SAYYID
AHMAD KHAN DAN IDE PEMBAHARUANNYA
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah AMDI II
Dosen
Pengampu : Tri Astutik Haryati, M. Ag
Disusun
oleh :
Aris Priyanto (2032113006)
Prodi : S1
Akhlak Taswuf
Jurusan : Ushuluddin
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2014
KATA PENGANTAR
Segala Puja dan Puji
syukur Alhamdulillah semoga
senantiasa kita panjatkan
kehadirat AIlah atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Sayyid
Ahmad Khan dan Ide Pembaharuannya” yang sederhana ini telah selesai kami susun. Makalah ini kami buat
berdasarkan hasil belajar kami dan referensi
dari berbagai buku. Salah
satu tujuan kami adalah agar yang membaca makalah kami dapat mengerti dan memahami tentang Sayyid Ahmad Khan dan Ide-ide Pembaharuannya secara detail dan jelas. Dan dengan tujuan yang demikian, kami
harap laporan ini bermanfaat bagi semua orang yang membaca susunan makalah ini.
Kekurangan dan kesalahan tentu akan
terjadi dalam pembuatan laporan ini, maka tegur sapa dan koreksi dari para ahli sangat kami harapkan. Dan kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya atas kesalahan-kesalahan yang terjadi. Dan tak lupa kami
ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah
SWT, karena atas izin-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat
waktu.
2. Kepada Dosen Tri Astutik Haryati, M. Ag, selaku dosen mata kuliah AMDI II sekaligus pembimbing dalam membuat makalah ini.
3. Kepada orang tua yang telah
memberikan dukungan moral dan do’a kepada kami.
4. Dan kepada teman-teman juga yang
telah memberikan dukungan moral dan
koreksi bagi kami.
Dan kami juga
memohon kepada Allah semoga buku ini bermanfaat dan menjadi salah satu amal yang diridhio-Nya. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kemajuan Islam di dunia tak lepas
dari adanya para tokoh pembaharuan dalam Islam. Termasuk tokoh pembaharuan
dalam Islam di India, yaitu Sayyid Ahmad Khan. Di mana Ia di lahirkan pada
tahun 1817 dan masih keturunan dari Nabi SAW dari jalur Fatimah dan Ali.
Selain itu, Ia mempunyai kepribadian
terbuka dan berpandangan jauh ke depan. Sehingga sikap kepribadiaan yang di
milikinya berbeda dengan masyarakat India pada umumnya. Hal itu dikarenakan ia
mengikuti leluhurnya yang berasal dari Iran yang kemudian hijrah ke India pada
masa pemerintahan Akbar (1556-1603).
Dalam makalah ini juga akan membahas
tentang paham mu’tazilisme yang di anutnya serta ide-ide pembaharuan yang
dimilikinya. Ide-ide pembaharuannya juga menjadi sebab kemajuan dan perubahan
bagi masyarakat india.
Semoga makalah yang singkat ini
dapat bermanfaat dan bisa menambah wacana dan wawasan baru bagi kita semua.
I.2 Rumusan Masalah
A. Biografi Sayyid Ahmad Khan
B. Mu’tazilahisme
C. Pemikiran dan Pembaharuan Sayyid
Ahmad Khan
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 Biografi Sayyid Ahmad Khan
Setelah
hancurnya gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughol sebagai akibat pemberontakan
1857, Muncullah Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin umat islam India, yang kenal
pukul itu untuk dapat berdiri dan maju kembali seperti dimasa lampau.
Ia lahir di Delhi pada tahun 1817
dan menurut keterangan berasal dari keturunan Husen, cucu Nabi Muhammad melalui
Fatimah dan Ali. Neneknya Sayyid Hadi, adalah pembesar istana di zaman Alamghir
II (1754-1759). Ia mendapat didikan tradisional dalam pengetahuan agama dan di
samping bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang yang rajin membaca
dan banyak memperluas pengetahuan dengan membaca buku dalam berbgai bidang ilmu
pengetahuan. Sewaktu berusia delapan
belas tahun ia masuk bekerja pada pada Serikat India Timur. Kemudian ia bekerja
pula sebagai Hakim. Tetapi di tahun 1846, ia pulang kembali ke Delhi untuk
menruskan studi.
Di masa pemberontakan 1857, ia
berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan dan dengan demjikian banyak
menolong orang Inggris dari pembunuhan,
Pemerintah Inggri menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan
ingin membalas jasanya, akan tetapi hadiah yang dianungerahkan kepadanya ia
tolak. Gelar Sir yang kemudian diberikan kepadanya dapat ia terima. Hubungannya
dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan umat
Islam India.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa
peningkatan kedudukan umat Islam di India, dapat diwujudkan hanya dengan
bekerja sama dengan Inggris. Inggris merupakan penguasa terkuat di India,
sehingga dengan menetang kekuasaannya tidak akan membawa kebaikan bagi umat
Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh
ketinggalan dari masyarakat Hindu Belanda.
Di samping itu, dasar ketinggian dan
kekuasaan barat termasuk di dalamnya Ingris, ialah ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Umat Islam untuk maju harus menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi modern itu. Jalan yang harus
ditempuh umat islam untuk memperoleh ilmu pengetahaun dan teknologi yang
diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam menentang Inggris, akan
tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris.
Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris
bahwa dalam pemberontakan 1857, umat islam tidak memainkan peran utama. Untuk
ia keluarkan pamlet yang mengandung penjelasan tentang hal-hal yang membawa
pada pecahnya pemberontakan 1857. Di antara sebab-sebab yang ia sebabkan adalah
sebagai berikut :
Ø Intervensi Inngris dalam soal keagamaan, seperti pendidikan agama
Kristen yang diberikan kepada yatim piatu di panti-panti yang di asuh oleh
orang Inggris, pembentukan sekolah-sekolah missi kristen, dan penghapusan
pendidikan agama dari perguruan –perguruan tinggi.
Ø Tidak turut setranya orang-orang india, baik Islam maupun Hindu,
dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat, hal yang membawa kepada :
·
Rakyat
India tidak mengetahui tujuan dan niat Inggris, mereka menganggap Inggris
datang untuk merubah agama mereka menjadi Kristen.
·
Pemerintah
Inngris tidak mengetahui keluhan-keluhan rakyat India.
Ø Pemerintah Inggris tidak berusaha mengikat tali persahabatan dengan
rakyat India, sedangkan kestabilan pemerintahan tergantug pada hubungan baik
dengan rakyat. Sikap tidak menghargai dan tidak menghormati rakyat India,
membawa akibat yang tidak baik.
Selain itu, ia mengakui bahwa di antara golongan Islam yang turut
dalam pemberontakan 1857, ada yang melakukan perbuatan yang tidak baik dan
tercela, dan perbuatan itu ia cap sebagai perbuatan kriminal. Akan tetapi kalau
hanya segolongan umat Islam yang bersalah tidakalah pada tempatnya untuk
menganggap semua umat Islam India bersalah. Tidak pada tempatnya pihak inggris
mearuh rasa curiga terhadap semua umat Islam India.
Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia yang ia tunjukkan terhapad
Inggris, Syyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merubah pandangan Inggris
terhadap umat Islam India. Dan sementara itu, kepada umat Islam ia anjurkan
supaya jangan mengambil sikap melawan, akan tetapi sikap berteman dan bersahabat dengan Inggris. Cita-citanya
untuk menjalin hubungan baik antara Inggris dan umat Islam, agar dengan
demikian umat islam dapat ditolong dari kemundurunnya, telah dapat diwujudkan
pada masa hidupnya.[1]
II.
2 Mu’tazilahisme
Sayyid
Akhmad Khan menganut paham rasionalisme mu’tazilisme. Menurutnya pengalaman
islam klasik (Abbasiyah) mampu mencapai kegemilangan (keemasan) ketika
menguasai islam menerapkan faham rasional, hingga islam mampu mencapai kemajuan
dibidang ilmu pengetahuan maupun industri. Menurutnya “barat mencapai
kemajuan dalam bidang sains dan teknologi modern, terutama karena mereka sangat
menjunjung tinggi rasionalitas”. Atas dasar ini, ia berpendapat bahwa “menumbuhkan
kembali sikap dan semangat rasionalitas umat islam adalah faktor utama yang
harus ditumbuhkan dalam diri umat islam”.
Menuurtnya
agama islam secara gemilang memberikan justifikasi pada dirinya sendiri menurut
akal yang menjadi standar yang lebih tinggi. Sehingga ia pun bertitik tolak
pada suatu bentuk rasionalisme barat dan hasilnya tidak lebih merupakan
penafsiran islam yang bersifat pribadi dari pada suatu usaha untuk
mengintegrasikan serangkaian ide-ide tertentu ke dalam islam dibandingkan
melakukan perumusan kembali islam (Rahman,1994: 320). Menurutnya, ajaran agama
mampu menyentuh kehidupan dan sikap umat yang kongkrit.
Islam adalah agama yang mempunyai
paham hukum alam sebagai ciptaan Tuhan dan al-Qur’an sebagai “sabda Tuhan” yang
tidak ada pertentangan di antaranya keduanya dan mestinya harus sejalan. Pemikiran
Ahmad Khan dalam bidang agama ini, cenderung pada paham rasionalitas
Mu’tazilisme. Menurut Rosenthal, sebagaimana dikutip dari Al-Biruni, bahwa
pemikiran Ahmad tentang hukum “kausalitas” yang dihubungkan dengan
teori-teori ilmiah paling mutakhir menempatkannya sebagai Mu’tazilah Modern
(Rosenthal, 1965: 191). Ahmad Khan menyatakan Al-Qur’an tidak bertentangan
dengan sains modern. “Kalimat Allah’’ (alam), kalau kita cermati,
sesuai dengan metode Mu’tazilah dalam mencocokkan agama sesuai dengan sains.
Pemikirannya tentang sunnatullah yang ia nyatakan tidak dapat berubah, banyak
mendapat reaksi dari masyarakat.[2]
II.
3 Pemikiran dan Pembaharuan Sayyid
Ahmad Khan
Ø Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sayyid
Ahmad Khan melihat bahwa umat Islam di India mundur karena mereka tidak
mengikuti perkembangan zaman. Peradaban islam klasik telah hilang dan telah
timbul peradaban baru di Barat. Dasar peradaban baru ini adalah ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal itu menjadi sebab utama bagi kemajuan dan kekuatan bagi Barat di India.
Ilmu pengetahuan dan
teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu, akal mendapat
penghargaaan tinggi bagi Sayyid Ahmad Khan. Akan tetapi sebagai orang Islam
yang percaya kepada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan akal bukan tidak
terbatas.
Ø Akal
Karena ia percaya pada kekuatan dan kebebasan akal, sungguhpun
mempunyai batas, ia percaya pada kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menentukan
kehendak dan melakukan perbuatan. Dalam kata lain ia mempunyai faham qodariyah
(free will and free act) dan tidak faham jabariyah atau fatalisme.
Manusia, demikian pendapatnya, di anugerahi Tuhan daya-daya, di antaranya daya
berfikir, yang disebut akal dan daya fisik untuk mewujudkan kehendaknya.
Manusia mempunyai kebebasan untuk mempergunakan daya-daya yang diberikan Tuhan
kepadanya itu.
Ø Agama
Sejalan dengan paham qodariyah yang dianutnya, Ia percaya bahwa
tiap makhluk Tuhan telah menentukan tabiat atau naturnya. Dan natur yang
ditentukan Tuhan ini dan yang di dalam Al-Qur’an disebut sunnah Allah dan tidak
berubah. Islam adalah agama yang mempunyai faham hukum alam (hukum alam buatan
Tuhan). Antara hukum alam sebagai ciptaan Tuhan, dan Al-Qur’an, sebgai sabda
Tuhan, tidak terdapat pertentangan, bahkan keduanya mesti sejalan.
Menurut Sayid Akhmad Khan, alam berjalan dan beredar sesuai dengan
hukum alam yang telah ditentukan Tuhan itu. Segalanya dalam alam terjadi
menurut hukum sebab-akibat. Tetapi semuanya tergantung pada sebab pertama
(Tuhan). Kalau ada sesuatu yang terputus hubungannya dengan sebab pertama,
wujud sesuatu itu akan lenyap.
Karena kuat kepercayaannya pada hukum alam dan kerasnya, yang
memperthankan konsep hukum alam dan dianggap akfir oleh golongan islam yang
belum dapat menerima ide tersebut. Bagi mereka, percaya pada hukum alam mesti
membawa kepada faham natualisme dan matrealitisme. Sehingga membawa pula kepada
keyakinan tidak adanya Tuhan. Kepadanya diberi nama julukan Nech ari, kata
Urdhu yang berasal dari kata inggris, nature dalam of natur. Suatu Jamaluddi Al
Afghani berkunjung ke India di tahun 1869, tuduhan golongan islam
kepadanya, dan sebagai jawaban ia keluarkan bukunya yang bernama Al-Radd
“Aia Al-Dahriyyin (jawaban bagi kaum materialis).
Pemikiran Sayyid Akhmad khan mengenai pembaharuan dalam islam
ide-ide yang di ajukannya banyak persamaannya dengan pemikiran Muhammad Abduh
di Mesir. Kedua pemuka pembaharuan ini sama-sama memberi pengertian tinggi pada
akal manusia, sama-sama mengandung faham qodariyah, sama-sama percaya hukum
alam ciptaan Tuhan, sama-sama menentang taqlid, dan sama-sama membuka pintu
ijtihad yang dianggap tertutup oleh umat islam pada umumnya di waktu itu.[3]
Sayyid Ahmad Khan juga melakukan pembaharuan dalam bidang agama
dalam bentuk sebuah hasil karya antara lain adalah tafsir Al-Qur’an yang
terdiri dari beberapa jilidn(1882,1885,1888,1892, dan 1895), Ibtal di Ghulam
(1890) yang berisi tentang penghapusan perbudakan dalam Islam dan Tabyin
al kalam (1862) yang membahas kitab Bibel (Sadly, 1994:86).
Sebagai bagaimana telah disebutkan
di atas umat islam India untuk bisa melepaskan diri dari kemunduran dan
mencapai kemajuan adalah mempercayai kekuatan akal percaya kepada kebebasan
manusia serta hukum alam.
Ø Taklid
Sejalan dengan ide di atas, ia menemukan faham taqlid bahkan tidak
segan-segan menyerang faham ini. Sumber ajaran islam menurut pendapatnya
Al-Qur’an dan Hadis pendapat ulama di masa lampau tidak mengikat bagi umat
islam dan diantara pendapat mereka ada yang tidak sesuai lagi dengan zaman
modern. Pendapat serupa itu dapat ditinggalkan. Masyarakat manusia senantiasa
mengalami perubahan dan oleh karena itu perlu diadakan ijtihad baru untuk
menyesuakan pelaksanaan ajaran-ajaran islam dengan suasanan masyarakat yang
berubah itu. Dalam mengadakan ijtihad, ijma’, dan hias baginya tidak merupakan
sumber ajran islam yang bersifat absolut. Hadis juga tidak semuanya dapat
diterima, karena ada hadis bautan. Hadis dapat ia terima hanya sebagai sumber
setelah diadakan penelitian yang seksama tentang keasliannya.[4]
Ø Politik
Pada tahun
1857, di India terjadi pemberontakan antara penduduk India yang beragama Hindu
dan kelompok Mujahidin. Peristiwa itu dalam sejarah dikenal dengan nama
pemberontakan 1857. Pemberontakan ini sebenarnya di awali oleh kelompok Sikh
Hindu yang merasa kekuatan dan pengaruhnya mulai berkurang, karena gencarnya
dakwah Islam yang di pelopori oleh kelompok Mujahidin yang berhasil mengangkat
Bahadursyah sebagai raja dengan cara masuk menjadi anggota pasukan militer
Inggris.
Dalam
peristiwa pemberontakan ini, Ia mengambil posisi pada pihak Inggris, dengan
tujuan memberi penjelasan bahwa sebenarnya orang-orang islam bukanlah pencetus
dari peristiwa tersebut. Bukti keberpihakannya terhadap Inggris adalah
membebaskan pasukan Inggris yang ditawan sisa-sisa pasukan Mujahidin.
Selain
itu, sikap politiknya juga ia tampilkan dalam penulisan buku yang berkaitan
dengan pemberontakan 1857 dalam dua buah buku, yaitu :
1.
Tarikh
Sarkhasi Bijnaur (1857) yang berisin
catatan kronologis peristiwa perang 1957 yang terjadi di Bijnaur.
2.
Asbab
Baghawat Hind yang berisi
latar belakang terjadinya peristiwa 1857.
Ø Pendidikan
Dalam dunia
pendidikan Ia juga curahkan perhatian dan pusatkan untuk memajukan pendidikan.
Hal itu dengan didirkannya sekolah inggris di Muradabad pada tahun 1861.
Kemudian di tahun 1878 ia mendirikan sekolah Muhammedan Anglo Oriental
College (M.A.O.C) di Aligarh yang merupakan karyanya yang bersejarah dan
berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan islam di India. Pada tahun
1869/70 Sayyid Khamad Khan berkunjung ke Inggris untuk mempelajari sistem
pendidikan barat. Sehingga sepulang dari kunjungan itu ia membentuk penita
peningkatan pendidikan umat islam. Salah satu tujuan panitia adalah menyelidiki
sebabnya umat islam di india sedikit sekali memasuki sekolah-sekolah
pemerintah. Di samping itu dibentuk lagi panitia dana pembentukan perguruan
tinggi islam. Pada waktu perguruan tinggi didirikan, ia menyetujui untuk
menyerahkan semua masalah agama dari perguruan tinggi tersebut ke komite
ulama-ulama muslim Ortodoks dan berjanji tidak campur tangan dalam
urusan-urusan tersebut. Dengan pembagian kerja seperti itu, maka segi-segi
kerohanian perguruan tinggi tersebut tidak memperoleh hubungan dari pribadi
yang dinamis, tetapi Sayyid Akhmad tetap melaksanakan pembagian pekerjaan itu.
Ia bukan hanya menyerakan urusan agama dari perguruan tinggi tersebut berjalan sendiri,
tetapi juga tidak membolehkan karangan-karangannya yang kontroversial jatuh ke
tangan mahasiswa-mahasiswanya. Tetapi di luar perguruan tinggi, ia tetap
meneruskan kegiatan-kegiatannya dan bahkan ia mulai mengerjakan pekerjaan agama
yang paling diidam-idamkan, yaitu mengarang tafsir Al-Qur’an. Ia menghabiskan
waktunya untuk penulisan ini, hingga akhirnya selesai 7 jilid besar. Akan
tetapi ia meninggal dulu sebelum tugas tersebut tuntas.[5] Di
tahun 1886 ia membentuk Muhammadan Educational Conference dalam usaha
mewujudkan pendidikan nasional dan seragam untuk umat islam di India.[6] Kemudian
pada usia 81 tahun ia meninggal karena usia yang di deritanya pada tahun 1898
dan kemudian dimakamkan di Aligarh.[7]
Untuk
menunjang ide-idenya, selain mendirikan MAOC (1875) dan All India Muhamedan
Education Center (1886), ia juga menerbitkan majalah “Tanzhib al-Akhlak,
selain juga menulis buku di antaranya :
Atsar
al-Sanadid (1874). Buku ini
berisi hasil penilitiannya tentang arkeologi di seputar Delhi.
Jami’i
al-Jam (1840) tentang sejarah ringkas
keluarga raja-raja Mughal.
Esay
On the Life Muhammad (1970) yang
berisi tentang sejarah hidup Nabi Muhammad.[8]
BAB III
PENUTUP
III. 1 Simpulan
Sayyid
Ahmad khan adalah salah satu tokoh pembaharuan dalam Islam yang di India. Di
mana dalam perkembangannya, ide pembaharuannya mampu memberikan perubahan pada
masyarakat di India. Padahal saat itu di India sedang dalam penjajahan bangsa
Inggris dan terjadi pemberontakan oleh para Mujahidin.
Kegigihan Sayyid Ahmad Khan dalam
menyampaikan ide pembaharuannya sangat memberikan kemajuan bagi masyarakat
India. Ide-ide pembaharuannya ia curahkan dalam bidang ilmu pegetahuan dan
teknologi, akal, agama, politik, taklid dan pendidikan. Selain itu juga, banyak
sekali ide-ide penbaharuannya ia tuangkan dalam bentuk karya buku-buku.
III.
2 Saran
Segala
kekurangan tentunya terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kepada teman-teman koreksi dan sarannya terhadap makalah ini.
Harapan kami semoga dengan adanya koreksi dan saran dari teman-teman,
kedepannya makalah kami lebih baik dan lebih bermanfaat. Amin yaa Robbal
‘Aalamin
DAFTAR
PUSTAKA
Ali. Mukti. Alam Pikiran
Islam Modern di India dan Pakistan. Bandung: Mizan Anggota IKAPI.
Khoiriyyah. Islam dan Logika Modern. Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA.
Nasution,. Harun . Pembaharuan dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
[1] Harun
Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm 165-167
[2] Khoiriyyah, Islbam
dan Logika Modern, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), hlm. 98-99.
[3] Ibid hlm.
167-168.
[4] Harun
Nasution, Pembaharuan dalam Islam, .....hlm 167-169
[5] Mukti Ali, Alam
Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, (Bandung: Mizan Anggota IKAPI,
1993), hlm.89-90.
[6] Ibid, hlm
169-170.
[7] Ibid, hlm 97.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar