Kamis, 19 Maret 2015


SAYYID AHMAD KHAN DAN IDE PEMBAHARUANNYA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah AMDI II
Dosen Pengampu : Tri Astutik Haryati, M. Ag



Disusun oleh  :
Aris Priyanto               (2032113006)
Prodi               :           S1  Akhlak Taswuf
Jurusan          :           Ushuluddin



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2014

KATA PENGANTAR

            Segala Puja dan Puji syukur Alhamdulillah semoga senantiasa kita panjatkan kehadirat AIlah atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Sayyid Ahmad Khan dan Ide Pembaharuannya” yang sederhana ini telah selesai kami susun. Makalah ini kami buat berdasarkan hasil belajar kami dan referensi dari berbagai buku. Salah satu tujuan kami adalah agar yang membaca makalah kami dapat mengerti dan memahami tentang Sayyid Ahmad Khan dan Ide-ide Pembaharuannya secara detail dan jelas. Dan dengan tujuan yang demikian, kami harap laporan ini bermanfaat bagi semua orang yang membaca susunan makalah ini.
            Kekurangan dan kesalahan tentu akan terjadi dalam pembuatan laporan ini, maka tegur sapa dan koreksi dari para ahli sangat kami harapkan. Dan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan-kesalahan yang terjadi. Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada  :
1.   Allah SWT, karena atas izin-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu.
2.   Kepada Dosen Tri Astutik Haryati, M. Ag, selaku dosen mata kuliah AMDI II sekaligus pembimbing dalam membuat makalah ini.
3.   Kepada orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan do’a kepada kami.
4.   Dan kepada teman-teman juga yang telah memberikan dukungan moral dan koreksi bagi kami.
Dan kami juga memohon kepada Allah semoga buku ini bermanfaat dan menjadi salah satu amal yang diridhio-Nya. Amin.



 BAB I
PENDAHULUAN

I.1        Latar Belakang
            Kemajuan Islam di dunia tak lepas dari adanya para tokoh pembaharuan dalam Islam. Termasuk tokoh pembaharuan dalam Islam di India, yaitu Sayyid Ahmad Khan. Di mana Ia di lahirkan pada tahun 1817 dan masih keturunan dari Nabi SAW dari jalur Fatimah dan Ali.
            Selain itu, Ia mempunyai kepribadian terbuka dan berpandangan jauh ke depan. Sehingga sikap kepribadiaan yang di milikinya berbeda dengan masyarakat India pada umumnya. Hal itu dikarenakan ia mengikuti leluhurnya yang berasal dari Iran yang kemudian hijrah ke India pada masa pemerintahan Akbar (1556-1603).
            Dalam makalah ini juga akan membahas tentang paham mu’tazilisme yang di anutnya serta ide-ide pembaharuan yang dimilikinya. Ide-ide pembaharuannya juga menjadi sebab kemajuan dan perubahan bagi masyarakat india.
            Semoga makalah yang singkat ini dapat bermanfaat dan bisa menambah wacana dan wawasan baru bagi kita semua.
I.2        Rumusan Masalah
            A. Biografi Sayyid Ahmad Khan
            B. Mu’tazilahisme
            C. Pemikiran dan Pembaharuan Sayyid Ahmad Khan








BAB II
PEMBAHASAN

II. 1     Biografi Sayyid Ahmad Khan
            Setelah hancurnya gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughol sebagai akibat pemberontakan 1857, Muncullah Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin umat islam India, yang kenal pukul itu untuk dapat berdiri dan maju kembali seperti dimasa lampau.
            Ia lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut keterangan berasal dari keturunan Husen, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah dan Ali. Neneknya Sayyid Hadi, adalah pembesar istana di zaman Alamghir II (1754-1759). Ia mendapat didikan tradisional dalam pengetahuan agama dan di samping bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang yang rajin membaca dan banyak memperluas pengetahuan dengan membaca buku dalam berbgai bidang ilmu pengetahuan.  Sewaktu berusia delapan belas tahun ia masuk bekerja pada pada Serikat India Timur. Kemudian ia bekerja pula sebagai Hakim. Tetapi di tahun 1846, ia pulang kembali ke Delhi untuk menruskan studi.
            Di masa pemberontakan 1857, ia berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan dan dengan demjikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan,  Pemerintah Inggri menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas jasanya, akan tetapi hadiah yang dianungerahkan kepadanya ia tolak. Gelar Sir yang kemudian diberikan kepadanya dapat ia terima. Hubungannya dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan umat Islam India.
            Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam di India, dapat diwujudkan hanya dengan bekerja sama dengan Inggris. Inggris merupakan penguasa terkuat di India, sehingga dengan menetang kekuasaannya tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu Belanda.
            Di samping itu, dasar ketinggian dan kekuasaan barat termasuk di dalamnya Ingris, ialah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Umat Islam untuk maju harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu.  Jalan yang harus ditempuh umat islam untuk memperoleh ilmu pengetahaun dan teknologi yang diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam menentang Inggris, akan tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris.
            Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan 1857, umat islam tidak memainkan peran utama. Untuk ia keluarkan pamlet yang mengandung penjelasan tentang hal-hal yang membawa pada pecahnya pemberontakan 1857. Di antara sebab-sebab yang ia sebabkan adalah sebagai berikut :
Ø  Intervensi Inngris dalam soal keagamaan, seperti pendidikan agama Kristen yang diberikan kepada yatim piatu di panti-panti yang di asuh oleh orang Inggris, pembentukan sekolah-sekolah missi kristen, dan penghapusan pendidikan agama dari perguruan –perguruan tinggi.
Ø  Tidak turut setranya orang-orang india, baik Islam maupun Hindu, dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat, hal yang membawa kepada :
·         Rakyat India tidak mengetahui tujuan dan niat Inggris, mereka menganggap Inggris datang untuk merubah agama mereka menjadi Kristen.
·         Pemerintah Inngris tidak mengetahui keluhan-keluhan rakyat India.
Ø  Pemerintah Inggris tidak berusaha mengikat tali persahabatan dengan rakyat India, sedangkan kestabilan pemerintahan tergantug pada hubungan baik dengan rakyat. Sikap tidak menghargai dan tidak menghormati rakyat India, membawa akibat yang tidak baik.
Selain itu, ia mengakui bahwa di antara golongan Islam yang turut dalam pemberontakan 1857, ada yang melakukan perbuatan yang tidak baik dan tercela, dan perbuatan itu ia cap sebagai perbuatan kriminal. Akan tetapi kalau hanya segolongan umat Islam yang bersalah tidakalah pada tempatnya untuk menganggap semua umat Islam India bersalah. Tidak pada tempatnya pihak inggris mearuh rasa curiga terhadap semua umat Islam India.
Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia yang ia tunjukkan terhapad Inggris, Syyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merubah pandangan Inggris terhadap umat Islam India. Dan sementara itu, kepada umat Islam ia anjurkan supaya jangan mengambil sikap melawan, akan tetapi sikap berteman  dan bersahabat dengan Inggris. Cita-citanya untuk menjalin hubungan baik antara Inggris dan umat Islam, agar dengan demikian umat islam dapat ditolong dari kemundurunnya, telah dapat diwujudkan pada masa hidupnya.[1]



II. 2     Mu’tazilahisme
            Sayyid Akhmad Khan menganut paham rasionalisme mu’tazilisme. Menurutnya pengalaman islam klasik (Abbasiyah) mampu mencapai kegemilangan (keemasan) ketika menguasai islam menerapkan faham rasional, hingga islam mampu mencapai kemajuan dibidang ilmu pengetahuan maupun industri. Menurutnya “barat mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknologi modern, terutama karena mereka sangat menjunjung tinggi rasionalitas”. Atas dasar ini, ia berpendapat bahwa “menumbuhkan kembali sikap dan semangat rasionalitas umat islam adalah faktor utama yang harus ditumbuhkan dalam diri umat islam”.
            Menuurtnya agama islam secara gemilang memberikan justifikasi pada dirinya sendiri menurut akal yang menjadi standar yang lebih tinggi. Sehingga ia pun bertitik tolak pada suatu bentuk rasionalisme barat dan hasilnya tidak lebih merupakan penafsiran islam yang bersifat pribadi dari pada suatu usaha untuk mengintegrasikan serangkaian ide-ide tertentu ke dalam islam dibandingkan melakukan perumusan kembali islam (Rahman,1994: 320). Menurutnya, ajaran agama mampu menyentuh kehidupan dan sikap umat yang kongkrit.
            Islam adalah agama yang mempunyai paham hukum alam sebagai ciptaan Tuhan dan al-Qur’an sebagai “sabda Tuhan” yang tidak ada pertentangan di antaranya keduanya dan mestinya harus sejalan. Pemikiran Ahmad Khan dalam bidang agama ini, cenderung pada paham rasionalitas Mu’tazilisme. Menurut Rosenthal, sebagaimana dikutip dari Al-Biruni, bahwa pemikiran Ahmad tentang hukum “kausalitas” yang dihubungkan dengan teori-teori ilmiah paling mutakhir menempatkannya sebagai Mu’tazilah Modern (Rosenthal, 1965: 191). Ahmad Khan menyatakan Al-Qur’an tidak bertentangan dengan sains modern. “Kalimat Allah’’ (alam), kalau kita cermati, sesuai dengan metode Mu’tazilah dalam mencocokkan agama sesuai dengan sains. Pemikirannya tentang sunnatullah yang ia nyatakan tidak dapat berubah, banyak mendapat reaksi dari masyarakat.[2]






II. 3     Pemikiran dan Pembaharuan Sayyid Ahmad Khan
Ø  Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
            Sayyid Ahmad Khan melihat bahwa umat Islam di India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di Barat. Dasar peradaban baru ini adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu menjadi sebab utama bagi  kemajuan dan kekuatan bagi Barat di India.
 Ilmu pengetahuan dan teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu, akal mendapat penghargaaan tinggi bagi Sayyid Ahmad Khan. Akan tetapi sebagai orang Islam yang percaya kepada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan akal bukan tidak terbatas.
Ø  Akal
Karena ia percaya pada kekuatan dan kebebasan akal, sungguhpun mempunyai batas, ia percaya pada kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan melakukan perbuatan. Dalam kata lain ia mempunyai faham qodariyah (free will and free act) dan tidak faham jabariyah atau fatalisme. Manusia, demikian pendapatnya, di anugerahi Tuhan daya-daya, di antaranya daya berfikir, yang disebut akal dan daya fisik untuk mewujudkan kehendaknya. Manusia mempunyai kebebasan untuk mempergunakan daya-daya yang diberikan Tuhan kepadanya itu.
Ø  Agama
Sejalan dengan paham qodariyah yang dianutnya, Ia percaya bahwa tiap makhluk Tuhan telah menentukan tabiat atau naturnya. Dan natur yang ditentukan Tuhan ini dan yang di dalam Al-Qur’an disebut sunnah Allah dan tidak berubah. Islam adalah agama yang mempunyai faham hukum alam (hukum alam buatan Tuhan). Antara hukum alam sebagai ciptaan Tuhan, dan Al-Qur’an, sebgai sabda Tuhan, tidak terdapat pertentangan, bahkan keduanya mesti sejalan.
Menurut Sayid Akhmad Khan, alam berjalan dan beredar sesuai dengan hukum alam yang telah ditentukan Tuhan itu. Segalanya dalam alam terjadi menurut hukum sebab-akibat. Tetapi semuanya tergantung pada sebab pertama (Tuhan). Kalau ada sesuatu yang terputus hubungannya dengan sebab pertama, wujud sesuatu itu akan lenyap.
Karena kuat kepercayaannya pada hukum alam dan kerasnya, yang memperthankan konsep hukum alam dan dianggap akfir oleh golongan islam yang belum dapat menerima ide tersebut. Bagi mereka, percaya pada hukum alam mesti membawa kepada faham natualisme dan matrealitisme. Sehingga membawa pula kepada keyakinan tidak adanya Tuhan. Kepadanya diberi nama julukan Nech ari, kata Urdhu yang berasal dari kata inggris, nature  dalam of natur. Suatu Jamaluddi Al Afghani berkunjung ke India di tahun 1869, tuduhan golongan islam kepadanya, dan sebagai jawaban ia keluarkan bukunya yang bernama Al-Radd “Aia Al-Dahriyyin (jawaban bagi kaum materialis).
Pemikiran Sayyid Akhmad khan mengenai pembaharuan dalam islam ide-ide yang di ajukannya banyak persamaannya dengan pemikiran Muhammad Abduh di Mesir. Kedua pemuka pembaharuan ini sama-sama memberi pengertian tinggi pada akal manusia, sama-sama mengandung faham qodariyah, sama-sama percaya hukum alam ciptaan Tuhan, sama-sama menentang taqlid, dan sama-sama membuka pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh umat islam pada umumnya di waktu itu.[3]
Sayyid Ahmad Khan juga melakukan pembaharuan dalam bidang agama dalam bentuk sebuah hasil karya antara lain adalah tafsir Al-Qur’an yang terdiri dari beberapa jilidn(1882,1885,1888,1892, dan 1895), Ibtal di Ghulam (1890) yang berisi tentang penghapusan perbudakan dalam Islam dan Tabyin al kalam (1862) yang membahas kitab Bibel (Sadly, 1994:86).
            Sebagai bagaimana telah disebutkan di atas umat islam India untuk bisa melepaskan diri dari kemunduran dan mencapai kemajuan adalah mempercayai kekuatan akal percaya kepada kebebasan manusia serta hukum alam.
Ø  Taklid
Sejalan dengan ide di atas, ia menemukan faham taqlid bahkan tidak segan-segan menyerang faham ini. Sumber ajaran islam menurut pendapatnya Al-Qur’an dan Hadis pendapat ulama di masa lampau tidak mengikat bagi umat islam dan diantara pendapat mereka ada yang tidak sesuai lagi dengan zaman modern. Pendapat serupa itu dapat ditinggalkan. Masyarakat manusia senantiasa mengalami perubahan dan oleh karena itu perlu diadakan ijtihad baru untuk menyesuakan pelaksanaan ajaran-ajaran islam dengan suasanan masyarakat yang berubah itu. Dalam mengadakan ijtihad, ijma’, dan hias baginya tidak merupakan sumber ajran islam yang bersifat absolut. Hadis juga tidak semuanya dapat diterima, karena ada hadis bautan. Hadis dapat ia terima hanya sebagai sumber setelah diadakan penelitian yang seksama tentang keasliannya.[4] 



Ø   Politik
Pada tahun 1857, di India terjadi pemberontakan antara penduduk India yang beragama Hindu dan kelompok Mujahidin. Peristiwa itu dalam sejarah dikenal dengan nama pemberontakan 1857. Pemberontakan ini sebenarnya di awali oleh kelompok Sikh Hindu yang merasa kekuatan dan pengaruhnya mulai berkurang, karena gencarnya dakwah Islam yang di pelopori oleh kelompok Mujahidin yang berhasil mengangkat Bahadursyah sebagai raja dengan cara masuk menjadi anggota pasukan militer Inggris.
             Dalam peristiwa pemberontakan ini, Ia mengambil posisi pada pihak Inggris, dengan tujuan memberi penjelasan bahwa sebenarnya orang-orang islam bukanlah pencetus dari peristiwa tersebut. Bukti keberpihakannya terhadap Inggris adalah membebaskan pasukan Inggris yang ditawan sisa-sisa pasukan Mujahidin.
Selain itu, sikap politiknya juga ia tampilkan dalam penulisan buku yang berkaitan dengan pemberontakan 1857 dalam dua buah buku, yaitu :
1.      Tarikh Sarkhasi Bijnaur (1857) yang berisin catatan kronologis peristiwa perang 1957 yang terjadi di Bijnaur.
2.      Asbab Baghawat Hind yang berisi latar belakang terjadinya peristiwa 1857.
Ø   Pendidikan
Dalam dunia pendidikan Ia juga curahkan perhatian dan pusatkan untuk memajukan pendidikan. Hal itu dengan didirkannya sekolah inggris di Muradabad pada tahun 1861. Kemudian di tahun 1878 ia mendirikan sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (M.A.O.C) di Aligarh yang merupakan karyanya yang bersejarah dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan islam di India. Pada tahun 1869/70 Sayyid Khamad Khan berkunjung ke Inggris untuk mempelajari sistem pendidikan barat. Sehingga sepulang dari kunjungan itu ia membentuk penita peningkatan pendidikan umat islam. Salah satu tujuan panitia adalah menyelidiki sebabnya umat islam di india sedikit sekali memasuki sekolah-sekolah pemerintah. Di samping itu dibentuk lagi panitia dana pembentukan perguruan tinggi islam. Pada waktu perguruan tinggi didirikan, ia menyetujui untuk menyerahkan semua masalah agama dari perguruan tinggi tersebut ke komite ulama-ulama muslim Ortodoks dan berjanji tidak campur tangan dalam urusan-urusan tersebut. Dengan pembagian kerja seperti itu, maka segi-segi kerohanian perguruan tinggi tersebut tidak memperoleh hubungan dari pribadi yang dinamis, tetapi Sayyid Akhmad tetap melaksanakan pembagian pekerjaan itu. Ia bukan hanya menyerakan urusan agama dari perguruan tinggi tersebut berjalan sendiri, tetapi juga tidak membolehkan karangan-karangannya yang kontroversial jatuh ke tangan mahasiswa-mahasiswanya. Tetapi di luar perguruan tinggi, ia tetap meneruskan kegiatan-kegiatannya dan bahkan ia mulai mengerjakan pekerjaan agama yang paling diidam-idamkan, yaitu mengarang tafsir Al-Qur’an. Ia menghabiskan waktunya untuk penulisan ini, hingga akhirnya selesai 7 jilid besar. Akan tetapi ia meninggal dulu sebelum tugas tersebut tuntas.[5] Di tahun 1886 ia membentuk Muhammadan Educational Conference dalam usaha mewujudkan pendidikan nasional dan seragam untuk umat islam di India.[6] Kemudian pada usia 81 tahun ia meninggal karena usia yang di deritanya pada tahun 1898 dan kemudian dimakamkan di Aligarh.[7]
Untuk menunjang ide-idenya, selain mendirikan MAOC (1875) dan All India Muhamedan Education Center (1886), ia juga menerbitkan majalah “Tanzhib al-Akhlak, selain juga menulis buku di antaranya :
Atsar al-Sanadid (1874). Buku ini berisi hasil penilitiannya tentang arkeologi di seputar Delhi.
Jami’i al-Jam (1840) tentang sejarah ringkas keluarga raja-raja Mughal.
Esay On the Life Muhammad (1970) yang berisi tentang sejarah hidup Nabi Muhammad.[8]















BAB III
PENUTUP

III. 1 Simpulan
            Sayyid Ahmad khan adalah salah satu tokoh pembaharuan dalam Islam yang di India. Di mana dalam perkembangannya, ide pembaharuannya mampu memberikan perubahan pada masyarakat di India. Padahal saat itu di India sedang dalam penjajahan bangsa Inggris dan terjadi pemberontakan oleh para Mujahidin.
            Kegigihan Sayyid Ahmad Khan dalam menyampaikan ide pembaharuannya sangat memberikan kemajuan bagi masyarakat India. Ide-ide pembaharuannya ia curahkan dalam bidang ilmu pegetahuan dan teknologi, akal, agama, politik, taklid dan pendidikan. Selain itu juga, banyak sekali ide-ide penbaharuannya ia tuangkan dalam bentuk karya buku-buku.
III. 2  Saran
   Segala kekurangan tentunya terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada teman-teman koreksi dan sarannya terhadap makalah ini. Harapan kami semoga dengan adanya koreksi dan saran dari teman-teman, kedepannya makalah kami lebih baik dan lebih bermanfaat. Amin yaa Robbal ‘Aalamin










DAFTAR PUSTAKA


Ali. Mukti.  Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan. Bandung: Mizan Anggota IKAPI.
Khoiriyyah. Islam dan Logika Modern. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Nasution,. Harun . Pembaharuan dalam Islam. Jakarta:  Bulan Bintang.




















[1] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta:  Bulan Bintang, 1996), hlm 165-167
[2] Khoiriyyah, Islbam dan Logika Modern, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), hlm. 98-99.
[3] Ibid hlm. 167-168.
[4] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, .....hlm 167-169
[5] Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, (Bandung: Mizan Anggota IKAPI, 1993),  hlm.89-90.
[6] Ibid, hlm 169-170.
[7] Ibid, hlm 97.
[8] Ibid, hlm 103. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar