal Tuhan (selama manusia itu masih hidup) dan
menebus dalam rahasia ketuhanan sebagai tempat asal dan kembalinya manusia.
4. Golongan yang berhasrat untuk menempuh budi luhur di dunia serta berusaha
menciptakan masyarakat yang sling menghargai dan mencintai dengan senantiasa
mengindahkan perintah-perintah Tuhan[4].
4. Tasawuf dan Tarekat
Tasawuf disebut juga
mistisme Islam yang memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan,
sehingga di sadari benar bahwa seseorang bearti di hadirat Tuhan.
Menurut Harun Nasution,
intisari dari mistisisme (termasuk tasawuf) adalah kesadaran akan adanya
komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan, dengan cara mengasingkan
diri dan berkontemplasi. Kesadaran berada dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil
bentuk ittihad (bersatu dengan Tuhan).
Tarekat pada mulanya
diartikan sebagai jalan yang harus dilalui oleh seorang sufi dengan tujuan
berada sedekat mungkin (taqarub) dengan Tuhan. Kemudian tarekat
mengandung organisasi (tarikat), tiap organisasi tarekat mempunyai Syekh,
upacara ritual, dan zikir serta nama tersendiri.
Pelaksanaan tarekat itu
antara lain:
1. Zikir, yaitu ingatan yang terus menerus kepada Allah dalam hati, serta
menyebut nama-Nya dengan lisan.
2. Ratib, yaitu menyebut la ilaaha illa Allah dengan gaya gerak dan
irama tertentu.
3. Muzik, yaitu dalam membaca wirid-wirid diiringi bacaan-bacaan supaya lebih
khidmat.
4. Bernafas, yaitu mengatur nafas pada waktu melakukan zikir tertentu.
2.4 Mistik dalam Pandangan Agama Islam
Di dalam Islam pengetahuan mistik diperoleh melalui jalan tasawuf.
Pengetahuan yang diperoleh misalnya tercakup dalam istilah ma’rifat,
al-ittihad, atau hulul. Pengetahuan mukasyafah, juga termasuk
pengetahuan mistik dalam tasawuf yang diperoleh memang bukan melalui jalan
indera atau jalan rasio.[5]
Pada umumnya pengetahuan mistik diperoleh dengan latihan yang disebut riyadlah.
Dari riyadlah itu manusia
memperoleh pencerahan, memperoleh pengetahuan yang dalam tasawuf disebut ma’rifat.
Dalam pandangan para sufi, cara memperoleh pengetahuan mistik disebut juga
thariqat yang terdiri dari maqam-maqam untuk menggapai Tuhan. Pada umumnya cara
untuk memperoleh pengetahuan mistik adalah latihan yang disebut jugariyadhah. Dari
sinilah manusia memperoleh pencerahan yang dalam tradisi tasawuf disebut dengan
istilah ma’rifah.Begitu pula dengan pengetahuan mistik yang di luar
regional agama, cara untuk mendapatkannya adalah latihan batin. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa metode untuk mendapatkan pengetahuan mistik adalah
latihan.[6]
Kebenaran pengetahuan mistik di ukur dengan berbagai
ukuran. Apabila pengetahuan mistik berasal dari Tuhan yang menyebutkan
demikian. Ketika Tuhan (Allah) mengatakan dalam al-Qur’an bahwa surga neraka
itu ada, maka teks itulah yang menjadi
bukti bahwa pernyataan itu benar.Adakalnya ukuran kebenaran pengetahuan mistik
itu kepercayaan seperti kepercayaan kita bahwa ijn bisa melakukan sesuatu
pekerjaan. Sehingga sesuatu dianggap benar apabila kita mempercayainya.
Sedangkan ukuran kebenaran pengetahuan mistik yang berupa
teori adalah dengan bukti empiris, seperti kebal terhadap benda tajam yang
ditusukkan kepada tubuhnya. Oleh karena itu, satu-satunya pengetahuan dapat
disebut mistik adalah kita tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat yang
ada di dalam sesuatu kejadian mistik.[7]
BAB III
METODE PENLITIAN
Dalam penelitian yang saya lakukan ini, tentunya saya dalam melakukan riset
membutuhkan beberapa cara atau metode atau bahkan langkah dalam melakukan penelitian suapaya saya mendapatkan hasil sebuah penelitian yang baik,
akurat dan benar sesuai dengan ketentuan dan teori yang telah saya dapatkan dan pelajari. Kemudian langkah penulisan dalam penelitian saya adalah sebagai berikut :
·
Mencari sebuah
duduk
perkara atau pokok-pokok permasalahan yang ada untuk dikaji atau diteliti yaitu permasalahannya tentang kepercayaan mistik pada masyarakat
·
Setelah
itu saya
membuat latar belakang atau alasan kenapa saya mengkaji hal tersebut untuk saya
jadikan sebagai obyek penelitian, dengan mempertimbangkan tujuan dan manfaat penelitian saya ini
·
Kemudian saya berusaha menentukan metode atau langkah-langkah dalam melakukan penelitian yang sesuai dengan tema dari penelitian saya
·
Saya mencari
dan mengumpulkan data dalam bentuk pustaka dan lapangan, pustaka yaitu
mengumpulkan berbagai referensi untuk sebuah acuan dan pedoman serta sebagai
sumber teori dalam tema saya, kemudian lapangan yaitu dengan cara
wawancara terahdap beberapa mahasiswa
yang memiliki kriteria yang sesuai dengan kebutuhan dan tema riset saya untuk
proses penelitian
·
Setelah
itu saya menyusun data yang telah didapat
·
Mengoreksi
dan mengambil kesimpulan dari hasil panelitian saya
Sedangkan langkah atau kronologi lapangan dalam penelitian saya
adalah selain mencari duduk perkara, saya mencari lokasi yang cocok, sesuai dan tepat dengan judul dari penelitian saya, yaitu Kelurahan Pekajangan
Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.
Kemudian
saya mencoba mendatangi kantor kelurahan untuk menemui Lurah Pekangan untuk meminta rekomendasi penelitian dan untuk menanyakan serta
meminta letak geografi kelurahan Pekajangan serta memohon izin untuk melakukan
penelitian di daerah tersebut, Akan tetapi Lurah Pekajangan meminta saya untuk
mengikuti prosedur atau peraturan pemerintah setempat, kemudian saya meminta
surat keterangan penelitian dari STAIN Pekalongan. Setalah saya menunjukan
surat keterangan penelitian, Lurah meminta saya untuk membawa surat tersebut
untuk dibawa ke BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kab.Pekalongan
di daerah Kajen untuk meminta surat Rekomendasi penelitian.
Setelah saya mendapatkan surat rekomendasi dari BAPPEDA dengan berbagai persyaratan dan perdebatan, kemudian saya menuju ke Kecamatan
Kedungwuni untuk meminta surat rekomendasi dari kecamatan. Setelah itu saya menuju ke Kelurahan untuk meminta
perizinan dalam penelitian di Kelurahan Pekajangan. Kelurahan meminta saya untuk melengkapi persyaratan rekomendasi penelitian dan menunjukan bahan-bahan untuk melakukan
wawancara dan penelitian seperti pertanyaan untuk tokoh masyarakat dan masyarakat umum, sampling dan questioner berupa angket untuk disebarkan
ke beberapa orang di Kelurahan Pekajangan. Setelah itu saya baru diberi letak
geografi Kelurahan Pekajangan dan beberapa data-data tentang penduduk sekitar.
Kemudian saya mendapat surat perizinan dari Kelurahan Pekajangan untuk melakukan
penelitian dengan memberitahukan dan mengantarkan surat pemberitahuan dari
Kelurahan Pekajangan kepada ketua RT-RT yang ada di tempat target lokasi yang
akan saya kunjungi yaitu di Kelurahan Pekangan Gg. 19 dan Gg. 23. Karena
beberapa alasan yang sangat kuat, yang akan di bahas pada poin 3.2 Fokus dan
Lokasi Penelitian. Dengan melampirkan bukti-bukti yang ada sebagai penguat
dalam melakukan penelitian di Bab VI Lampiran-lampiran.
Sedangkan
penjelasan langkah atau metode penelitian yang saya gunakan, sebagai berikut :
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah sebuah penelitian fenomenologi Agama yang
mana fokus utama fenomenologi Agama adalah aspek pengalaman keagamaan dengan
mendeskripsikan atau menggambarkan menomena keagamaan secara konsisten dalam
orientasi keimanan dan kepercayaa objek yang di teliti. Pendekatan ini melihat
agama sebagai komponen yang berbeda dan dikaji secara hati-hati berdasrkan
sebuah tradisi keagamaan untuk mendapatkan pemahaman di dalamnya. Fenomenologi
agama muncul dalam upaya untuk menghindari pendekatan-pendekatan yang sempit, etnosentris,
dan normatif dengan berupaya mendeskripsikan pengalama-pengalaman agama dengan
akurat.[8]
3.2 Fokus dan Lokasi Penelitian
Penelitia ini saya fokuskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan
kepercayaan masyarakat Pekajangan terhadap mistik. Dikarenakan kepercayaan
terhadap mistik yang ada di masyarakat Pekajangan sudah mulai hilang. Hal itu
terjadai karena adanya salah pemahaman terhadap mistik. Dimana mistik dipahami
oleh masyarakat pekajangan sebagai kepercayaan yang salah, hal itu karena
bebereapa faktor:
1.
Mistik
adalah kepercayaan para orang-orang dahulu
2.
Mistik
berhubungan dengan pemujaan, sesajen, klenik, dukun, pusaka,jimat, dll
3.
Mistik
mengarah pada kesesatan dan kemusyrikan
4.
Pemahaman
yang salah terhadap mistik
5.
Percaya
dengan mistik dianggap melanggar syari’at Islam
Sedangkan penelitian ini kami fokuskan kepada masyarakat Pekajangan
khususnya di gang 19 dan gang 23. Dikarenakan ada beberapa faktor yang menarik
di gang 19 antara lain:
1. Kyai Abdur Rahman yang merupakan pendiri Muhammadiyyah pernah tinggal
dan berkiprah di sana.
2. Terdapat Mushala tertua yang merupakan bangunan sejarah kemunculan dan
perkembangan Islam di Pekajangan.
3. Terdapat Pon.Pes. Az-Zahra yang siap menampung siapa saja untuk belajar
agama, khususnya belajar Al-Qur’an.
4. Terdapat pendidikan seperti MI Walisongo, MA Walisongo, dan SD
Muhammadiyyah 3 Pekajangan.
5. Terdapat makam Mbah Gobol (Kyai Hambali) yang merupakan tokoh Islam
pertama di Pekajangan. Dimana asal usul beliau berbeda pendapat mulai dari
ulama
6. Terdapat tokoh NU yang berpengaruh dan terpandang serta masih memiliki
hubungan dengan sejarah Pekajangan.
7. Terdapat Mitos bahwa makam Mbah Gombol bisa menjadi perantara untuk
menghilangkan kekuatan gaib, keris, sihir, dll.
Selain itu,
kami juga akan meneliti di Pekajangan Gang 23, karena disana juga terdapat
berbagai hal yang menarik dan perlu diteliti, antara lain:
1. Terdapat makam Kyai Gemilang yang merupakan salah satu tokoh yang
mempunyai sejarah di Pekajangan khususnya di gang. 23.
2. Terdapat 2 rumah gedong kosong yang menurut cerita masyarakat sering ada
penampakan-penampakan.
3. Terdapat MTs Walisongo yang tentunya juga mempunyai sejarah tersendiri.
4. Mata pencaharian masyarakat yang dulunya menenun sarung, sekarang
menjadi menenun perban.
5. Masyarakat kebanyakan pegawai tentunya memiliki kepribadian yang sangat
berbeda dengan masyarakat pada umumnya.
6. Sebagian Masyarakat yang berkeja di Pabrik juga memiliki kepribadian
sosial yang berbeda dengan masyarakat yang Pegawai.
7. Para pemuda yang berpendidikan hingga perguruan tinggi tentunya memiliki
pemikiran yang ilmiah dan intelektual dibandingkan dengan yang tidak
berpendidikan.
8. Terdapat Panti Asuhan Aisyah yang kebanyakan anak yatimnya sekolah di
Mu’allimin Ambokembang.
9. Terdapat Sarana Olah Raga berupa lapangan Badminton.
Demikianlah alasan yang kami jadikan
pertimbangan dalam penelitian kami di Kelurahan Pekajangan, khususnya di gang.19 dan 23.
3.3 Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini, orang-orang yang menjadi subyek penelitian
adalah masyarakat, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Selain itu kami juga
mendapat saran dari tokoh agama untuk
mencari informasi dari orang-orang yang terkait dan dibutuhkan dalam
penelitian. Sehingga kami mendapatkan informasi secara akurat, lengkap dan bisa
dipertanggungjawabkan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian menggunakan metode pengumpulan data dengan metode
wawancara dan metode angket.
a.
Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan
dalam penelitian kualitatif. Melaksanakan teknik wawancara berarti melakukan
interaksi komunikasi atau percakapan antara pewawancara (interviewer)
dan terwawancara (interviewee) dengan maksud menghimpun informasi dari interviewee.
Interviewee pada penelitian kualitatif adalah informan yang daripadanya pengetahuan
dan pemahaman diperoleh
Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan peneliti berkeinginan
untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan informan lebih mendalam. Sebagai
pegangan peneliti dalam penggunaan metode interview adalah bahwa subjek adalah
informan yang tahu tentang dirinya sendiri, tentang tindakannya secara ideal
yang akan diinformasikan secara benar dan dapat dipercaya. Dengan demikian
mengadakan wawancara atau interview pada prinsipnya merupakan usaha untuk
menggali keterangan yang lebih dalam dari sebuah kajian dari sumber yang
relevan berupa pendapat, kesan, pengalaman, pikiran dan sebagainya.[9]
b.
Angket
Angket tidak lain juga merupakan alat pengumpul data yang berupa
daftar pertanyaan, namun diisi sendiri oleh responden. Daftar pertanyaan yang
harus diisi oleh responden ini dapat sampai ke responden dengan cara dikirim
melalui pos atau media lainnya. Cara pengisian daftar pertanyaan dapat
dilaksanakan melalui dua cara yaitu:
· Dilakukan sendiri oleh responden tanpa kehadiran peneliti.
· Dilakukan sendiri oleh responden, namun dengan kehadiran penelitii
atau petugas yang ditunjuk untuk memberi penjelasan-penjelasan tertentu.
Pada saat mengisi, responden bebas menentukan apa yang harus diisi
tanpa intervensi pihak lain. Untuk memastikan apakah angket yang akan
dikirimkan kepada responden benar-benar dapat dipahami maknanya dan cara
mengisinya, sangat disarankan untuk menguji cobakan beberapa kali, sehingga
peneliti yakin akan memperoleh data yang dapat dipercaya dengan versi angket
yang terakhir. Disamping itu keberadaan petunjuk pengisian yang jelas adalah
suatu keharusan, walaupun pendampingan pengisian dimungkinkan untuk itu.[10]
Angket atau questionnaire adalah daftar pertanyaan yang
didistribusikan melalui pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga
dijawab dibawah pengawasan peneliti. Responden ditentukan berdasarkan teknik
sampling.
Angket digunakan untuk mendapatkan keterangan dari sampel atau
sumber yang beraneka ragam yang lokasinya sering tersebar didaerah yang luas,
nasional ada kalanya internasional. Peneliti rasanya tidak mungkin untuk
bertemu muka secara pribadi dengan semua responden karena alasan biaya dan
waktu.
Angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang diketahui
oleh responden atau juga mengenai pendapat atau sikap.
Angket dapat misalnya digunakan untuk memperoleh keterangan tentang
sekolah (jumlah guru, pegawai, ruang kelas, fasilitas, jumlah murid, dan
sebagainya), tentang guru (usia, jenis kelamin, pendidikan, kedudukan,
kesulitan dalam pengajaran, beban mengajar, dan sebagainya) tentang sikap
mengenai masalah sosial, ekonomi, politik, moral dan sebagainya.[11]
1.
Teknik
Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka data dianalisis untuk mendapatkan
konklusi. Analisis data ialah proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang mudah
dibaca dan di interpretasikan. Adapun metode yang digunakan untuk menganalisis
data adalah:
§ Metode kajian isi (content analysis)
Sesuai dengan data yang diperoleh dari penelitian ini, maka teknik
analisis data yang digunakan adalah content analysis seperti yang
diungkapkan oleh Holisti, yang dikutip oleh Lexi J. Moleong, content
analysis adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik pesan dan
dilakukan secara obyektif dan sistematis.[12]
Teknik ini digunakan untuk menarik pesan maupun beberapa pendapat yang ada pada
buku-buku Ilmu Antropologi dan Antropolgi agama.
§ Metode deskriptif analisis
Adapun metode yang dilakukan adalah deskriptif analisis, model
penelitian yang berupaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang ada.[13]
3.5 Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka data dianalisis untuk mendapatkan
konklusi. Analisis data ialah proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang mudah
dibaca dan di interpretasikan. Adapun metode yang digunakan untuk menganalisis
data adalah:
§ Metode kajian isi (content analysis)
Sesuai dengan data yang diperoleh dari penelitian ini, maka teknik
analisis data yang digunakan adalah content analysis seperti yang
diungkapkan oleh Holisti, yang dikutip oleh Lexi J. Moleong, content
analysis adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik pesan dan
dilakukan secara obyektif dan sistematis.[14]
Teknik ini digunakan untuk menarik pesan maupun beberapa pendapat yang ada
buku-buku Al Risalah Qusyairiyah dan Al Luma’.
§ Metode deskriptif analisis
Adapun metode yang dilakukan adalah deskriptif analisis, model
penelitian yang berupaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang ada.[15]
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Letak Geografis Kelurahan Pekajangan
Kelurahan Pekajangan merupakan
sebuah kelurahan yang berada di Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah Indonesia. Kelurahan Pekajangan adalah kelurahan yang terpanjang
di kecamatan Kedungwuni, serta telah bertaraf Nasional. Dulunya bernama Desa
Pekajangan, namun sekarang telah menjadi Kelurahan Pekajangan. Letak geografis
Kelurahan Pekajangan dapat dilihat pada
Tabel 1.

Selain letak geografis, jarak kelurahan Pekajangan ke Kabupaten
Pekalongan, Kota Pekalongan, Kecamatan Kedungwuni, serta desa-desa yang ada
disebelah Kelurahan Pekajangan dapat di lihat di table 1.2.

Kelurahan
Pekajangan merupakan kelurahan terpanjang dan terluas
di Kecamatan Kedungwuni, dapat dibuktikan dalam table 1.3 tentang Luas Tanah
dan Pengguanaannya.

Selain tanahnya yang luas dan panjang, Kelurahan Pekajangan juga
merupakan Kelurahan terbanyak penduduknya yaitu berjumlah 11.547 pada tahun
2013, dapat dibuktikan dalam tabel 2.1 dan 3.1


Di kelurahan
Pekajangan mayoritas dan semua penduduknya pemeluk agama Islam. begitu juga
tempat ibadahnya total berjumlah 47, dapat dibuktikan dalam tabel 3.2
Tabel 3.2

Tabel : 3.3

Sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang ada di Kelurahan
Pekajangan pada tahun 2013 cukup memadai untuk pelayanan kesehatan yang ada di
kelurahan Pekajangan.
Table : 3.4

B.
Sejarah Munculnya Islam di Kelurahan Pekajangan
Tempat yang sekarang disebut Pekajangan ini, pada kisah awalnya,
hutan rungkut pepohonan kajang. Dan pohon kajang adalah batang-batang yang
keras, yang jika sudah cukup umur bisa dimanfaatkan untuk gubuk, bahkan untuk
dondangan kapal atau perahu. Penulis Cina Hsu Siauw Lin, sekitar abad Sembilan
masehi dalam pengelanaannya di pulau Jewawud (Jawa sekarang) sangat mengenal
kayau kajang sebagai bahan bangunan. Untuk kerangka tempat tinggal atau
perahu-perahu pencalang - yang sering menempuh ombak di lautan dalam.
Itulah asal-muasal nama desa Pekajangan, dari kosa-kata “kajang”.
Namun ada penafsiran lain tentang kajang: atau lebih komplitnya muasal
Pekajangan itu, yang bisa jadi mulanya dari sebutan Pekajangan. Pekajangan
diartikan, adalah hunian perembpua-perempuan nakal, seperti PSK istilah
belakangan. Desa yang tertutup oleh hutan belantara, dijadikan perembunyian
para bandit dan bromocorah saaat itu dan juga menyembunyikan para gundik-dundik
mereka.Transkip itu paling menguatkan karena ada gundik Cina yang dikenal
sangat tersohor dengan panggilan Biaw Lin. Kemudian beralih nama Beling (rujak
beling). Pekajangan memang penuh aroma kegatalan orang-orang lelaki. Judi, perzinaan,
rampok dan garong adalah hal yang kesehari-harian. Smentara penduduk yang
menghuni dusun itu makin berjubel, makin popular juga.
Melintas tahun dan abad, desa Pekajangan tak lepas menguntai dalam perubahan-perubahan pula.
Melintas tahun dan abad, desa Pekajangan tak lepas menguntai dalam perubahan-perubahan pula.
Islam di Pekajangan ada karena berkat jasa dari seorang pahlawan
bangsa Indonesia yang merupakan salah satu pasukan atau ada yang mengatakan
penasehat Pangeran Diponegoro. Pahlawan tersebut merupakan seorang pahlawan
yang asal usulnya terdapat berbagai macam perbedaan pendapat. Akan tetapi,
masyarakat Pekajangan mayoritas mengakui bahwa Mbah Gombol yang nama sebenarnya
adalah KH.Hambali adalah seorang ulama atau penyebar agama Islam dari Iran. Mengenai
kapan beliau dilahirkan ternyata tidak ada yang mengetahuinya. Akan tetapi
mengenai kapan beliau meninggal, menurut bapak Yunus Mukri Adi, beliau
meninggal sekitar pada tahun 1840.
Kedatangan beliau di Pekajangan karena Pangeran Diponegoro di
tangkap dengan cara dijebak oleh komplotan di dalam pertemuan yang bertempat di
kantor Karesidenan magelang pada akhir Desember 1830. Dalam penangkapan
tersebut, Pangeran Diponegoro dibawa oleh Serdadu Kompeni dan di bawa ke
Jakarta. Di Jakarta tidak lama kemudian dinaikkan kapal sebagai tawanan dibawa
ke Gorontalo. Penjebakan secara licik tersebut sebenarnya sudah diingatkan atau
tercium Mbah Gombol (KH.Hambali) sebagia penasehat Pangeran atau ahli strategi
perang gerilanya. Akan tetapi pangeran Diponegoro justru sebaliknya, berfikir
kalau sampai Belanda (Kompeni) berani menipu, akan terjadi pertempuran seru dan
lebih luas yang di pimpin oleh Kyai Mojo. Namun Kyai Mojo sudah dilucuti semua
senjata yang mereka bawa sampai akhirnya Kyai Mojo dan pasukannya bisa
dilumpuhkan. Setelah tertangkapnya Pangeran Diponegoro, Mbah Gombol ingin
menghadap langsung kepada pangeran Diponegoro, akan tetapi ditolak
mentah-mentah oleh pihak kompeni. Bahkan Oleh Resimen Van Der Kutch diusir
dengan tembakan dan serbuat blitz-krieks (cepat dan mematikan), tentu pasukan
mbah Gombol kocar-kacir dan sebagian terbunuh dan sisanya melarikan diri.
Berhari-hari melalui lembah, hutan, dan kadang menyeberangi sungai, akhirnya
sampai di dataran rendah yang disebut masuk wilayah Holing (bahas Cina) dalam
bahasa Jawa disebut Keling=Kalong. Sebagian ada yang mengatakan kalau itu
adalah wilayah Kedu. Kedu merupakan wilayah rawa-rawa dan banyak tumbuh hutan Kajang.
Dimana tempat tersebut sekarang
adalah Kelurahan Pekajagan. Dalam perjalanannya sampai di Pekajangan tersebut,
Mbah Gombol bersama dengan Garwo Padmi yang lebih dikenal Ni Ayu Kuning dan
beberapa garwo (istri) sisihan yaitu Ajeng Sukesi, Ajeng Kisworo. Ni Ayu Kuning
yang merupakan seorang pesinden keraton Mataram yang memiliki suara/vokal emas
tidak melahirkan putra atau putri.
Di Pekajangan inilah beliau
mendirikan sebuah padepokan yang sangat komplit dengan kegiatan rokhani dan
jasmani. Disana juga dibangun sebuah sanggar pamujan, tempat ibadah lima waktu
dan ilmu kawruh (santapan rokhani) yang dipimpin guru-guru ngaji. Di antaranya
adalah Raden Sitojoyo (Sutojoyo), Raden Gondang Winangun, Raden Suryo Mentarum.
Begitu juga kesenian wayang kulit diuri-uri, silat dan kanuragan. Setelah
beberapa tahun hidup di Pekajangan, pada tahun 1840 bulan Dzulhijjah
pertengahan awal, kurang jelas tanggal dan harinya, beliau wafat. Beliau
dimakamkan dekat dengan sanggar pamujan padepokan Mbah Gombol. Kemudian disusul
istri-istri beliau juga wafat dengan jarak yang tidak begitu lama, kemudian di
susul pula pembantu-pembantu setia beliau.[16]
Menurut Pak Yunus Mukri Adi, salah seorang keturunan dan juru kunci
makam Mbah Gombol, beliau menceritakan tentang beberpa ajaran Islam Mbah Gombol
yang sampai sekarang masih bisa dilihat. Ajaran tersebut seperti membangkitkan
semangat perjuangan, menyingkirkan adanya perbedaan dalam ajaran, tidak
memonopoli suatu ajaran, ikhlas, tidak bergantung pada orang lain. Selain itu,
dalam dakwah (syi’ar Islam) yang beliau lakukan pada saat itu juga menggunakan
berbagai tembang jawa seperti dandang gulo, rukun Islam ono limo dan lain sebagainya.
C.
Definisi Mistik di Kelurahan Pekajangan
Dalam Filsafat Ilmu karya A.Tafsir, mistik adalah pengetahuan yang
tidak rasional, ini pengertian umum. Sedangkan pengetahuan mistik adalah
pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio, maksudnya, hubungan sebab akibat
yang terjadi tidak dapat di pahami rasio. Pengetahuan ini kadang-kadang
memiliki bukti empiris tetapi kebanyakan tidak dapat dibutuhkan secara empiris.[17]
Sedangkan mistik menurut Bapak KH.Failasuf Su’bi, mistik adalah
rasa percaya dan keyakinan seorang muslim terhadap hal-hal yang gaib. Dimana
kepercayaan dan keyakinan terhadap mistik dalam Islam sangat di wajibkan.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 3:
الذين يؤمنون بالغيب
Artinya
Yaitu orang-orang yang beriman kepada hal gaib (QS.Al-Baqarah
ayat:3)
Selain itu, menurut beliau bukti kepercayaan dan keyakinan seorang
muslim juga sudah termasuk dalam keimanan terhadap rukun iman yang jumlahnya
ada 6. Dimana dalam rukun iman seorang muslim harus iman kepada Allah,Malaikat
Allah, Rasul Allah,Kitab Allah, Hari Kiamat dan Qadla dan Qadar. Hal itu
menjadi sebuah bukti kuat bahwa percaya terhadap hal-hal mistik (gaib) di
wajibkan dalam Islam. Sehingga sebagai seorang muslim kita diwajibkan untuk
percaya terhadap yang mistik. Menurut beliau juga, bahwa hal-hal mistik
meskipun ada yang tidak ada dalil Al-Qur’an dan hadits juga perlu kita ketahui.
Seperti halnya ajaran-ajaran misti yang di ajarkan oleh para wali songo
terdahulu. Dimana ketika para wali songo datang ke Indonesia ini, khususnya di
Jawa adalah daerah yang penuh dengan nilai-nila mistik. Akhirnya para wali
songo juga mengajarkan Islam dengan cara memadukan antara mistik Islam dengan
mistik di Jawa. Dengan demikian, mistik juga termasuk peninggalan para wali
songo yang yang harus kita jaga keberadaannya. Dimana menjaga peninggalan yang
para orang-orang terdahulu (kuno) yang mempunyai nilai-nilai kebaikan itu di
anjurkan. Sebagaimana dalam qaidah
fiqhiyyah yang berbunyi:
المُحَا فَظَةُ عَلَى قَدِيْمِ الأَصْلَاحْ
Artinya:
“Menjaga hal-hal peninggalan terdahulu (kuno) yang baik”.
Menurut para ahli,
mistisme didefinisikan sebagai berikut:
1.
Ninian
Smart dalam History of Mysticism, The Ensiclopedia of Phylosopy membedakan
antara pengalaman mistik dengan pengalaman kenabian. Ciri dari pengalaman kenabian adalah dengan
merasakan kehadiran Tuhan (The Mysterium Tremendum et Fascinous),
sedangkan pengalaman mistik introvert di antara cirinya adalah merasakan hubungan
yang transenden dan rasa berhubungan itu menimbulkan rasa bahagia. Terdapat
tiga sifat pengalaman mistik, yaitu menghayati sesuatu yang transenden,
menimbulkan rasa bahagia dan tenag serta di dapat di antaranya dengan jalan
kontemplasi dan penguasaan diri.
2.
Rufus
M.Jones dalam Dictionary of Phylosophy mengartikan mistisisme dengan
sederhana dan yang paling pokok adalah suatu tipe yang memberikan tekanan pada
kesadaran yang langsung berhubungan dengan Tuhan yang langsung dan akrab.
Mistisisme merupakan agama pada tingkatan paling mendalam dan sungguh-sungguh
serta paling hidup.
3.
A.C
Bouquet mendefinisikan mistisisme dengan cara menyimpulkan bahwa sifat monistik
mistisisme itu universal, artinya seluruh mistik mempunyai ajaran yang
monistik, walaupun agama asal ia itu belum tentu moniostik. Pendapat tersebut menurut Annemarie Schimmel
hanya sekedar petunjuk saja, sebab kenyataan yang menjadi tujuan mistik tidak
dapat terlukiskan, tidak dapat dipahami dan dijelaskan dengan persepsi apapun.
Filsafat maupun penalaran tidak dapat mengungkapkannya, hanya kearifan hati,
gnosis, yang dapat memahami beberapa di antara seginya. Diperlukan pengalaman
ruhani yang tidak tergantung pada metode indera atau pikiran.
4.
Hornby,
mengatakan bahwa mysticism adalah kepercayaan atau pengalaman tentang
kemistikan. Kemistikan ialah makna tersembunyi, kekuatan spiritual yang
menimbulkan sifat kagum dan hormat. Mistisisme juga berarti bahwa pengetahuan
tentang Tuhan dan kebenaran hakiki hanya mungkin di dapatkan melalui meditasi
dan perenungan spiritual, tidak melalui pikiran dan tanggapan pancaindera.
Mistik adalah aspek esoteris dari penghayatan seseorang atau suatu organisasi
yang disebabkan oleh ketaatan spiritual (Hornby 1984:559). Perilaku lahiriyah
dalam peribadatan hanya aspek eksoteris.
5.
Suyono
mengungkapkan bahwa mistik adalah subsistem yang ada dalam hampir semua agama
dan sistem religi yang ditujukan untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan
merasakan emosi bersatu dengan Tuhan (Suyono:1985:259).[18]
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka mistisisme dalam Islam
disebut dengan Tasawuf, dan oleh orang Orientalis Barat disebut dengan Sufisme.
Kata sufisme dalam orientalis khusus dipakai dalam mistisisme Islam, dan tidak
dipakai dalam agama-agma lain. Dimana anatara mistisisme dan sufisme tidak
memiliki makna serupa, karena istilah sufi mem iliki konotasi religius yang
lebih khusus dan terbatas pada para penganut ajaran Islam.[19]
Tafsiran paling pertama yang diberikan oleh manusia terhadap alam
ini adalah bahwa terdapat wujud-wujud bersifat ghaib (supernatural) dan wujud
ini lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam nyata.[20]
Sedangkan mistik yang dipahami oleh masyarakat pekajangan adalah
segala bentuk pengetahuan terhadap sesuatu yang tidak bisa dilihat (kasat
mata). Sehingga mereka juga mempercayai
keberadaan setan (hantu), jin, dan makhluk halus lainnya yang juga tidak bisa
dilihat akan tetapi memang ada. Mereka juga mempercayai adanya khadam (makhluk
halus) yang ada pada rumah kosong, pusaka, dan batu akik. Selain itu, mereka
juga mempercayai adanya tempat-tempat tertentu yang juga dihuni oleh makhluk
halus seperti setan dan jin. Hal tersebut menjadi sebuah hal yang sangat realistis
sekali dalam kehidupan. Dimana dalam kehidupan tidak akan bisa lepas dari
kehidupan sehari-hari yang terdapat berbagai persoalan kehidupan. Oleh karena
itu, adanya kepercayaan terhadap mistik menurut mereka juga sangat diperlukan
dalam kehidupan ini. Dikarenakan mistik juga diperlukan dan diwajibkan dalam
agama Islam yang dianut mereka. Agama Islam juga merupakan agama yang selalu
berhubungan dengan hal-hal yang mistik (gaib). Dalam Islam, mistik menurut
mereka seperti halnya dalam kegiatan-kegiatan keagamaaan (relegi) yang sering
mereka lakukan. Kegiatan tersebut seperti membaca manaqib, tahlilan, selamatan
kematian, tingkeban (mitoni), dan lain-lain.
Nilai religi yang terdapat di masyarakat Pekajangan tidak lepas
dari adanya keberagamaan agama yang berupa golongan Muhamadiyah dan Nahdlotul
Ulama (NU). Keberagamaan yang seperti itulah yang menjadi unsur terbesar dalam
pembentuk karakter masyarakat Pekajangan yang religius dan sangat Islami. Hal
itu terbukti dengan adanya berbagai aktifitas keagamaan yang bisa dilihat dalam
sholat berjamaah, pembacaan manaqib, berzanji, dziba’ dan thariqah. Selain itu,
adanya sarana pendidikan Islam yang ada di Pekajangan sangat lengkap dan
berkembang sekali, mulai dari adanya TK (RAM), MTS Walisongo, MA Walisongo,
PAUD An-Nisa, TK Aisyah, SD Muhammadiyah 1,3, SMP Muhammadiyah, SMA
Muhammadiyah, STIKES Muhammadiyah.
Selain itu, keberadaan lembaga pendidikan dalam hal ini
sekolah-sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan keluarga. Karena
keterbatasan orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, maka mereka disarankan
ke sekolah-sekolah. Sejalan dengan kepentingan dan masa depan anak-anak,
terkadang orang tua sangat efektif dalam menentukan tempat untuk menyekolahkan
anaknya . Hal itu dikarenakan para orang tua berasal dari keluarga taat
beragama akan memasukkan anak-anak mereka ke sekolah agama. Sebaliknya, orang
tua lain yang lebih mengarahkan anak-anak mereka ke sekolah umum, atau sebaliknya
orang tua yang mengendalikan anaknya sulit bisa juga para orang tua memasukkan
anaknya ke sekolah agama dengan tujuan pembentukan pribadi yang baik.[21]
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat kita ketahui bahwa
masyarakat Pekajangan sampai sekarang ini masih mempercayai adanya hal-hal
mistik (gaib) dalam kehidupan mereka. Hal itu diperkuat dengan adanya hasil
survei saya di masyarakat Pekajangan melalui beberapa angket yang saya
sebarkan. Hasil survei dari angket tersebut seperti di bawah ini:

D.
Agama Membentuk Kehidupan Masyarakat Pekajangan yang Religius
Kata agama berasal dari bahasa sangsakerta yaitu dari kata A,yaitu
tidak dan gama yang berarti kacau atau tidak teratur, tidak tetap, jadi secara
harfiyah, agama dapat diartikan sesuatu yang tidak kacau (jadi teratur, atau
tidak tak tetap, jadi tetap atau kekal)[22].
Agama merupakan seperangkat kepercayaan, doktrin dan norma-norma yang dianut
dan diyakini kebenarannya oleh manusia. Keyakinan manusia tentang agama diikat oleh norma-0norma dan ajaran-ajaran
tentang cara hidup manusia yang baik, tentu saja dihasilkan oleh pikiran atau
perilaku manusia dalam hubungannya dengan kekuasaan yang tidak nyata. Perilaku
manusia dalam beragama ini dapat dilihat dalam acara dan dan upacara-upacara
tertentu seta menurut tata cara tertentu pula sesuai dengan yang telah
ditentukan oleh agama masing-masing.[23]
Keberadaan agama sangat penting sekali bagi manusia, sebab tanpa
agama jiwa manusia tidak mungkin dapat merasakan ketenangan dan kebahagiaan
dalam hidup. Jadi agama dan percaya kepada Tuhan adalah kebutuhan pokok
manusia, yang akan menolong orang dalam memenuhi kekosongan jiwanya. Agama
berfungsi untuk memberi bimbingan dan petunjuk dalam hidup, penolong dalam
kesukaran, menentramkan batin, mengendalikan moral.[24]
Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat masyarakat Pekajangan, dimana mereka
menganggap agama memang sangat berpengaruh dan penting sekali dalam
kehidupannya baik dalam sisi dhahir maupun maupun batinnya. Sehingga dengan
adanya agama Islam yang merupakan satu-satunya agama yang di anut masyarakat
Pekajangan, maka agama Islam mewarnai segala bentuk aktivitas masyarakat dalam
kehidupan sehari-harinya. Menurut mereka, dalam Islam mengajarkan untuk hidup
secara sederhana, toleransi, tolong menolong, berbagai, dan seimbang antara
kehidupan di dunia dan di akhirat. Sehingga agama Islam yang di peluk mereka
sangat mereka taati segala perintahnya dan mereka jauhi segala larangannya.
Islam sangat berperan besar dalam membentuk karakter masyarakat yang senantiasa
penuh dengan kegiatan keagamaan dan kereligiusan. Oleh karena itu, masyarakat
Pekajangan yang terdiri dari golongan Nahdlotul Ulama (NU) dan Muhammadiyah
nilai-nilai religius dan agamisnya sangat tinggi sekali, hal itu bisa dilihat
dalam pelaksanaan sholat secara berjamaah, rutinan berzanji, dziba’,manaqib dan
lain-lainnya yang bisa ditemukan di Kelurahan Pekajangan.
Dalam setiap agama terdapat empat unsur
penting, termasuk agama Islam. Empat usur penting itu meliputi:
Ø
Pengakuan
bahwa ada kekuatan gaib yang menguasai atau mempengaruhi kehidupan manusia
Ø
Keyakinan
bahwa keselamatan hidup manusia tergantung pada adanya hubungan baik antara
manusia dengan kekuatan gaib.
Ø
Sikap
emosional pada hati manusia terhadap kekuatan gaib itu, seperti takut, hormat,
cinta, penuh harap, pasrah, dan lain-lain.
Ø
Tingkah
laku tertentu yang dapat di amati seperti sholat (sembahyang), doa, puasa, suka
menolong, tidak korupsi, dan lain-lain sebagai buah dari tiga unsur pertama.
Tiga unsur pertama
itu merupakan jiwa agama, sedangkan unsur ke empat merupakan bentuk lahiriyah.
Keyakinan atau pengakuan adanya yang kekuatan gaib merupakan keyakinan pokok
dalam semua agama, kecuali dalam agama budha hinayana. Masyarakat primitif
umumnya meyakini adanya tiga macam kekuatan gaib, yaitu kekuatan sakti (mana’),
roh-roh (terutama roh-roh manusia yang telah mati), dan dewa-dewa atau Tuhan
mereka dapat sekaligus berpaham dinamisme, yaitu mempercayai bahwa tiap-tiap
benda dapat ditempati kekuatan sakti, yang bisa memberikan manfaat ataau
malapetaka kepada manusia. Sedangkan paham animisme yaitu mempercayai bahwa
tiap-tiap benda dapat ditempati oleh roh-roh, terutama roh-roh manusia yang dapat menolong atau mengganggu manusia.
Masyarakat maju atau modern yang
beragama pada umumnya cenderung pada paham monoteisme, yaitu meyakini adanya
satu Tuhan yang menciptakan segenap alam, tidak ada Tuhan selain dia, seperti
rumusan syahadat (tidak ada Tuhan selain Allah).[25]
E.
Organisasi Keagamaan Menjadi Perantara Pemahaman Mistik Masyarakat
Pekajangan Secara Benar
Organisasi keagamaan yang ada di Pekajangan serta berkembang
seperti Nasyiatul Aisyiah, IRM (Ikatan Remaja Muhammadiyah), Tapak Suci Putra
Muhammadiyah, IPNU-IPPNU, GP Anshor, Fatayat, Muslimat. Kemudian keberadaan
organisasi keagamaan tersebut juga menjadi sebuah wadah masyarakat untuk
mengekspresikan dan menambah wacana dan wawasan keagamaan mulai dari golongan
pemuda sampai orang tua. Sehingga rasa keagamaan tersebut sangat dirasakan
sekali oleh masyarakat yang memang membutuhkan wadah sebuah organisasi
keagamaan, demi memperoleh kedaamaian dalam kehidupan keagamaannya.
Keberadaan organisasi keagamaan sangat berperan aktif dalam
membentuk karakter dan pemahaman mistik secara benar dan tidak menyimpang dari
ajaran agam Islam. Khususnya organisasi
keagamaan yang ada pada remaja yang sangat memberikan sumbangsih terhadap
pemikiran remaja yang rentan akan adanya penyimpangan dan salah pemahaman dalam
memahami sesuatu. Dikarenakan remaja merupakan generasi penerus dari bangsa ini
dan juga generasi dari para tokoh-tokoh masyarakat yang saat ini menjadi panutan
mereka. Hal demikianlah yang seharusnya dipahami oleh masyarakat sekarang ini.
Sehingga para generasi muda menjadi penerus perjuangan yang sudah siap dalam
segala hal.
Kemudian adanya organisasi keagamaan juga bisa menjadi benteng
paling kuat untuk menjaga dari adanya pemahaman agama yang salah dan
menyesatkan. Terkait dengan itu, maka organisasi keagamaan juga bisa menjadi
perantara dalam memahami hal-hal mistik yang ada di masyarakat yang selalu
mereka temukan dalam kehidupan. Sehingga adanya pemahaman tentang mistik yang
keliru dan di anggap sebagai bentuk pemahaman yang tertinggal dari perkembangan
zaman menjadi bisa terselesaikan. Dikarenakan hal-hal mistik sebenarnya juga
mereka temukan dalam aktivitas ibadah mereka kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.
Dalam ibadah mereka berusaha untuk bisa mendekatkatkan diri kepada Allah SWT,
padahal Allah sendiri adalah Dzat yang gaib. Oleh karena itu, sebenarnya
hal-hal mistik mereka temukan dalam bentuk ibadah mereka kepada Allah SWT,
Seperti halnya seorang hamba yang membaca dzikir, al-Qur’an, manaqib dengan
harapan semoga diberi kejernihan hati, ketenangan dan bisa masuk surga. Padahal
kejernihan hati, ketenangan dan surga termasuk hal-hal yang mistik. Hal-hal
tersebut dikatakan mistik karena adanya hal tersebut sebenarnya tidak bisa
tampak oleh mata dan hanya bisa
dirasakan saja. Dengan demikian, kehidupan yang serba mistik itu harus kita
akui keberadaan dan eksistensinya tanpa harus mengingkarinya.
F.
Penyimpangan Mistik di Masyarakat Pekajangan
Masyarakat Pekajangan menurut bapak kepala Kelurahan sudah tidak
lagi percaya terhadap hal-hal yang mistik. Bahkan menurut beliau, hal-hal
mistik merupakan hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang kuno (dahulu) dan di
anggap ketinngalan zaman apabila sekarang masih mempercayai mistik. Mungkin
yang dimaksud mistik oleh bapak lurah disini adalah bentuk-bentuk misti yang
bisa dilogika (rasio) dan bisa di ilmiahkan. Sehingga mistik di sini hanya
sebatas pemahaman yang tolok ukurnya adalah akal, logika (rasio) dan ilmiah.
Akan tetapi dalam realita yang terjadi di masyarakat berbeda dengan
pemahaman tadi. Dimana masyarakat pekajangan masih mempercayai terhadap mistik.
Hal itu terbukti dengan adanya masyarakat yang masih mempercayai terhadap
ritual-ritual sesajen, cincin batu akik ada khadam (jin), rumah kosong ada
hantu, dan lain-lainnya. Sehingga ada sebagian masyarakat yang masih
menggunakan perantara mistik untuk menunjang kelangsungan hidup mereka. Mereka
menggunakan batu akik, jimat, mantra, dukun untuk menunjang kebutuhan hidup
mereka. Hal ini bisa menimbulkan sebuah penyimpangan tentang makna mistik yang
di syari’atkan dan di wajibkan dalam Islam. Ketika percaya bahwa seseorang
memakai cincin batu akik yang di anggap ada khadam penglarisan dagang dan
kemudian dagangannya laris karena khadam dari cincin batu akik tersebut, maka
itu termasu perbuatan syirik. Dagangan yang laris itu semata-mata dari Alla
SWT, bukan dari cincin batu akik.
Setelah perkembangan zaman, masyarakat pekajangan sudah tidak lagi
mempercayai adanya hal-hal mistik tersebut. Akan tetapi sebagian masyarakat
yang pendidikannya rendah dan pemahaman agamanya kurang, masih mempercayai hal
mistik tersebut. Sehingga penyimpangan terhadap pemahaman tersebut sebenarnya
bisa di atasi dengan adanya perbaikan dalam pendidikan dan pendalaman agama
secara baik dan terarah. Dengan adanya dua hal itu, penyimpangan terhadap
pemahaman mistik akan bisa diminimalisir dan sedikit demi sedikit bisa di
atasi.
Namun dalam fenomena umat Islam beragama juga ditemukan penipuan, pencurian
dan pemerasan. Hal ini tentu karena mereka hanya beragama dengan simbol tanpa
makna beragama sebagai simbol adakalanya untuk kepentingan politik dan
kekuasaan, Sebagaimana dapula untuk kepentingan materi dan eko nomi.Selain iman
yang lemah untuk memegang prinsip, berbagai pelanggaran memperebutkan harta
juga disebabkan faktor sosial, seperti besarnya jurang pemisah antara yang kaya
dan yang miskin (the have and the have not), kecemburuan sosial dan sebagainya.
Maslah yang dihadapi oleh masyarakat adalah tindak kriminal yang sering
terjadi, baik sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Begitu juga adanya
pelanggaran terhadap supranatural, kebatinan, mistik (spiritual) dalam agama
Islam yang tentunya sudah adanya larangan terhadap pelakasanaan pelanggaran
tersebut.[26]
G.
Mistik dalam Pandangan Islam
Menurut Harun Nasution,
intisari dari mistisisme (termasuk tasawuf) adalah kesadaran akan adanya
komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan, dengan cara mengasingkan
diri dan berkontemplasi. Kesadaran berada dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil
bentuk ittihad (bersatu dengan Tuhan).
Tarekat pada mulanya
diartikan sebagai jalan yang harus dilalui oleh seorang sufi dengan tujuan
berada sedekat mungkin (taqarub) dengan Tuhan. Kemudian tarekat
mengandung organisasi (tarikat), tiap organisasi tarekat mempunyai Syekh,
upacara ritual, dan zikir serta nama tersendiri.[27]
Islam yang ada di Pekajangan
juga memandang hal mistik sebagai hal yang di wajibkan dalam Islam. Dimana
dalam pelaksanaan ibadah mereka juga mengalami hal mistik yang di temukan dalam
setiap harinya. Sehingga perlu dipahami secara betul, bahwa Islam juga
mengajarkan adanya pengalaman spiritual yang sering di alami dalam dunia
tasawuf. Tasawuf sebagai mistik Islam, menurut Abu wafa Taftazani memiliki
ciri-ciri umum yang bersifat psikis, moral, dan epistimologis. Menurut
pendapatnya, bahwa tasawuf adalah merupakan suatu bentuk peningkatan moral,
artinya setiap tasawuf memiliki nilai-nilai moral tertentu dan merealisasikan
nilai-nilai itu dengan maksud untuk membersihkan batin. Tujuan tasawuf adalah
untuk pemenuhan fana (sirna) dalam realitas mutlak, yaitu kondisi psikis
tertentu, dimana seorang sufi tidak merasa adanya diri atau keakuannya. Selain itu, tasawuf diniatkan sebagai
penunjuk dan pengendali hawa nafsu, secara psikis akan muncul pengalaman rohani
yang dirasakan sebagai ketentraman dan kebahagiaan rohani[28].
Dalam tasawuf hal-hal mistik
sudah tidak asing sekali, khususnya seorang muslim yang mengikuti thariqah.
Dalam thariqah, seorang akan di bai’at oleh seorang mursyid yang mempunyai hak
untuk membai’at. Sehinnga bai’at hanya bisa dilakukan oleh seorang mursyid yang
sudah mumpuni dalam thariqah tersebut. Thariqah yang anut di masyarakat
Pekajangan adalah thariqah Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah dan Syadziliyyah. Akan
tetapi thariqah yang mayoritas masyarakat Pekajangan adalah thariqah Qadiriyyah
wa Naqsabandiyyah. Sedangkan Thariqah Syadziliyyah belum begitu banyak di ikuti
oleh masyarakat.
Masyarakat Pekajangan juga
mempercayai akan adanya alam gaib yang merupakan bagian dari keimanan mereka
kepada Allah SWT. Karena hakikat tentang adanya alam gaib menjadi pembuka
benteng keragu-raguan bagi setiap orang yang tipis imannya. Dengan adanya alam
gaib, mereka akan mau merenung dan berfikir. Sehingga mengetahui adanya
kebatilan dan dapat meluruskan praduga yang salah. Dan dapat memantapkan hati
orang lain yang ragu dan bimbang dengan adanya alam barzakh dan alam akhirat
serta adanya alam gaib selainnya. Seperti adanya hari kiamat, kebangkitan dari
alam kubur (ba’ts), dikumpulkan dalam mahsyar (hasyr), dan
perhitungan amal baik dan buruk (hisab).
Sebenarnya untuk mengetahui hakikat dari alam gaib tidaklah sulit,
apalagi teknologi sekarang ini semakin maju pesat. Dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sering diadakan penelitian tentang adanya
partikel-partikel yang tidak nampak oleh mata akan tetapi keberadaannya tetap
ada. Karena itu wajib bagi setiap muslim untuk beriman pada hal-hal gaib dan
hari kiamat. [29]
Sementara itu pula, agama
sebagai hasil rancang bangun dari akumulasi konsep, pandangan, penafsiran, dan
gagasan manusia (pattern of behavior), melalui pedoman teks sucinya (pattern
for behavior), senantiasa berada di atas siklus budaya yang plural ini. Dengan
demikian, sadar atau tidak, agama sebagai sitem nilai-nilai pada satu sisi,
telah mempersilahkan dirinya secara terbuka untuk selalu berdialektiaka dengan
siklus budaya yang dinamis itu. Kerukunan dalam beragama belum merupakan nilai
akhir, tetapi merupakan suatu sarana yang harus ada sebagai “conditio sine qua
none” untuk mencapai tujuan lebih jauh yaitu situasi aman dan damai. Situasi
ini amat dibutuhkan semua pihak dalam masyarakat untuk memungkinkan penciptaan
nilai-nilai spiritual dan material yang sama-sama dibutuhkan untuk mencapai
tingkat kehidupan yang lebih tinggi.[30]
BAB V
PENUTUP
SIMPULAN
Dalam Islam
tasawuf adalah sebuah metode yang di gunakan untuk mendekatkan seorang sufi
kepada Allah. Tasawuf sangat berperan dalam pembentukan karakter dan akhlak
seorang muslim yang berusaha untuk baik dan bermanfaat dalam hidupnya.Sehingga
adanya pembentukan karakter generasi muda dengan berbagai kegiatan keagamaan
sangat menentukan terhadap potensi generasi muda yang berakhlak al-karimah.
Oleh karena itu, ajaran tasawuf yang sudah ada dalam masyarakat Pekajangan juga
membantu dalam pembentukan masyarakat yang religius dan mengenal Allah sang
maha pencipta.
Melihat dari
sejarah kelurahan Pekajangan yang dimulai dengan datangnya Mbah Gombol
(KH.Hambali) sangat memberikan pengaruh besar dalam nilai-nilai Islam yang ada
sampai saat ini. Dimana kelurahan Pekajangan yang dulunya merupakan tempat yang
rawa-rawa menjadi tempat/kelurahan yang memiliki nilai-nilai keislaman yang
sudah tidak bisa kita pungkiri. Sampai saat ini juga, kegiatan-kegiatan
keagamaan juga bisa kita lihat disana seperti: berzanji, dziba’, manaqib,
tahlil dan maulidur rasulullah. Hal itu yang sering dilakukan oleh sebagian
masyarakat dari golongan Nahdlatul Ulama’ (NU). Akan tetapi dari golongan
Muhammadiyyah juga banyak kegiatan keagamaan seperti:Peringatan Hari Lahir
Muhammadiyah, Tapak Suci Putra, dan Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM). Dua
golongan tersebut membuat kelurahan Pekajangan yang sangat religius dengan
nilai-nilai kegamaannya. Oleh karena itu, masyarakat sangat menanamkan nilai-nilai
keagamaan pada anak-anak mereka dan dalam kehidupannya di hiasi dengan ajaran
syari’at Islam.
Selain itu,
organisasi keagamaan juga menjadi perantara bagi msayarakat Pekajangan untuk
mendalami agama secara benar sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Termasuk dalam
memahami tentang hal-hal mistik yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Sehingga pemahaman mistik tidak salah dan tidak menyimpang dari ajaran agama
Islam. Meskipun saat ini, hal-hal mistik tidak begitu diperhatikan oleh masyarakat, karena di anggap ketinggalan
zaman dan sudah tidak diperlukan lagi. Padahal mistik juga selalu mereka
temukan dalam aktivitas ibadah dan pemenuhan kebutuhan mereka. Meskipun demikian, mereka tetap saja melupakan akan
adanya mistik dalam Islam, yang sebenarnya mistik dalam Islam adalah tasawuf.
Begitu juga terhadap suatu thariqah yang mereka ikuti yang sebenarnya adalah
bentuk spiritualitas yang di alami mereka ketika mengamalkan thariqah. Dimana
thariqah sendiri juga berisi hal-hal mistik yang di alaminya, yang dengan mistik
atau sepiritual tersebut, maka mereka akan memperoleh ketenangan batin dan
ma’rifat kepada Allah.
Keberadaan agama
Islam di Pekajangan juga mampu membentuk masyarakat yang religius. Masyarakat
menjadi menerapkan ajaran agama Islam dengan benar dan sesuai dengan syari’at
Islam yang di bawa dan disampaikan rasulullah. Islam berkembang pesat di
Pekajangan, terbukti dengan adanya sarana pendidikan dan kegiatan Islam yang dilakukan oleh masyarakat
Pekajangan mulai dari pendidikan tingkat sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi.
Oleh karena itu, Islam di Pekajangan sangat berpengaruh sekali bagi kehidupan
masyarakat Pekajangan.
Akan tetapi di
dalam memahi tentang hal-hal mistik, masyarakat Pekajangan sangat bervariatif.
Sebagian dari masyarakat ada yang masih mempercayai terhadap mistik. Dimana
mistik juga termasuk suatu kewajiban dalam Islam, karena mistik menurut mereka
adalah hal gaib yang di wajibkan dalam Islam. Sedangkan masyarakat yang tidak
percaya pada mistik karena di anggap menyimpang dari ajaran Islam. Sebab
menurut mereka mistik seperti percaya pada makhluk halus (jin, setan). Hal
tersebut yang menurut mereka adalah penyimpan terhadap pemahaman mistik menurut
ajaran Islam.
Sedangkan mistik
dalam pandangan Islam menurut masyarakat Pekajangan adalah terhadap hal-hal
gaib yang dapat mereka temukan dalam setiap ibadah mereka. Selain itu,
masyarakat yang berthariqah juga bisa menemukan mistik ketika mengalami puncak
spiritual. Dimana dalam puncak spiritual thariqah tersebut, mereka mendapat kejernihan
hati, ketenangan jiwa dan bisa dekat dan ma’rifat kepada Allah SWT. Thariqah
yang ada di masyarakat Pekajangan adalah thariqah qadliriyah wa naqsabandiyah
dan thariqah syadziliah. Kedua thariqah tersebut yang paling banyak pengikutnya
adalah thariqah qadliriyah wa naqsabandiyah. Adanya kedua thariqah itu bisa
menjadikan masyarakat akan adanya hal-hal mistik (gaib) yang ditemukan dalam
pelaksanaan ajaran thariqah mereka. Dengan demikian, pemahaman mistik melalui
thariqahlah yang mampu memberikan sebuah pemahaman mistik menjadi benar dan
sesuai dengan ajaran agama Islam.
SARAN
Penelitian ini
sangat banyak sekali kekurangannya, karena berbagai hal yang menyebabkan
penelitian saya ini kurang maksimal. Hal tersebut antara lain karena
keterbatasan waktu, sumber, obyek dan segala sesuatu yang menunjang penelitian
ini sangat minim dan kurang sekali. Sehingga saya berharap agar penelitian
selanjutnya bisa menjadi lebih baik dan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Yunus, Mukri, Embah Ki Ageng Gombol (KH.Hambali),Pekajangan
Pekalongan.
Arifin, Bambang, Samsul, 2008, Psikologi Agama, Bandung:Pustaka
Setia.
Bustanuddin, 2006, Agama dalam Kehidupan Manusia Pengantar
Antropologi Agama, Jakarta:Radja Grafindo.
Ghazali, Adeng, Muchtar, 2011, Antropologi Agama,
Bandung:Alfabeta.
Horison, Ashraf, Ali, 1993, Baru Pendidikan Islam, Jakarta:Pustaka
Firdaus.
http//en.wikipedia.org/phenomenology of religion, Jum’at,06
Juni 2015,pkl.14.00.
http//en.wikipedia.org/phenomenology of religion, Jum’at,06
Juni 2015,pkl.14.00.
https://anggafadhilah.wordpress.com/2012/11/21/filsafat-pengetahuan-mistik,selasa 10/03/2015,
pukul. 09.50 WIB
Ishomuddin, 2002,Pengantar Sosiologi Agama, Jakarta:Ghalia Indonesia.
J. Moleong, Lexi, 1999, Metode Penelitian Kualitatif,
Yogyakarta: Liberty.
Koentjaraningrat, 2009, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta:Rineka Cipta.
Krisna, Tim, 2012, Menyibak Tabir Kiamat, Kediri:Lirboyo
Press.
Mardalis, 2004, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal,
Jakarta: Bumi Aksara.
Robin, M., 2009, Relasi Agama dan Budaya Masyarakat Kontemporer,
Malang:UIN Malang Press.
S. Nasution, 2012, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta:
Bumi Aksara.
Salam, Burhanuddin, 1997, Etika Sosial, (Jakarta
:Rhineka Cipta.
Satori, Djam’an dan Komariah, Aan, 2010, Metodologi
Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Sholeh, 2005, Agama Sebagai Terapi, Yogyakarta:Pustaka
Pelajar..
Sururin, 2004, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta:Raja Grafindo
Persada.
Susanto, 2011, Filsafat Ilmu, Jakarta:Bumi Aksara.
Sya’rani, Mahmud, 2002, Agama
dan Kejawen, Semarang:Aneka Ilmu.
Syamsul, Arifin, Bambang, 2008, Agama Psikologi,Bandung:Pustaka
Setia.
Tafsir, Ahmad, 2010), Filsafat Ilmu, Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Yunus, Hadi, Sabari, 2010, Metode Penelitian Wilayah
Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran
I










Lampiran II : Surat Rekomendasi dari BAPEDA Kabupaten Pekalongan

Lampiran III : Surat Rekomendasi dari Kecamatan Kedungwuni

Lampiran
IV: Surat Rekomendasi dari Kelurahan 

Lampiran
V : Struktur Pemerintahan Kelurahan Pekajangan

Lampiran
VI I: Peta Kelurahan Pekajangan

Lampiran
VIII : Angket Peryataan
Pilihlah pernyataan
di bawah ini dengan cara melingkari terhadap pernyataan yang menurut anda
sesuai dan benar!
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
Nama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
1. Dalam
Islam mempercayai terhadap Mistik (Gaib) hukumnya wajib
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
2. Kita
wajib untuk beriman terhadap hal-hal mistik (gaib)
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S= Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
3. Allah,
Malaikat, Jin, Iblis dan Setan itu termasuk hal yang Mistik (gaib)
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
4. Percayakah
bahwa Jin , Setan itu ada
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
5. Jin
dan Setan ada disekeliling kita, tapi
kita tidak bisa melihatnya.
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
6. Dengan
“doa dan mantra” tertentu kita bisa melihat dunia mistik (gaib).
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
7. Sejak
dalam kandungan manusia sudah mengenal dunia mistik (gaib) berupa alam rahim
(kandungan)
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
8. Seorang
indigo (punya indera ke enam) bisa melihat alam mistik (gaib)
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
9. Dengan
indigo (indera ke enam) seseorang bisa berbicara dan pergi ke alam mistik
(gaib)
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
10. Setelah
mati seseorang akan ditanya oleh malaikat munkar dan nakir di alam kubur.
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
11. Sebelum
7 hari orang yang sudah mati terkadang masih terlihat di sekitar rumahnya
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
12. Orang
yang mati diperingati selama 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan seterusnya
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
13. Orang
yang mati dibacakan doa-doa supaya pahalanya membaca doa sampai padanya
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
14. Selametan
orang mati untuk menambah pahalanya orang yang sudah mati
SS =Sangat Setuju c. TS=Tidak Setuju
S= Setuju d. STS=Sangat Tidak Setuju
15. Salah
satu keluarga dari orang yang mati terkadang merasakan bahwa yang mati itu
masih hidup selama belum 7 hari
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
16. Manusia
akan dibangkitkan dari alam kubur pada hari kiamat.
c. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
d. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
17. Tempat
keramat ada penghuninya
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d. STS=Sangat Tidak Setuju
18. Rumah
Kosong ada hantunya (jin dan setan)
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S= Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
19. Di
dalam keris ada makhluk halus yang menghuninya
a.
SS =Sangat
Setuju c. TS=Tidak Setuju
b.
S= Setuju d. STS=Sangat Tidak
Setuju
20. Di
dalam batu akik (permata) ada penghuninya
a. SS
=Sangat Setuju c. TS=Tidak
Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
21. Tasbih
atau sejenisnya yang dibacakan dzikir atau doa-doa tertentu bisa memiliki
Khadam atau kekuatan
a.
SS =Sangat
Setuju c. TS=Tidak Setuju
b.
S= Setuju d. STS=Sangat Tidak
Setuju
22. Di
batas desa ada hantunya, harus di kasih sesajen
a.
SS =Sangat
Setuju c. TS=Tidak Setuju
b.
S= Setuju d. STS=Sangat Tidak
Setuju
23. Tempat
angker ada pada tempat yang jarang disinggahi
c.
SS =Sangat
Setuju c. TS=Tidak Setuju
d.
S= Setuju d. STS=Sangat Tidak
Setuju
24. Air
putih yang didoakan atau dibacakan dzikir bisa untuk mengobati segala penyakit
a.
SS =Sangat
Setuju c. TS=Tidak Setuju
b.
S= Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
25. Istighosah
untuk mendatangkan rezaki dan kebaikan
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
26. Istighosah
untuk menolak balak atau keburukan
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
27. Membaca
manakib untuk menambah rezeki (penglarisan)
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
28. Sholat
dhuha untuk menambah rezeki
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
29. Puasa
senin kamis untuk mendatangkan kebaikan, rezeki, dan jodoh
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
30. Puasa
pati geni untuk keinginan atau hajat tertentu supaya tercapai
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
31. Sowan
pada Kyai untuk mendapatkan barakah ilmu, melariskan dagangan, dan mendapat
jodoh
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
32. Datang
ke dukun atau paranormal untuk mendapatkan barakah ilmu, melariskan dagangan,
dan mendapat jodoh
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
33. Membaca
doa dan dzikir tertentu untuk menyembuhkan penyakit
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
34. Membaca
mantra-mantra tertentu untuk menyembuhkan penyakit
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
35. Keris
yang dianggap mempunyai keukatan dapat
menyembuhkan segala penyakit
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
36. Batu
akik atau permata yang dianggap mempunyai khadam (keukatan) dapat menyembuhkan
penyakit
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
37. Tasbih
atau seejenisnya yang dianggap mempunyai khadam (keukatan) dapat menyembuhkan
penyakit
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
38. Makam
Aulia’ diziarahi untuk tabarukan (ngalab barakah) sang ahli kubur (wali yang
diziarahi)
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
39. Meminta
air yang sudah diberi doa pada Kyai atau Ulama untuk penglarisan, cari jodoh,
dan kebaikan
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
40. Meminta
air pada dukun atau paranormal supaya dibaca mantra-mantra untuk penglarisan,
cari jodoh, dan kebaikan
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
41. Mencuci
atau membasuh benda-benda pusaka setiap tanggal 1 sura dan menjelang bulan
Ramadhan
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
42. Memberi
makan benda-benda pusaka dengan bunga-bunga tertentu dan minya-minyak tertentu
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
43. Rumah
yang selalu dibacakan Al-Qur’an akan terhindar dari gangguan setan, jin, sihir,
santet, dan teluk
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
44. Rumah
yang tidak pernah dibacakan al-Qur’an akan mudah dinganggu oleh jin, setan,
santet, dan teluk
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
45. Seseorang
yang terbiasa atau terlatih untuk tidak melakukan perbuatan dosa besar atau
kecil akan dekat dengan Allah dan diberi kekuatan-kekuatan yang berbeda dengan
lainnya
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
46. Suka
memakan barang haram akan mudah diganggu makhluk halus dan mudah untuk mendapat
keburukan
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
47. Seorang
alim akan bisa melihat hal-hal mistik atau ghaib ketika membaca doa-doa
tertentu
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
48. Orang
alim (orang baik) bisa pergi ke alam ghaib dan bisa berbicara dengan makhluk
halus
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
49. Dukun
atau paranormal bisa pergi ke alam ghaib dan bisa berbicara dengan makhluk
halus
a. SS
=Sangat Setuju c.
TS=Tidak Setuju
b. S=
Setuju d.
STS=Sangat Tidak Setuju
Lampiran VI : Angket Pertanyaan
KEPERCAYAAN
TERHADAP MISTIK
MASYARAKAT PEKAJANGAN
Pertanyaan
Umum
1.
Apakah Anda paham
tentang Mistik?
2.
Mistik
apa yang anda ketahui?
3.
Hal-hal
apa saja yang termasuk mistik menurut Anda?
4.
Di
zaman modern seperti ini apakah kepercayaan terhadap mistik perlu?
5.
Apa
pengaruhnya mistik bagi Anda?
6.
Apa
pengaruh mistik bagi Masyarakat Anda menurut Anda?
7.
Apakah
anda percaya kalau keris mempunyai kekuatan gaib?
8.
Seberapa
percayakah Anda terhadap keris yang di anggap mempunyai kekuatan?
9.
Dampaknya
percaya terhadap keris yang dianggap mempunyai kekuatan, menurut Anda seperti
apa?
10. Apakah anda percaya kalau batu akik (batu mulia) mempunyai kekuatan gaib?
11. Seberapa percayakah Anda terhadap batu akik (batu mulia) yang di anggap mempunyai kekuatan?
12. Dampaknya percaya terhadap batu akik (batu mulia) yang dianggap mempunyai kekuatan, menurut
Anda seperti apa?
13. Apakah anda percaya kalau rumah kosong di huni makhluk gaib?
14. Seberapa percayakah Anda terhadap rumah kosong di huni makhluk gaib?
15. Dampaknya percaya terhadap rumah kosong di huni makhluk gaib, menurut Anda seperti apa?
16. Apakah di Kelurahan pekajangan ini ada tempat-tempat yang
dikeramatkan?
17. Seberapa percayakah Anda terhadap tempat-tempat yang dikeramatkan
18. Dampaknya percaya terhadap tempat-tempat yang dikeramatkan, menurut Anda seperti apa?
19. Dimana saja letak tempat-tempat yang dikeramatkan?
20. Apakah anda percaya terhadap tempat-tempat yang dikeramatkan?
KEPERCAYAAN
TERHADAP MISTIK
MASYARAKAT PEKAJANGAN
Pertanyaan
Khusus
1.
Apakah ada hubungan Antara mistik dengan Agama?
2.
Kalau
ada hubungannya, menurut Anda apa?
3.
Apa
pengaruhnya bagi masyarakat Pekajangan, menurut Anda?
4.
Apakah ada hubungan Antara mistik dengan Akhlak?
5.
Kalau
ada hubungannya, menurut Anda apa?
6.
Apa
pengaruhnya bagi masyarakat Pekajangan, menurut Anda?
7.
Apakah ada hubungan Antara mistik dengan Tasawuf?
8.
Kalau
ada hubungannya, menurut Anda apa?
9.
Apa
pengaruhnya bagi masyarakat Pekajangan, menurut Anda?
10. Apakah ada hubungan Antara mistik dengan
Agama,Akhlak dan Tasawuf?
11. Kalau ada hubungannya, menurut Anda
apa?
12. Apa pengaruhnya bagi masyarakat
Pekajangan, menurut Anda?
13. Apakah ada tempat untuk
belajar/memahami tentang mistik, agama, akhlak dan tasawuf?
14. Kalau di kelurahan ini ada, menurut
Anda dimana?
15. Apa pengaruhnya bagi masyarakat
Pekajangan, dengan adanya tempat untuk belajar/memahami tentang mistik, agama,
akhlak dan tasawuf, menurut Anda?
Lampiran
VII : Data Orang yang di wawancarai
No.
|
Nama
|
Status
|
1.
|
Arif Nugroho
|
Lurah Pekajangan
|
2.
|
KH. Failasuf Syu’bi
|
Tokoh Agama
|
3.
|
Yunus Mukri Adi
|
Keturunan Mbah Gombol
|
4.
|
Syifa’udin
|
Ketua RT
|
5.
|
Miftakhurrohman
|
Masyarakat
|
6.
|
Endang Budiarti
|
Masyarakat
|
7.
|
Nur Laila
|
Masyarakat
|
8.
|
Furqon
|
Ketua RT
|
9.
|
Faizin
|
Ketua RT
|
10.
|
Yusuf
|
Ketua RT
|
[1] Bambang Syamsul
Arifin,Agama Psikologi,(Bandung:Pustaka Setia,2008),hlm.142.
[3] Ahmad Tafsir, Filsafat
Ilmu, (Bandung:Remaja Rosdakarya,2010),hlm.114.
[4] Bambang Samsul
Arifin, Psikologi Agama, (Bandung:Pustaka Setia, 2008),hlm.211-217.
[5]Ahmad tafsir, Filsafat
Ilmu, hlm.112.
[6]https://anggafadhilah.wordpress.com/2012/11/21/filsafat-pengetahuan-mistik,selasa 10/03/2015,
pukul. 09.50 WIB
[7]Ahmad tafsir, Filsafat
Ilmu, hlm.121-122.
[8] http//en.wikipedia.org/phenomenology
of religion, Jum’at,06 Juni
2015,pkl.14.00.
[9] Djam’an Satori
dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm. 129
[10] Hadi Sabari
Yunus, Metode Penelitian Wilayah Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2010), hlm. 372
[11] S. Nasution, Metode
Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 128
[12] Lexi, J.
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Liberty, 1999), hlm.
163
[13] Mardalis, Metode
Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm.
26
[16] Yunus Mukri
Adi, Embah Ki Ageng Gombol(KH.Hambali),Pekajangan Pekalongan.
[17]Ahmad tafsir, Filsafat
Ilmu, (Bandung:Remaja Rosdakarya,2010),hlm.112.
[18]Bustanudin
Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta:Raja Grafindo Persad,2007),hlm.106.
[19]Sururin, Ilmu
Jiwa Agama, (Jakarta:Raja GrafPindo Persada,2004),hlm.125-127.
[20]Susanto, Filsafat
Ilmu, (Jakarta:Bumi Aksara, 2011),hlm.92-93.
[21] Ali Ashraf,
Horison, Baru Pendidikan Islam, (Jakarta:Pustaka Firdaus,1993),hlm.23.
[22] Burhanuddin
Salam, Etika Sosial, (Jakarta :Rhineka Cipta,1997),hlm.179.
[23] Adeng Muchtar
Ghazali, Antropologi Agama,(Bandung:Alfabeta,2011),hlm.2.
[24] Sholeh, Agama
Sebagai Terapi,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005),hlm.41.
[25] Ishomuddin, Pengantar
Sosiologi Agama, (Jakarta:Ghalia Indonesia,2002),hlm.31
[26]
Bustanuddin, Agama
dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi Agama, (Jakarta:Radja Grafindo,2006),hlm.235-237.
[27] Ahmad tafsir, Filsafat
Ilmu, (Bandung:Remaja Rosdakarya,2010),hlm.112.
[28] Mahmud
Sya’rani, Agama dan Kejawen,(Semarang:Aneka Ilmu,2002),hlm.99-100.
[29] Tim Krisna, Menyibak
Tabir Kiamat, (Kediri:Lirboyo Press, 2012),hlm.32-33.
[30]
M.Robin, Relasi
Agama dan Budaya Masyarakat Kontemporer, (Malang:UIN Malang
Press,2009),hlm.191-192.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar