PERKEMBANGAN
PSIKOLOGI AGAMA
PADA USIA DEWASA DAN USIA LANJUT
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama
Dosen
Pengampu : Drs. H. Ahmad Idhoh Anas, M.A

Disusun
oleh :
Aris Priyanto (2032113006)
Prodi
:
S1 Akhlak Tasawuf
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Segala Puja dan Puji syukur Alhamdulillah semoga senantiasa kita panjatkan kehadirat AIlah atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Sumpah dalam Perpekstif Islam” yang sederhana ini telah selesai kami susun. Makalah ini
kami buat berdasarkan hasil belajar kami dan referensi dari berbagai
buku. Salah satu tujuan kami
adalah agar yang membaca makalah kami
dapat mengerti dan memahami tentang Perkembangan Psikologi Agama
Pada Usia Dewasa dan Usia Lanjut secara detail dan jelas. Dan dengan tujuan yang demikian, kami harap laporan ini
bermanfaat bagi semua orang yang membaca susunan makalah ini.
Kekurangan dan kesalahan tentu akan terjadi dalam
pembuatan laporan ini, maka tegur sapa dan koreksi dari para ahli sangat kami harapkan. Dan kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya atas kesalahan-kesalahan yang terjadi. Dan tak lupa kami
ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT,
karena atas izin-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu.
2. Kepada Dosen Drs. H. Ahmad Idhoh Anas, M.A. selaku dosen mata kuliah
Psikologi Agama sekaligus pembimbing dalam
membuat makalah ini.
3. Kepada orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan do’a
kepada kami.
4. Dan kepada teman-teman juga yang telah memberikan dukungan moral dan koreksi bagi kami.
Dan kami juga memohon
kepada Allah semoga buku ini bermanfaat dan menjadi salah satu amal yang
diridhio-Nya. Amin.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................... i
Daftar isi ............................................................... ii
BAB I Pendahuluan ............................................................... 1
1.1
Latar Belakang ............................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ............................................................... 1
BAB II Pembahasan ............................................................... 2
2.1 Ciri-ciri
Orang
Dewasa ............................................................... 2
2.2
Sifat Keagamaan
Pada Orang Dewasa ............................................................... 3
2.3 Karakteristik
pada
Usia Lanjut
............................................................... 6
2.4 Perkembangan
Jiwa
Agama Pada
Usia Lanjut
............................................................... 8
BAB III Penutup ............................................................... 11
3.1 Simpulan ............................................................... 11
3.2 Saran ............................................................... 11
Daftar Pustaka ............................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan psikologi pada dewasa dan usia lanjut sangat variasi
dan perlu pemahaman yang extra untuk mengikutinya. Psikologi pada masa dewasa
dan usia lanjutt sangat mempengaruhi terhadap karakter dan sifat dalam
kehidupannya. Karena pada masa dewasa dan usia lanjut seseorang sangatv
dipengaruhi oleh faktor dari luar, baik lingkungan maupun tempat dia
berinteraksi dengan sosial.
Pada masa dewasa
dan usia lanjut seseorang juga mengalami perubahan dalam sikap, karakteristik
dan keagamaannya. Sehingga psikologi agama juga sangat berpengaruh dalam
keberlangsungan hidup seseorang dalam tatanan sosial.
Dalam makalah ini
akan membahas ciri-ciri orang dewasa, sikap keagamaan, perkembangan jiwa Agama
pada usia lanjut dan perlakuan pada usia lanjut menurut Islam. Semoga makalah
ini mampu menambah wacana dan wawasan ilmiah psikologi Agama pada masa dewasa
dan usia lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
A. Ciri-ciri orang Dewasa
B. Sifat Keagamaan Pada
Orang Dewasa
C. Karakteristik Pada Usia
Lanjut
D. Perkembangan Jiwa Agama pada Usia Lanjut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Ciri-ciri orang Dewasa
Pada masa dewasa seseorang sudah memiliki sifat kepribadian yang
stabil. Stabilisasi sifat kepribadian ini antara lain dilihat dari cara
bertindak dan bertingkah laku yang agak bersifat tetap (tidak mudah
berubah-ubah) dan selalu berulang kembali.
Banyak ciri
penting dalam masa dewasa yang merupakan kelanjutan dan yang membedakan dengan
masa sebelumnya (masa remaja), yaitu adanya peletakan dasar dalam banyak aspek
di depannya seperti, berusaha memainkan peranna-peranan baru dalam hal sebagai
suami/istri, orang tua, sebagai pemimpin rumah tangga, serta mengembangkan
sikap-sikap, minat, dan nilai-nilai dalam memelihara peranannya yang baru
tersebut. Kemudian dari permasalahan hidup yang dihadapi pada masa remaja akhir
yang terdapat berbagai macam ketegangan emosi, masudnya masa dewasa yang
memiliki berbagai macam ciri antara lain :
a.
Usia reproduktif (reproductive age)
b.
Usia memantapkan letak kedudukan (settling
down age)
c.
Usia banyak masalah (Problem age)
d.
Usia tegang dalam hal emosi (emotional
tension)
Kedewasaan
merupoakan suatu fase dalam proses hidup, dalam proses menjadi tua. Suatu
periode yang sama dengan periode-periode yang lain. Oleh karena itu Allport
mengajukan enam hal sebagai ciri kejiwaan orang dewasa, antara lain :
a.
adanya
usaha pribadi pada salah satu lapangan yang penting dalam kebudayaan yaitu
kepercayaan, politik, agama, kesenian dan pengetahuan.
b.
Kemampuan
untuk mengadakan kontak yang hangat dalam hubungan yang fungsional maupun tidak
fungsional
c.
Suatu
stabilitas batin yang fundamental dalam dunia perasaan dan dalam hubungan
dengan penerimaan diri sendiri
d.
Pengamatan,
pemikiran dan tingkahlaku menunjukan sifat relaitas yang jelas, namun masih ada
relatifitasnya juga
e.
Dapat
melihat diri sendiri seperti adanya dan juga dapat melihat segi-segi kehidupan
yang menyenangkan.
f. Menemukan bentuk kehidupan
yang sesuia dengan gambaran dunia, atau filsafat hidup yang dapat merangkup
kehidupan menjadi satu kesatuan
2.2 Sikap Kegamaan Orang Dewasa
Kemantapan jiwa
orang dewasa sebagaimana yang dilogiskan oleh Charlotte Bucher sebagaimana di
atas, “saya hidup dan daya tahu untuk apa”. Setidaknya ini telah memberikan
suatu gambaran tentang bagaimana sikap keberagaman pada orang dewasa yang sudah
memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya baik sistem nilai
yang bersumber dari ajaran agama maupun norma-norma lain dalam kehidupan[1].
Berdasarkan hal
ini, sikap keberagamaan seseorang di usia dewasa sulit untuk di ubah.
Seandainya terjadi perubahan, mungkin
proses ini terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang matang.
Sikap-sikap
keberagamaan yang dialami oleh orang dewasa dipengaruhi oleh berbagai perangkat
yang mengitarinya, diantaranya adalah kebudayaan yang menjadi cetak biru bagi
kehidupan atau pedoman dari kehidupan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan warga masyarakat penganutnya. Dalam kebudayaan terdapat
berbagai perangkat dan keyikinan-keyakinan yang dimiliki oleh pendukung
kebudayaan tersebut. Perangkat-perangkat pengetahuan itu sendiri membentuk
sebuah sistem yang terdiri atas satuan-satuan yang berbeda-beda secara
bertingkat-tingkat yang fungsional hubungannya satu sama lain secara
keseluruhan.
Di sini
terlihat bahwa kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan sistem nilai
tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung kebudayaan
tersebut. Karena dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkahlaku,
kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat. Tradisi adalah
suuatu yang sulit berubah karena sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat
pendukunganya.[2]
Pada masa
dewasa agama mulai menetap sebagai suatu nilai yang diakui. Sebab agama mulai
dengan kuat dijadikan pedoman seluruh tingkah lakunya. Hanya persoalannya
tinggal menyesuaikan diri dengan dorongan dari dalam maupun yang datang dari
luar. Adapun ibadah dan pengkajian nilai diharapkan untuk menjadi pedoman yang
lebih kukuh menghadapi tugas di dunia dan pedoman utama menghadapi kematian dan
hidup di akhirat kelak.
Pekerjaan,
ideologi, dan kegiatan sosial biasanya akan dikaitkan dengan tuntunan agama.
Kualitas ibadah saat ini terlihat secara jelas, khususnya yang dapat pendidikan
baik atau analisis baik terhadap agama. Sebaliknya, yang nilai agamanya kurang
disebabkan pendidikan dasar agama yang diperoleh sebelumnya rendah, akan
melahirkan tingkah laku agama yang mentah pula. Namun pada masa ini, kegagalan
hidup mulai dia atasi dengan bantuan agama, sekalipun dia selama hidupnya
kurang mengamalkan agama atau kurang keyakinannya.[3]
Jika orang
dewasa memilih nilai-nilai agama untuk dijadikan pandangan hidup, maka sikap
keagamaan mereka akan terlihat dalam kehidupan sehari dan sikap itu akan
dipertahankan sebagai identitas dan kepribadian mereka karena ajaran agama yang
mereka anut berdasarkan pertimbangan akal sehat dan memberikan kepuasan batin.
Sikap ini akan membawa mereka untuk secara mantap menjalankan ajaran agama yang
mereka anut. Sehingga tidak jarang sifat keagamaan yang seperti ini dapat
menimbulkan ketaatan yang berlebihan dan menjurus sikap manatisme.
Sebaliknya jika
seorang dewasa memilih nilai bersumber dari nilai-nilai agama itupun akan
dipertahankannya sebagai pandangan hidupnya. Hal ini akan memberi peluang bagi
munculnya sikap yang anti agama, bila menurut pertimbangan akal sehatnya
terdapat kelemahan-kelemahan tertentu dalam ajaran agama yang dipahaminya yang
terkadang dapat memusuhi agama yang dinilainya mengikat dan bersifat dogmatis.
Sikap kegamaan
yang dimiliki oleh orang dewasa memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Menerima
kebenaran ajaran agama berdasarkan pertimbangan pikiran yang matang bukan
sekedar ikut-ikutan.
2.
Cenderung
bersifat realitis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam
sikap dan perilaku.
3.
Bersikap
positif pada ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari dan
memperdalam pemahaman agama.
4.
Tingkat
ketaatan beragama di dasarkan atas pertimbangan dan tanggungjawab diri hingga
sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap itu.
5.
Sikap
lebih terbuka dan wawasan yanhg lebih luas.
6.
Bersikap
lebih kritis terhdap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain
didasarkan atas pertimbangan pikiran juga didasarkan atas pertimbangan hati
nurani.
7.
Sikap
keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing,
sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta
melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
8.
Terlihat
adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial, sehingga
perhtian terhadap kependingan organisasi sosial keberagamaan sudah berkembang.
Oleh karena itu,
secara umum sikap keagamaan orang dewasa sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu :
a.
Faktor
hereditas dan asal-usul keluarganya sendiri.
b.
Asal-usul
keluarga suami/istri serta kondisi keagamaan keluarga yang dibangunnya
sekarang.
c.
Pendidikan
formal maupun nor formal yang pernah dialaminya.
d.
Pengalaman
hidup dari masa lalu maupun masa sekarang.
e.
Lingkungan
hidup, baik masa lalu, maupun sekarang.
f.
Pekerjaan
g.
Pergaulan
baik dilingkungan masyarakat sekitar maupun kerja
h.
Hasil
olah pikir, motivasi, inovasi, serta oleh perasaan (batin) yang dialami dan
dilakukan selama ini.
i.
Pengaruh
media cetak maupun elektronik yang mereka terima selama ini
j.
Faktor
hidayah dari Allah SWT
2.3 Karakteristik Pada Usia Lanjut
Pada tahap
terakhir pada rentang kehidupan seorang manusia (yakni yang telah mencapai
usisa lanjut) diabagi menjadi dua fase, yaitu usisa lanjut diini berkisar
antara umur 60-70 tahun, dan usia lanjut (70 tahun sampai meninggal dunia). Ada
tiga peruabahan regresi yang dialamu manusia lanjut usisa, yaitu perubahan
fisik, mental, dan perubahan sosial. Diaman dalam perubahan ini akan berakibat
pada kemampuan untuk mengontrol dirinya sendiri, bahkan menentukan apakah pria
atau wanita usia lanjut akan melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk.
Akan tetapi ciri-ciri usia lanjut cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri
yang buruk dan cenderung membawa kepada kesengsaraan.
Adapun
ciri-ciri kejiwaan yang biasa terjadi pada umumnya usia lanjut antara lain :
1.
Memerlukan
waktu yang lama dalam belajar dan mengitegrasikan jawaban atas pertanyaan.
2.
Terjadi
penurunan kecepatan dalam berfikir dan dalam menarik kesimpulan.
3.
Penurunan
kapasitas berfikir kreatif.
4.
Cenderung
lemah dalam mengingat hal-hal yang barusaja dipelajari maupun yang telah lalu.
5.
Kecenderungan
untuk mengenal sesuatu yang terjadi pada masa lalu.
6.
Berkurang
rasa humor.
7.
Menurunnya
perbendaharaan kata, karena lebih konstan mereka menggunakan kata-kata yang
pernah dipelajari pada masa ajnak-anak dan remaja.
8.
Kekerasan
mental meningkat dan tidak mampu mengontrol diri (egois).
9.
Merasa
dirinya tidak berharga atau kurang berharga.
Sedangkan
ciri-ciri fisik pada usia lanjut, antara lain :
1.
Penampilan
:
a)
Daerah
kepala, hidung menjulur lemas, bentuk mulut berubah akaibat hilangnya gigi,
mata pudar yaitu berlipat, pipi berkerut, mulut kering, rambut menipis dan
beruban.
b)
Daerah
tubuh : bahu membukuk dan tampak mengecil, perut membesar dan buncit. Pinggul
mengendor, dan garis pinggang melebar.
c)
Daerah
persendian, pangkal tangan dan kaki mengendor, tanggan kurus, kuku kaki dan
tangan menebal
2.
Indrawi
a)
Penurunan
kemampuan melihat objek-objek dan sensitifisme terhadap warna berkurang.
b)
Cenderung
kehilangan kemampuan mendengar nada-nada tinggi,
c)
Berkurangnya
kemampuan indra perasa karena berhentinya saraf-saraf didaerah lidah.
d)
Kepekaan
penciuman berkurang yang disebabkan oleh berhentinya pertumbuhan sel-sel dalam
hidung
e)
Berkurangnya
sensitifitas terhadap rasa sakit
3.
Kemampuan
motorik
a)
Kekuatan,
memerlukan waktu yang lebih lama untuk pulih dari kelelahan
b)
Kecepatan,
menginjak usia 40 tahun manusia sudah mengalami penurunan dalam kecepatan
bergerak
c)
Belajar
ketrampilan baru, pada usia lanjut lebih berkeyakinan bahwa belajar ketrampilan
lebih menguntungkan walaupun mereka mengalami kesulitan dalam belajar
d)
Cenderung
canggung dan kagok karena kerusakan dalam sel-sel motoriknya.
2.4 Perkembangan Jiwa Agama Pada Usia Lanjut
Pada usia
lanjut ini (60 tahun) manusia akan menghadapi8 sejumlah permasalaan.
Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik, hingga kekuatan fisik
berkurang, aktifitas menurun sering mengalami gangguan kesehatan yang
menyebabkan mereka kehilangan semangat. Mereka merasa dirinya sudah tidak
berharga lagi atau kurang dihargai lagi. Hal ini juga sangat sesuai dengan
konsep yang ada pada agama islam sendiri, bahwa dalam perkembangannya, manusia
mengalami penurunan kemampuan sejalan dengan pertambahan usia mereka.
Sebagaimana yang ada dalam Al-Qur’an surat yasin ayat 68, Allah berfirman :
وَمَنْ
نُعَمِّرُهُ نُنَكّسْهُ فِي الخَلْقِ ,أَفَلاَ يَعْقِلُوْنَ
“Dan barangsiapa yang kami panjangkan umurnya niscaya kami
kembalikan Dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan.
Menurut ayat di
atas,bahwa manusia akan dikembalikan
kepada kejadiannya, yaitu dikembalikan kepada keadaan manusia ketika ia
baru dilahirkan, yaitu lemah fisik dan kurang akalnya(al-Qur’an dan
terjemahannya,1971:713). Menurut As-Shabunny, yang dimaksud dengan ayat
tersebut adalah, bila manusi dipanjangkan
ke usia lanjut, maka ia akan kembali menjadi seperti bayi yaitu tidak
mengetahui sesuatu apapun[4].
Masa usia
lanjut, masa keinginan yang sangat tinggi untuk beribadah dan belajar seperti
masa muda khususnya orang yang normal jiwa agamanya. Kepatuhan terhadap Tuhan
merupakan inti kehidupannya, atau terutama dari segala-galanya. Kefleksibelan
sikap atas nila-nilai yang dianut oleh orang lain terlihat sangat mereda.
Penyesalan tinggi kalau tidak belajar agama dahulunya, atau tingkah laku yang
keliru mulai datang. Sehingga tidak jarang menimbulkan guncangan kejiwaan atau
kesedihan yang mendalam sampai mengucurkan air mata.
Ide-ide baik
tentang agama untuk dipraktikan mulai dilemparkan untuk dipraktikan. Disatu
segi mereka yang dahulunya tidak pernah memperoleh ajaran agama, sekitar 45-56
tahun tidak begitu tertarik untuk menjadikan agama sebagai inti sesuatu
kegiatan. Tetapi setelah 57 tahun ke atas, mulai mengeluarkan hasratnya yang
baru untuk menggiatkan dan mengamalkan nilai agama dilingkungan hidup dengan
baik, namun justru kekuasaan, tenaganya tidak lagi seiring dengan cita-citanya
yang terlambat itu, sering membuatnya benci terhadap pikirannya yang lama,
menyesali diri, dan memohon tobat yang setinggi-tingginya serta di iringi rasa
takut yang hebat bersama deraian air mata[5].
Pendapat bahwa
usia tua merupakan kurun waktu maksimum bagi perkembangan sikap keagamaan
dibenarkan oleh hasil kajian empirik baru-baru ini mengenai hubngan antara umur
dan sikap positif terhadap agama. Selain iru, usia tua menjadi semakin efektif
untuk membantu pembentukan sikap keagamaan.
Rasa takut atas
kematian semakin meningkat pada usia tua. Akan tetapi mengenai peningkatan ini,
tidak ada bukti sama sekali dan pengalaman umum tampaknya lebih cenderung
membawa orang kepadaan dugaan bahwa rasa takut kepada kematian itu menurun pada
usia tua. Sebenarnya yang benar-benar meningkat pada usia tua adalah begitu
cepat datangnya masalah kematian dan perlunya kekuatan mental untuk
menghadapinya.
Namun hal ini,
bukan satu-satunya faktor yang mendukung terhadap adanya kehidupan abadi pada
usia tua. Barangkali, ada juga kecenderungan lain terhadap gagasan yang
menyatakan bahwa jiwa akan meninggalkan raga. Dalam keadaan-keadaan yang penuh
penderitaan ini, seperti perasaan terkurung dan penyakit kelumpuhan terlihat
adanya perkembangan sikap yang menganggap tubuh jasmani sebagai sasaran dan
merasa dirinya sendiri sebagai pengamat yang sedang memeriksa penyakit yang diderita
oleh tubuh jasmani itu. Ini jelas merupakan sikap yang mebantu perkembangan
terhadap kepercayaan adanya kehidupan abadi itu, dan juga membantu pembentukan
sikap keagamaan terhadap kehidupan dan kematian. Karena itu, kecenderungan
hilangnya identifikasi diri dengan tubuh jasmani ini dan juga cepatnya
kedatangan kematian, barangkali merupakan salah satu faktor yang menetukan
berbagai sikap keagamaan di usia lanjut.[6]
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Perkembangan psikologi (jiwa) keagamaan berangsur-angsur mulai
semakin membutuhkan hal-hal yang akhirnya mempengaruhi dari sifat dan sikap
keagamaan pada usia dewasa dan usia lanjut. Hal-hal tersebut tidak lepas dari
ciri-ciri usia dewasa dan sikap keagamaan orang dewasa. Sehingga perkembangan
keagamaan tersebut juga berfariasi sesuai dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Kemudian dari perkembangan jiwa agama pada usia dewasa juga
nantinya akan mempengaruhi terhadap karakteristik keagamaan pada usia lanjut.
Oleh karena itu, sikap keagamaan pada usia dewasa juga tidak jauh beda dengan
apa yang dialami pada usia remaja. Dengan demikian, perkembangan psikologi
agama pada usia dewasa dan usia lanjut saling behubungan dan saling terkait
satu sama lain.
3.
2 Saran
Segala kekurangan tentunya terdapat
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada teman-teman
koreksi dan sarannya terhadap makalah ini. Harapan kami semoga dengan adanya
koreksi dan saran dari teman-teman, kedepannya makalah kami lebih baik dan
lebih bermanfaat. Amin yaa Robbal ‘Aalamin.
DAFTAR
PUSTAKA
Rohmah,
Noer, 2013, Pengantar Psikologi Agama, Yogyakarta:Teras.
Rusmin,
Tumanggor, 2014.. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta:Kencana.
Syamsul
Arifin, Bambang, 2008Psikologi Agama,
Bandung:pustaka Setia.
[1] Noer Rohmah, Pengantar
Psikologi Agama, (Yogyakarta:Teras,2013),hlm..146-147.
[2] Bambang Syamsul
Arifin, Psikologi Agama, (Bandung:pustaka Setia,2008),hlm.117-119.
[3] Rusmin
Tumanggor, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta:Kencana, 2014), hlm.92-93.
[4] Noer Rohmah, Pengantar
Psikologi Agama, hlm..146-147.
[5] Rusmin
Tumanggor, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta:Kencana, 2014), hlm.93-94..
[6] Bambang Syamsul
Arifin, Psikologi Agama, (Bandung:pustaka Setia,2008),hlm.109-116.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar