Perkembangan Masa Dewasa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masa dewasa merupakan masa yang terjadi setelah masa remaja. Dimana
dalam masa dewasa banyak sekali hal-hal yang mempengaruhi terhadap keadaan
seseorang tersebut, baik dalam segi fisik atau cara berfikir. Selain itu, dalam
masa dewasa juga muncul berbagai permasalahan dan ketegangan emosional yang
perlu sekali untuk diwaspadai dan adanya pertimbangan dalam mengambil sebuah
keputusan. Sehingga tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan penyesalan
terhadap keputusan salah yang sudah di ambil.
Oleh karena itu, masa dewasa adalah masa yang harus ada komitmen
dalam segala sesuatu yang dilakukan.
Sebab dengan adanya komitmen, maka akan bisa meminimalisir terhadap
terjadinya kesalahan dan penyesalan yang berkepanjangan. Hal itu tentunya tidak
lepas dari adanya intropeksi terhadap diri seseorang akan setiap kreativitas
dan tindakan yang sudah mulai ditanamkan sejak masa remaja. Masa dewasa juga
termasuk masa transisi dari masa remaja. Dimana masa remaja merupakan masa yang
selalu dipenuhi dengan emosi tidak stabil, ceroboh dan tidak bisa menyikapi
terhadap berbagai persoalan yang ada.
Dengan demikian,
makalah ini akan membahas tentang pembagian masa dewasa, ciri-ciri manusia
dewasa, karakteristik pada masa dewasa dan perbedaan karakter perempuan dan
pria. Sehingga makalah ini bisa menambah wacana dan wawasan keilmuan kita serta
bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.2
Rumusan Masalah
A.
Pembagian Masa Dewasa
B.
Ciri-ciri Masa Dewasa
C.
Karakteristik Pada Masa Dewasa
D.
Perbedaan Karakter Perempuan Dewasa dan Pria Dewasa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pembagian Masa Dewasaa
Menurut Elizabeth B. Hurlock, masa dewasa dibagi menjadi tiga masa.
Dimana masa-masa tersebut antara lain[1]:
1.
Masa
Dewasa Awal (Masa Dewasa Dini/Young Adult)
Masa dewasa awal merupakan masa poencarian pemantapan dan masa
reproduktif. Dimana masa tersebut merupakan masa yang penuh dengan masalah dan
ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen, dan masa
ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreatifitas dan penyesuaian diri pada
pola hidup yang baru. Masa ini berkisar antara umur 21 sampai 40 tahun.
2.
Masa
Dewasa Madya (Middle Adulthood)
Masa dewasa madya berlangsung dari umur 40 sampai 60 tahun.
Sedangkan ciri-ciri pada masa dewasa madya menyangkut pribadi dan sosial.
Sehingga masa dewasa madya merupakan
masa transisi dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan
perilaku dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri
jasmani dan perilaku yang baru. Pada masa madya ini, perhatian terhadaqp agama
lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya. Hal itu dikarenakan adanya
perhatian terhadap agama ini dilandasi dengan kebutuhan pribadi dan sosial.
3.
Masa
Dewasa Lanjut (Masa Tua/Older Adult)
Usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup
seseorang. Masa ini dimulai umur 60 tahun sampai akhir hayat, yang ditandai
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologi yang semakin menurun.
Sedangkan ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosial
ditandai dengan adanya perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, kekuatan
fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam sistem saraf dan
penampilan.
2.2 Ciri-ciri Masa Dewasa
Pada masa dewasa
seseorang sudah memiliki sifat kepribadian yang stabil. Stabilisasi sifat
kepribadian ini antara lain dilihat dari cara bertindak dan bertingkah laku
yang agak bersifat tetap (tidak mudah berubah-ubah) dan selalu berulang
kembali.
Banyak ciri
penting dalam masa dewasa yang merupakan kelanjutan dan yang membedakan dengan
masa sebelumnya (masa remaja), yaitu adanya peletakan dasar dalam banyak aspek
di depannya seperti, berusaha memainkan peranna-peranan baru dalam hal sebagai
suami/istri, orang tua, sebagai pemimpin rumah tangga, serta mengembangkan
sikap-sikap, minat, dan nilai-nilai dalam memelihara peranannya yang baru
tersebut. Kemudian dari permasalahan hidup yang dihadapi pada masa remaja akhir
yang terdapat berbagai macam ketegangan emosi, masudnya masa dewasa yang
memiliki berbagai macam ciri antara lain[2] :
a.
Usia reproduktif (reproductive age)
b.
Usia memantapkan letak kedudukan (settling
down age)
c.
Usia banyak masalah (Problem age)
d.
Usia tegang dalam hal emosi (emotional
tension)
Kedewasaan
merupakan suatu fase dalam proses hidup, dalam proses menjadi tua. Suatu
periode yang sama dengan periode-periode yang lain. Oleh karena itu Allport
mengajukan enam hal sebagai ciri kejiwaan orang dewasa, antara lain :
a.
adanya
usaha pribadi pada salah satu lapangan yang penting dalam kebudayaan yaitu
kepercayaan, politik, agama, kesenian dan pengetahuan.
b.
Kemampuan
untuk mengadakan kontak yang hangat dalam hubungan yang fungsional maupun tidak
fungsional
c.
Suatu
stabilitas batin yang fundamental dalam dunia perasaan dan dalam hubungan
dengan penerimaan diri sendiri
d.
Pengamatan,
pemikiran dan tingkahlaku menunjukan sifat relaitas yang jelas, namun masih ada
relatifitasnya juga
e.
Dapat
melihat diri sendiri seperti adanya dan juga dapat melihat segi-segi kehidupan
yang menyenangkan.
f. Menemukan bentuk kehidupan
yang sesuia dengan gambaran dunia, atau filsafat hidup yang dapat merangkup
kehidupan menjadi satu kesatuan
Masa dewasa adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri
terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa
ini, seseorang dituntut untuk memulai kehidupannya dengan memerankan peran
ganda seperti peran sebagai suami/istri dan peran dalam dunia kerja.
Masa dewasa
seringkali dikatakan masa sulit bagi individu. Hal itu dikarenakan pada masa
ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua
dan berusaha untuk dapat mandiri. Oleh karena itu, dalam buku “Psikologi
Perkembangan karaya Yudrik Jahja, ciri-ciri masa dewasa dini antara lain[3]:
1.
Masa
Pengaturan (Settle Down)
Pada masa ini seseorang akan mencoba-coba sebelum ia menentukan
mana yang sesuai, cocok dan memberi kepuasan permanen. Sehingga pola hidup yang
diyakini dapat memenuhi kebutuhannya akan ia kembangkan sebagai pola perilaku,
sikap dan nilai-nilai yang cenderung menjadi ciri khas selama sisa hidupnya.
2.
Masa
Usia Produktif
Masa ini merupakan masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan
hidup, menikah, dan berproduksi/menghasilkan anak. Oleh karena itu, organ
reproduksi sangat produktif dalam menghasilkan keturunan (anak).
3.
Masa
Bermasalah
Masa ini merupakan masa seseorang harus mengadakan penyesuaian
dengan peran barunya (perkawinan vs pekerjaan).
4.
Masa
Ketegangan Emosional
Pada masa ini seseorang emosionalnya tidak stabil, cenderung labil,
resah, dan mudah memberontak.
5.
Masa
Keterasingan Sosial
Pada masa ini seseorang mengalami “krisis isolasi”, ia merasa
terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial.
6.
Masa
Komitmen
Masa ini merupakan masa individu mulai sadar akan pentingnya sebuah
komitmen.
7.
Masa
Ketergantungan
Pada masa ini seseorang masih memiliki ketergantungan kepada orang
tua, organisasi/instansi yang mengikatnya.
8.
Masa
Perubahan Nilai
Dalam masa ini, nilai yang dimiliki berubah karena pengalaman dan
hubungan sosial yang semakin meluas.
9.
Masa
Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru
Saat setelah seseorang telah mencapai masa dewasa, ia harus
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukan, karena adanya peran ganda
(perang sebagai orang tua dan pekerja).
10.
Masa
Kreatif
Pada masa ini seseorang bebas untuk berbuat sesuat sesuai dengan
yang ia inginkan.
2.3 Karakteristik Pada Masa Dewasa
Tidak ada satu
periode pun dalam perkembangan yang tidak ada problemnya, begitu juga dengan
masa dewasa. Memasuki awal kedewasaan, seorang laki-laki harus mempersiapkan
diri untuk dapat menghidupi keluarganya. Ia harus mulai bekerja mencari nafkah
dan membina kariernya. Sedangkan kaum
perempuan harus mempersiapkan diri untuk berumah tangga. Di Indonesia masih
terdapat resiko untuk di anggap “perawan tua”, kalau belum mendapat pasangan
pada umur tiga puluhan. Kalau ia berhasil mendapatkan suami, maka timbul
problem-problem mengenai anak-anaknya. Demikian seterusnya, problem-problem
tersebut selalu berdatangan.
Di dalam masyarakat,
pada umumnya, pria dan perempuan mempunyai peranan yangt berbeda. Laki-laki
mencari nafkah, agresif, dan dominan. Sedangkan perempuan mengurus rumah
tangga, pasif, dan lebih submisif. Perilakunya pun berbeda, pria terlihat lebih
kasar, sedangkan perempuan lebih halus dan lembut.
Adanya perbedaan
tersebut ternyata tidak semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor biologis,
tetapi lebih banyak lagi ditentukan oleh faktor-faktor kebudayaan. Oleh karena
itu, menurut Sandra Bem, secara psikologis ada empat jenis kelamin (gender),
yaitu[4]:
1.
Maskulin
(yang biasa terdapat pada laki-laki: tegas, rasional, cepat membuat
keputusan, dan lain-lain).
2.
Feminim
(yang biasa terdapat pada perempuan:lemah lembut, emosional, lebih
suka mengikuti keputusan, dan lain-lain).
3.
Androgin
(pria atau perempuan mempunyai sifat maskulin maupun feminim
yang sama-sama kuat).
4.
Tak
tergolongkan (dalam tes gender menunjukkan skor maskulin dan feminim
yang sama-sama rendah).
Selain itu, watak
dan kepribadian seseorang yang sudah dewasa itu pasti dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalaman hidup dimasa lalu; dipengaruhi oleh perkembangannya
dimasa lampau, khususnya dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman hidup masa
kanak-kanak. Oleh karena itu, setiap periode perkembangan baru selalu bertalian
erat dengan periode yang mendahuluinya. Hal ini menunjukkan, bahwa hidup
manusia merupakan satu kesatuan yang bulat, sejak masa lahirnya samapai saat ia
beristirahat di bawah nisan kuburnya. Maka sejak lahir di dunia sampai masa
kematangannya ia berkembang, dan mengalami banyak perubahan serta tingkat
perkembangan.[5]
2.4 Perbedaan Karakter Perempuan Dewasa dan
Pria Dewasa
Bahwa sesungguhnya ada perbedaan esensial pada karakter perempuan
dewasa dan pria dewasa itu sudah diakui orang sejak beribu-ribu tahun yang
lalu. Baik para ahli pikir, para pujangga, maupun buku-buku agama telah
memaparkan perbedaan ini. Sepanjang sejarah manusia, orang tidak pernah
menyatakan bahwa fisik maupun psike perempuan itu sama dengan milik pria.
Dalam abad ke 19,
terutama di bawah pengaruh gerekan-gerakan perempuan yang secara sistematis
memperjuangkan hak-hak bersamaan atau emansipasi. Dimana banyak orang
berusaha untuk menghilangkan perbedaan hakiki antara pria dan perempuan.
Terutama orang yang berusaha memperjuangkan persamaan hak dan kewajiban yaitu
sebagai manusia perempuan yang kedudukannya sebagai warga negara. Namun,
betapapun hebta perjuangan feministis ini, orang tetap senantiasa menyadari
akan adanya perbedaan-perbedaan yang fundamental anatar kaum pria dan
perempuan. Perbedaan-perbedaan tersebut dinyatakan antara lain dalam
peristiwa-peristiwa, sebagai berikut :
1.
Betapapun
baik dan cemerlangnya intelegensi perempuan, akan tetapi pada intinya perempuan
itu hampir-hampir tidak pernah mempunyai interese menyeluruh pada soal-soal
teoretis seperti kaum pria.
2.
Kaum
perempuan itu lebih praktis, lebih langsung, dan lebih meminati segi-segi
kehidupan konkret serta segera, misalnya ia sangat meminati masalah rumah
tangga, kehidupan sehari-hari, dan lain-lain. Sedangkan kaum pria pada umumnya
Cuma mempunyai interese jika peristiwanya mengandung latar belakang teoretis
untuk dipikirkan lebih lanjut, mempunyai tendensi tertentu sesuai dengan minat
pria atau ada kaitannya dengan diri sendiri.
3.
Perempuan
pada umunya sangat bergairah, vivid dan penuh vitalitas hidup. Sedangkan pria
pada umumnya selalu tertarik pada keremajaan dan kesegaran sifat-sifat
perempuan.
4.
Perempuan
pada hakekatnya lebih bersifat hetero-sentris
dan lebih sosial. Sedangkan kaum laki-laki bersifat lebih egosentris, dan
lebih suka berfikir pada hal-hal yang zakelijk
5.
Perempuan
lebih banyak mengarah keluar kepada subyek lain, berbeda dengan pria.
6.
Pria
lebih egosentris atau lebih self-oriented dimana pria cenderung
berperan sebagai mengambil inisiatif untuk memberikan stimulasi dan pengarahan
khususnya bagi kemajuan.
7.
Adanya
perbedaan antara pria dan perempuan terletak pada sifat-sifat skundaritas,
emosionalitas, dan aktivitas dari fungsi-fungsi kejiwaan (Prof. Heymans)
8.
Perempuan
kurang berminat pada masalah-masalah polotik, terlebih-lebih politik yang
menggunakan cara-cara licik, munafik, dan kekerasan.
9.
Perempuan
sangat peka terhadap nilai-nilai estetis.
10. Dalam kehidupan sehari-hari perempuan lebih aktif dan lebih resolut
tegas. Sedangkan pria selalu bimbang hati, terombang-ambing antara pilihan menolak dan menyetujui.
11. Pad akaum pria terdapat garis pemisah yang gelas, antara kehidupan
psikis dengan kehidupan indrawi dan anatra interese pribadi dengan tugas
kewajiban yang formal sehari-hari
12. Kesatuan totalitas tingkah laku perempuan tidak terletak pada
kesadaran obyektif menuju pada satu tujuan akan tetapi lebih terletak pada
kehidupan perasaannya yang didorong oleh afek-afek dan sentimen-sentimen yang
kuat.
13. Perempuan pada umumnya lebih akurat dan lebih mendetail
14. Perbedaan aktifitas antara pria dan perempuan.
Maka secara
ringkas dapat disimpulkan, bahwa perbedaan anatar pria dan perempuan tidak
terl;etak pada adanya perbedaan yang esensial dari temperamen dan karakternya.
Akan tetapi pada perbedaan struktur jasmaniyahnya. Perbedaan tersebut
mengakibatkan adanya perbedaan dalam aktivitasntya sehari-hari. Dalam
hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan pula pada fungsi sosialnya di
tengah masyarakat. Jadi, ada perbedaan dalam nuansa kualitatif, bukan
hanya perbedaan secara kuantitatif saja[6]
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Masa dewasa merupakan masa kelanjutan dari masa remaja. Dimana masa
dewasa ini di bagi menjadi tiga bagian yaitu; masa dewasa awal, masa dewasa
madya, dan masa dewasa lanjut. Pada masa dewasa seseorang sudah memiliki
komitmen dan berusaha menghadapi segala persoalan hidupnya dengan adanya
kontrol emosionalnya.
Sedangkan
ciri-ciri pada masa dewasa ditandai
dengan adanya masa ketergantungan, masa reproduktif, masa bermasalah dan
lain-lain. Selain itu, menurut allport, ada beberapa ciri-ciri kejiwaan
pada masa dewasa yang membedakan dengan masa-masa sebelumnya. Begitu juga
dengan karakteristik yang ada pada masa dewasa yang menentukan terhadap
kepribadian pada masa tersebut sampai akhir dari kehidupannya.
Kemudian, masa dewasa antara kaum pria dan perempuan
juga ada berbagai macam perbedaan-perbedaan yang sudah ada sejak dahulu. Dimana
perbedaan tersebut tidak hanya terletak pada perbedaan jasmaniah saja, akan
tetapi juga pada perbedaan yang mengakibatkan adanya perbedaan dalam
aktivitasnya sehari-hari. Hal
tersebut menyebabkan timbulnya perbedaan pula pada fungsi sosialnya di
tengah masyarakat. Sehingga ada juga perbedaan dalam nuansa kualitatif, bukan
hanya perbedaan secara kuantitatif saja
DAFTAR PUSTAKA
Jahja, Yudrik, 2011, Psikologi
Perkembangan, Jakarta:Kencana.
Kartono,
Kartini, 2006, Psikologi Wanita 1, Bandung:Mandar
Maju.
Rohmah,
Noer, 2013, Pengantar Psikologi
Agama, Yogyakarta:Teras.
Sarwono, Sarlito W, 2013, Pengantar
Psikologi Umum, Jakarta:Raja Grafindo Persada.
[1]
Yudrik Jahja, Psikologi
Perkembangan, (Jakarta:Kencana,2011),hlm.246-247.
[2] Noer Rohmah, Pengantar
Psikologi Agama, (Yogyakarta:Teras,2013),hlm..146-147.
[3] Yudrik Jahja, Opcit,
hlm. 246-249.
[4] Sarlito W.
Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2013),
hlm.77-79.
[5] Kartini
Kartono, Psikologi Wanita 1, (Bandung:Mandar Maju, 2006),hlm. 149.
[6] Ibid,
hlm.177-186.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar