Rabu, 09 Desember 2015

Perkembangan Masa Dewasa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Masa dewasa merupakan masa yang terjadi setelah masa remaja. Dimana dalam masa dewasa banyak sekali hal-hal yang mempengaruhi terhadap keadaan seseorang tersebut, baik dalam segi fisik atau cara berfikir. Selain itu, dalam masa dewasa juga muncul berbagai permasalahan dan ketegangan emosional yang perlu sekali untuk diwaspadai dan adanya pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan. Sehingga tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan penyesalan terhadap keputusan salah yang sudah di ambil.
Oleh karena itu, masa dewasa adalah masa yang harus ada komitmen dalam segala sesuatu yang dilakukan.  Sebab dengan adanya komitmen, maka akan bisa meminimalisir terhadap terjadinya kesalahan dan penyesalan yang berkepanjangan. Hal itu tentunya tidak lepas dari adanya intropeksi terhadap diri seseorang akan setiap kreativitas dan tindakan yang sudah mulai ditanamkan sejak masa remaja. Masa dewasa juga termasuk masa transisi dari masa remaja. Dimana masa remaja merupakan masa yang selalu dipenuhi dengan emosi tidak stabil, ceroboh dan tidak bisa menyikapi terhadap berbagai persoalan yang ada.
          Dengan demikian, makalah ini akan membahas tentang pembagian masa dewasa, ciri-ciri manusia dewasa, karakteristik pada masa dewasa dan perbedaan karakter perempuan dan pria. Sehingga makalah ini bisa menambah wacana dan wawasan keilmuan kita serta bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.2  Rumusan Masalah
A.    Pembagian Masa Dewasa
B.     Ciri-ciri Masa Dewasa
C.    Karakteristik Pada Masa Dewasa
D.    Perbedaan Karakter Perempuan Dewasa dan Pria Dewasa

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembagian Masa Dewasaa
            Menurut Elizabeth B. Hurlock, masa dewasa dibagi menjadi tiga masa. Dimana masa-masa tersebut antara lain[1]:
1.      Masa Dewasa Awal (Masa Dewasa Dini/Young Adult)
Masa dewasa awal merupakan masa poencarian pemantapan dan masa reproduktif. Dimana masa tersebut merupakan masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen, dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreatifitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Masa ini berkisar antara umur 21 sampai 40 tahun.
2.      Masa Dewasa Madya (Middle Adulthood)
Masa dewasa madya berlangsung dari umur 40 sampai 60 tahun. Sedangkan ciri-ciri pada masa dewasa madya menyangkut pribadi dan sosial. Sehingga  masa dewasa madya merupakan masa transisi dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Pada masa madya ini, perhatian terhadaqp agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya. Hal itu dikarenakan adanya perhatian terhadap agama ini dilandasi dengan kebutuhan pribadi dan sosial.
3.      Masa Dewasa Lanjut (Masa Tua/Older Adult)
Usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai umur 60 tahun sampai akhir hayat, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologi yang semakin menurun. Sedangkan ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosial ditandai dengan adanya perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam sistem saraf dan penampilan.
2.2 Ciri-ciri Masa Dewasa
          Pada masa dewasa seseorang sudah memiliki sifat kepribadian yang stabil. Stabilisasi sifat kepribadian ini antara lain dilihat dari cara bertindak dan bertingkah laku yang agak bersifat tetap (tidak mudah berubah-ubah) dan selalu berulang kembali.
Banyak ciri penting dalam masa dewasa yang merupakan kelanjutan dan yang membedakan dengan masa sebelumnya (masa remaja), yaitu adanya peletakan dasar dalam banyak aspek di depannya seperti, berusaha memainkan peranna-peranan baru dalam hal sebagai suami/istri, orang tua, sebagai pemimpin rumah tangga, serta mengembangkan sikap-sikap, minat, dan nilai-nilai dalam memelihara peranannya yang baru tersebut. Kemudian dari permasalahan hidup yang dihadapi pada masa remaja akhir yang terdapat berbagai macam ketegangan emosi, masudnya masa dewasa yang memiliki berbagai macam ciri antara lain[2] :
a.   Usia reproduktif (reproductive age)
b.  Usia memantapkan letak kedudukan (settling down age)
c.   Usia banyak masalah (Problem age)
d.  Usia tegang dalam hal emosi (emotional tension)
Kedewasaan merupakan suatu fase dalam proses hidup, dalam proses menjadi tua. Suatu periode yang sama dengan periode-periode yang lain. Oleh karena itu Allport mengajukan enam hal sebagai ciri kejiwaan orang dewasa, antara lain :
a.       adanya usaha pribadi pada salah satu lapangan yang penting dalam kebudayaan yaitu kepercayaan, politik, agama, kesenian dan pengetahuan.
b.      Kemampuan untuk mengadakan kontak yang hangat dalam hubungan yang fungsional maupun tidak fungsional
c.       Suatu stabilitas batin yang fundamental dalam dunia perasaan dan dalam hubungan dengan penerimaan diri sendiri
d.      Pengamatan, pemikiran dan tingkahlaku menunjukan sifat relaitas yang jelas, namun masih ada relatifitasnya juga
e.       Dapat melihat diri sendiri seperti adanya dan juga dapat melihat segi-segi kehidupan yang menyenangkan.
f.   Menemukan bentuk kehidupan yang sesuia dengan gambaran dunia, atau filsafat hidup yang dapat merangkup kehidupan menjadi satu kesatuan
Masa dewasa adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, seseorang dituntut untuk memulai kehidupannya dengan memerankan peran ganda seperti peran sebagai suami/istri dan peran dalam dunia kerja.
          Masa dewasa seringkali dikatakan masa sulit bagi individu. Hal itu dikarenakan pada masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha untuk dapat mandiri. Oleh karena itu, dalam buku “Psikologi Perkembangan karaya Yudrik Jahja, ciri-ciri masa dewasa dini antara lain[3]:
1.      Masa Pengaturan (Settle Down)
Pada masa ini seseorang akan mencoba-coba sebelum ia menentukan mana yang sesuai, cocok dan memberi kepuasan permanen. Sehingga pola hidup yang diyakini dapat memenuhi kebutuhannya akan ia kembangkan sebagai pola perilaku, sikap dan nilai-nilai yang cenderung menjadi ciri khas selama sisa hidupnya.
2.      Masa Usia Produktif
Masa ini merupakan masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup, menikah, dan berproduksi/menghasilkan anak. Oleh karena itu, organ reproduksi sangat produktif dalam menghasilkan keturunan (anak).
3.      Masa Bermasalah
Masa ini merupakan masa seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran barunya (perkawinan vs pekerjaan).
4.      Masa Ketegangan Emosional
Pada masa ini seseorang emosionalnya tidak stabil, cenderung labil, resah, dan mudah memberontak.
5.      Masa Keterasingan Sosial
Pada masa ini seseorang mengalami “krisis isolasi”, ia merasa terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial.
6.      Masa Komitmen
Masa ini merupakan masa individu mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen.
7.      Masa Ketergantungan
Pada masa ini seseorang masih memiliki ketergantungan kepada orang tua, organisasi/instansi yang mengikatnya.
8.      Masa Perubahan Nilai
Dalam masa ini, nilai yang dimiliki berubah karena pengalaman dan hubungan sosial yang semakin meluas.
9.      Masa Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru
Saat setelah seseorang telah mencapai masa dewasa, ia harus bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukan, karena adanya peran ganda (perang sebagai orang tua dan pekerja).
10.  Masa Kreatif
Pada masa ini seseorang bebas untuk berbuat sesuat sesuai dengan yang ia inginkan.
2.3  Karakteristik Pada Masa Dewasa
          Tidak ada satu periode pun dalam perkembangan yang tidak ada problemnya, begitu juga dengan masa dewasa. Memasuki awal kedewasaan, seorang laki-laki harus mempersiapkan diri untuk dapat menghidupi keluarganya. Ia harus mulai bekerja mencari nafkah dan membina kariernya.  Sedangkan kaum perempuan harus mempersiapkan diri untuk berumah tangga. Di Indonesia masih terdapat resiko untuk di anggap “perawan tua”, kalau belum mendapat pasangan pada umur tiga puluhan. Kalau ia berhasil mendapatkan suami, maka timbul problem-problem mengenai anak-anaknya. Demikian seterusnya, problem-problem tersebut selalu berdatangan.
          Di dalam masyarakat, pada umumnya, pria dan perempuan mempunyai peranan yangt berbeda. Laki-laki mencari nafkah, agresif, dan dominan. Sedangkan perempuan mengurus rumah tangga, pasif, dan lebih submisif. Perilakunya pun berbeda, pria terlihat lebih kasar, sedangkan perempuan lebih halus dan lembut.
          Adanya perbedaan tersebut ternyata tidak semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor biologis, tetapi lebih banyak lagi ditentukan oleh faktor-faktor kebudayaan. Oleh karena itu, menurut Sandra Bem, secara psikologis ada empat jenis kelamin (gender), yaitu[4]:
1. Maskulin (yang biasa terdapat pada laki-laki: tegas, rasional, cepat membuat keputusan, dan lain-lain).
2. Feminim (yang biasa terdapat pada perempuan:lemah lembut, emosional, lebih suka mengikuti keputusan, dan lain-lain).
3. Androgin (pria atau perempuan mempunyai sifat maskulin maupun feminim yang sama-sama kuat).
4. Tak tergolongkan (dalam tes gender menunjukkan skor maskulin dan feminim yang sama-sama rendah).
          Selain itu, watak dan kepribadian seseorang yang sudah dewasa itu pasti dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman hidup dimasa lalu; dipengaruhi oleh perkembangannya dimasa lampau, khususnya dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman hidup masa kanak-kanak. Oleh karena itu, setiap periode perkembangan baru selalu bertalian erat dengan periode yang mendahuluinya. Hal ini menunjukkan, bahwa hidup manusia merupakan satu kesatuan yang bulat, sejak masa lahirnya samapai saat ia beristirahat di bawah nisan kuburnya. Maka sejak lahir di dunia sampai masa kematangannya ia berkembang, dan mengalami banyak perubahan serta tingkat perkembangan.[5]

2.4  Perbedaan Karakter Perempuan Dewasa dan Pria Dewasa
          Bahwa sesungguhnya ada perbedaan esensial pada karakter perempuan dewasa dan pria dewasa itu sudah diakui orang sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Baik para ahli pikir, para pujangga, maupun buku-buku agama telah memaparkan perbedaan ini. Sepanjang sejarah manusia, orang tidak pernah menyatakan bahwa fisik maupun psike perempuan itu sama dengan milik pria.
Dalam abad ke 19, terutama di bawah pengaruh gerekan-gerakan perempuan yang secara sistematis memperjuangkan hak-hak bersamaan atau emansipasi. Dimana banyak orang berusaha untuk menghilangkan perbedaan hakiki antara pria dan perempuan. Terutama orang yang berusaha memperjuangkan persamaan hak dan kewajiban yaitu sebagai manusia perempuan yang kedudukannya sebagai warga negara. Namun, betapapun hebta perjuangan feministis ini, orang tetap senantiasa menyadari akan adanya perbedaan-perbedaan yang fundamental anatar kaum pria dan perempuan. Perbedaan-perbedaan tersebut dinyatakan antara lain dalam peristiwa-peristiwa, sebagai berikut :
1.      Betapapun baik dan cemerlangnya intelegensi perempuan, akan tetapi pada intinya perempuan itu hampir-hampir tidak pernah mempunyai interese menyeluruh pada soal-soal teoretis seperti kaum pria.
2.      Kaum perempuan itu lebih praktis, lebih langsung, dan lebih meminati segi-segi kehidupan konkret serta segera, misalnya ia sangat meminati masalah rumah tangga, kehidupan sehari-hari, dan lain-lain. Sedangkan kaum pria pada umumnya Cuma mempunyai interese jika peristiwanya mengandung latar belakang teoretis untuk dipikirkan lebih lanjut, mempunyai tendensi tertentu sesuai dengan minat pria atau ada kaitannya dengan diri sendiri.
3.      Perempuan pada umunya sangat bergairah, vivid dan penuh vitalitas hidup. Sedangkan pria pada umumnya selalu tertarik pada keremajaan dan kesegaran sifat-sifat perempuan.
4.      Perempuan pada hakekatnya  lebih bersifat hetero-sentris dan lebih sosial. Sedangkan kaum laki-laki bersifat lebih egosentris, dan lebih suka berfikir pada hal-hal yang zakelijk
5.      Perempuan lebih banyak mengarah keluar kepada subyek lain, berbeda dengan pria.
6.      Pria lebih egosentris atau lebih ­self-oriented dimana pria cenderung berperan sebagai mengambil inisiatif untuk memberikan stimulasi dan pengarahan khususnya bagi kemajuan.
7.      Adanya perbedaan antara pria dan perempuan terletak pada sifat-sifat skundaritas, emosionalitas, dan aktivitas dari fungsi-fungsi kejiwaan (Prof. Heymans)
8.      Perempuan kurang berminat pada masalah-masalah polotik, terlebih-lebih politik yang menggunakan cara-cara licik, munafik, dan kekerasan.
9.      Perempuan sangat peka terhadap nilai-nilai estetis.
10.  Dalam kehidupan sehari-hari perempuan lebih aktif dan lebih resolut tegas. Sedangkan pria selalu bimbang hati, terombang-ambing  antara pilihan menolak dan menyetujui.
11.  Pad akaum pria terdapat garis pemisah yang gelas, antara kehidupan psikis dengan kehidupan indrawi dan anatra interese pribadi dengan tugas kewajiban yang formal sehari-hari
12.  Kesatuan totalitas tingkah laku perempuan tidak terletak pada kesadaran obyektif menuju pada satu tujuan akan tetapi lebih terletak pada kehidupan perasaannya yang didorong oleh afek-afek dan sentimen-sentimen yang kuat.
13.  Perempuan pada umumnya lebih akurat dan lebih mendetail
14.  Perbedaan aktifitas antara pria dan perempuan.
Maka secara ringkas dapat disimpulkan, bahwa perbedaan anatar pria dan perempuan tidak terl;etak pada adanya perbedaan yang esensial dari temperamen dan karakternya. Akan tetapi pada perbedaan struktur jasmaniyahnya. Perbedaan tersebut mengakibatkan adanya perbedaan dalam aktivitasntya sehari-hari. Dalam hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan pula pada fungsi sosialnya di tengah masyarakat. Jadi, ada perbedaan dalam nuansa kualitatif, bukan hanya perbedaan secara kuantitatif saja[6]
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
            Masa dewasa merupakan masa kelanjutan dari masa remaja. Dimana masa dewasa ini di bagi menjadi tiga bagian yaitu; masa dewasa awal, masa dewasa madya, dan masa dewasa lanjut. Pada masa dewasa seseorang sudah memiliki komitmen dan berusaha menghadapi segala persoalan hidupnya dengan adanya kontrol emosionalnya.
            Sedangkan ciri-ciri  pada masa dewasa ditandai dengan adanya masa ketergantungan, masa reproduktif, masa bermasalah dan lain-lain. Selain itu, menurut allport, ada beberapa ciri-ciri kejiwaan pada masa dewasa yang membedakan dengan masa-masa sebelumnya. Begitu juga dengan karakteristik yang ada pada masa dewasa yang menentukan terhadap kepribadian pada masa tersebut sampai akhir dari kehidupannya.
            Kemudian,  masa dewasa antara kaum pria dan perempuan juga ada berbagai macam perbedaan-perbedaan yang sudah ada sejak dahulu. Dimana perbedaan tersebut tidak hanya terletak pada perbedaan jasmaniah saja, akan tetapi juga pada perbedaan yang mengakibatkan adanya perbedaan dalam aktivitasnya sehari-hari.  Hal tersebut menyebabkan timbulnya perbedaan pula pada fungsi sosialnya di tengah masyarakat. Sehingga ada juga perbedaan dalam nuansa kualitatif, bukan hanya perbedaan secara kuantitatif saja






DAFTAR PUSTAKA
Jahja, Yudrik,  2011, Psikologi Perkembangan, Jakarta:Kencana.
Kartono, Kartini,  2006, Psikologi Wanita 1, Bandung:Mandar Maju.
Rohmah, Noer,  2013, Pengantar Psikologi Agama, Yogyakarta:Teras.
Sarwono, Sarlito W, 2013, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta:Raja Grafindo Persada.





[1] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:Kencana,2011),hlm.246-247.            
[2] Noer Rohmah, Pengantar Psikologi Agama, (Yogyakarta:Teras,2013),hlm..146-147.
[3] Yudrik Jahja, Opcit, hlm. 246-249.
[4] Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.77-79.
[5] Kartini Kartono, Psikologi Wanita 1, (Bandung:Mandar Maju, 2006),hlm. 149.
[6] Ibid, hlm.177-186.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar