Kesehatan Mental
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial. Dia
senantiasa beriteraksi antara manusia satu dengan manusia lain karena saling
membutuhkan. Dengan demikian antara manusia harus dapat menyesuaikan diri baik
dalam prilaku, kesopanan bahasa, maupun sikap yang kesemuanya itu memerlukan
basic atau dasar perubahan.
Setiap manusia memiliki kepribadian dan
karakter sendiri, ia memiliki reaksi, sikap,
dan tingkah laku terhadap rangsangan dan tuntutan hidup sehari-hari.
Kepribadian manusia ini tidak sama antara satu dengan lainnya. Hal itu terbukti
adanya kepribadian baik dan kepribadian buruk.
Kepribadian manusia merupakan sebuah corak
kebiasaan yang terhimpun dalam dirinya untuk bereaksi dan menyesuaikan diri
baik kepada lingkungan, maupun kepada pribadinya sendiri. Corak dan kebiasaan
itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas, spesifik, terarah, yang
berfungsi sebagai arah persoalan kesehatan mental atau jiwa.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan
membahas kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan mental, struktur
kepribadian, dan factor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri.
1.2 Rumusan Masalah
·
Kegiatan Kesehatan Mental
·
Struktur Kepribadian
·
Gangguan-gangguan Kepribadian
·
Bentuk-bentuk Penyesuaian diri
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kegiatan Kesehatan Mental
Kesehatan mental dapat menghilangkan
goncangan dan hambatan yang terjadi pada zaman modern ini. Upaya yang dilakukan
adalah dengan cara mengusahakan tercapainya jasmani dan rokhani yang sehat
untuk menyesuaikan diri terhadap orde sosial yang ada, dan tidak melarikan diri
dari realitas hidup.[1]
Dalam
upaya mendapatkan kesehatan mental setiap anak harus mendapatkan pendidikan dan
bimbingan atau penyuluhan kejiwaan. Sehingga mereka membutuhkan sistem
pendidikan yang sesuai dengan kepribadian dan perkembangan mereka. Kondisi
pendidikan harus dapat menyalurkan berbagai macam-macam bakat, kemampuan,
kapasitas anak dan orang dewasa dalam perkembangan kepribadiannya.
Kesehatan
mental dapat dicapai melalui kehidupan rukun dan damai diantara
kelompok-kelompok sosial. Hal itu bisa dicapai dengan jalan saling memberikan
dukungan fisik, material, maupun moral.
Pada
prinsipnya ada 3 hubungan bagi diri peribadi dalam masalah penyesuaiaan, yaitu
dengan :
a. Relasi diri sendiri dengan manusia lain
b. Relasi diri sendiri dengan dunia
c. Relasi diri dengan Tuhan
Ada beberapa hal lain yang perlu
diperhatikan dalam rangka untuk menyesuaikan diri terhadap kandungan nilai-nilai
moral, kesehatan mental memiliki kegiatan-kegiatan seperti ringkasan yang telah
dikutip dari Dr. Kartini Kartono, antara lain sebgaai berikut :
1. Memberikan bantuan biologis dan psikiatris
2. Mencenggah munculnya penyakit mental dan saraf
3. Merencanakan pola hidup yang sehat
4. Meningkatkan bantuan di rumah-rumah sakit jiwa
5. Memberikan bantuan tuntunan kejiwaan olrh klinik-klinik psikiatri dan
klinik-klinik psikologi
Selain itu ada beberapa hal lain yang
diungkapkan oleh Dr. Kartini Kartono dalam kesehatan mental. Diantaranya
sebagai berikut :
1. Kesehatan dan penyesuaian diri bergantung pada hubungan dan integritas
diantara sesame manusia dengan lingkungan dan Tuhan Yang Maha Kuasa, serta
adanya keserasian antara jasmani dan rohaninya sendiri.
2. Untuk mencapai taraf kesehatan mental, peran harus biasa memenuhi
tuntutan moral, intelektual, sosial, dan religious.
3. Mental yang sehat ditandai dengan adanya integrasi diri, regulasi diri,
dan pengontrolan diri terhadap pikiran, angan-angan, keinginan, dorongan,
emosi, sentiment, dan segenap tingkah laku.
4. Setiap pribadi perlu memiliki pengawasan diri dan dapat mengenali segala
kemampuan sendiri dan batas-batasannya.
5. Mental yang sehat memiliki konsep diri yang sehat yaitu adanya pengakuan
atas kelebihan dan kekurangan diri sendiri serta bersedia menerima nasib dengan
sikap yang rasional
6. Mental yang stabil dan pengadaptasian yang baik meliputi pengembangan
diri yang berpedoman pada kebajikan, kejujuran, keadilan, kebijaksanaan,
keberanian, dan lain sebagainya. Kesehatan dan pengapdatasian ini memerulkan
daya upaya yang kentiniu.
7. Perlu adanya penanaman dan pengembangan kebiasaan-kebiasaan yang baik.
2.2 Struktur-Struktur Kepribadian
Kepribadian berasal dari bahasa latin yaitu
persona artinya topeng. Kata ini mengacu pada topeng teatrikal yang
dikenakan aktor-aktor zaman romawi dalam drama Yunani.[2]
Ketika para psikolog menyebutkan istilah kepribadian mereka mengacu pada
sesuatu yang lebih dari sekedar peran yang dimainkan manusia.
Secara
umun kepribadian (personality) merupakan suatu pola watak yang relative
permanen dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus
individualitas bagi pelaku sesorang. Watak (traits) memberikan
kontribusi bagi perbedaan individu-individu dalam prilakunya, konsistensi
prilakunya di sepanjang waktu, dan stabilitas prilaku tersebut di setiap
situasi.
Kepribadian bukanlah
suatu mental yang sifatnya eksklusif semata-mata,melainkan semua komponen yang
menyesuaikan kepribadian adalah satu kesatuan yang melingkupi tubuh dan jiwa
pada seseorang. Akan tetapi keberaadaan kepribadian selalu berkembang dan
berubah dari waktu ke waktu, meskipun adanya komponen yang mengikat dan
menghubungkan berbagai komponen dari kepribadian itu sendiri[3].
Sedangkan karakter (characteristic)
adalah kualitas unik seseorang yang mencangkup atribut-atribut seperti
temperamen, fisik, dan intelegensia.[4] Selain itu, menurut Allport, bahwa di dunia ini tidak ditemukan dua
orang atau lebih yang benar-benar sama dalam upaya untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitar. Padahal kepribadian merupakan sesuatu yang memiliki
peranan pada individu untuk bisa beradaptasi pada lingkungan. Dan bersifat
universal dalam arti mencakup fisik dan mental yang ada pada individu[5] Dengan demikian, berdasarkan definisi di
atas, kepribadian memiliki beberapa unsur, yakni[6]:
a. Kepribadian merupakan organisasi yang dinamis.
b. Organisasi tersebut terdapat dalam diri individu
c. Organisasi itu berdiri atas sistem psikis, meliputi sifat dan bakat,
serta sistem fisik yang saling terkait.
d. Organisasi itu menentukan corak penyesuaian diri yang unik dari tiap
individu terhadap lingkungan
Dalam kepribadian terdapat bagian-bagian
yang saling berhubungan dan saling mengantur serta menyesuaikan dan
berintegrasi, atau biasa disebut dengan struktur kepribadian, sebagai berikut [7]:
1. Nafsu
Yaitu
keinginan untuk dapat mempertahankan diri dan menjaga kelangsungan hidup
seseorang. Nafsu juga dapat mendorong keinginan untuk berhubungan dengan Yang
MahaKuasa.
2. Intelegensi dan Intelek
Merupakan
kemampuan intelegensi dan intelek seseorang akan memepengaruhi perkembangan
kepribadiannya. Intelegensi merupakan kemampuan seseorang untuk menyelesaikan
persoalan secara efektif dan efisien berdasarkan pengalamannya. Sedangkan
intelek adalah kemampuan seseorang yang diperoleh dari hasil belajar terdahulu.
Kedua factor kepribadian ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara
satu dan lainnya.
3. Temperamen
Temperamen
dapat ditemukan dalam diri seseorang yang melakukan sautu tindakan, yaitu
meliputi cara menerima dan melaksanakan pengalaman emosisonal, ketrampilan dan
kecekatan dalam melakukan tugas sehari-hari yang menjadi dasar perasaan
seseorang dan mendorong dalam melakukan aktivitas. Temperamen ini dapat
membentuk cara marah, menghindar, cara menyampaikan suatu maksdu, adanya rasa
tergesa-gesa, ketelitian, kecerobohan, kalem, agresif, rebut terus, suka
mengeluh, dan sebagainya.
4. Psikomotorik
Psikomotorik
adalah luapan jiwa atau pikiran seseorang. Adanya factor psikomotorik
memperlihatkan kamampuan seseorang dalam mengekspresikan pikiran maupun
kemampuan pribadinya. Ekspresinya yang dapat berbentuk pembicaraan, tulisan,
gambaran dan sebagainya.
5. Watak
Merupakan
gabungan seluruh tingkah laku yang emmebentuk dasar kepribadian seseorang
Para
ahli berpendapat bahwa sifat kepribadian yang sehat memiliki beberapa kriteria,
antara lain :
§ Melakukan usaha tanpa banyak mengeluarkan tenaga
§ Memiliki cara cita-cita, ambisi dan keinginan sesuai dengan kemampuan
yang ada
§ Mengetahui secara pasti kemampuan dan kelemahan dirinya sendiri
§ Bersedia menolong dan menerima pertolongan orang lain
§ Bersikap tegar dalam mengalami kegeglan
§ Bersikap tenang dan keberhasilan
§ Bersedia menjadi kawan atau lawan bila diperlukan
§ Memiliki ketetapan hati dan percaya kepada diri sendiri
2.3 Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian adalah suatu jenis penyakit
mental di mana individu mengalami kesulitan memahami dan berhubungan dengan situasi
dan orang-orang – termasuk diri sendiri. Ada banyak jenis spesifik gangguan kepribadian. Secara
umum, memiliki gangguan kepribadian berarti individu memiliki pola yang kaku
dan tidak sehat dalam berpikir dan berperilaku, tidak peduli apa pun
situasinya. Hal ini menyebabkan masalah yang signifikan dan keterbatasan dalam
hubungan, pergaulan sosial, pekerjaan dan sekolah.[8]
Berikut adalah masalah-masalah atau gangguan-gangguan
kepribadian, yakni :
A. Coping (penyesuaian diri)
Penyesuaian diri adalah suatu proses usaha
untuk mempertemukan tuntunan yang berasal dari diri sendiri dan lingkungan.
Beberapa psikolog menganggap penyesiauan diri ini sebgaai hasil, dan setiap
individu berusaha menemukan keberhasilannya untuk mendapat suatu penghargaan.
Penyesuaian diri merupakan suatu proses
yang tidak akan peranh berhenti. Demikian pula pada individu-individu yang
sangat beruntung, karena telah mencapai apa yang diimpikannya, merekapun tidak
akan lepas dari kekecewaan, konfil, tekanan (stress), ataupun tekanan-tekanan
lain dalam kehidupannya.
B. Stres
Merupakan suatu tekanan yang dialami
individu dalam usaha pencapaiaan target terhadap standar pemenuhan kebutuhan
hidup manusia. Apabila standar pemenuhan kebutuhan hidup seorang individu
terlalu tinggi, kemungkinan tekanan yang dialaminya akan semakin tinggi pula,
demikian sebaliknya.
Stress dibagi menjadi 2 bentuk situasi
emosional yang dialami invidu sehari-hari, yakni :
·
Frustasi merupakan suatu keadaan emosional
yang timbul pada saat terjadi hambatan dalam usaha memenuhi keinginan,
kebutuhan, tujuan hidup, dan harapan yang berbeda.
·
Konflik yaitu perosalan yang timbul dalam
situasi dimana terdapat dua atau lebih kebutuhan, harapan, keinginan, dan
tujuan, dimana situasi-situasi tersebut tidak sejalan dan saling bertabrakan.
Dalam kondisi tersebut individu sering merasa ambigu[9]
dan berada di dua kutub yang berbeda serta saling tarik menarik.
C. Depresi
Merupakan suasana hati yang muram, karena
factor kepedihan, kesenduan, perasaan murung yang bersikap patologis. Deprsri
ditimbulkan oeleh beberapa factor, yaitu :
·
Inferioritas
·
Sakit hati yang mendalam
·
Kekecewaan
·
Kecemasan
·
Penyalahan diri sendiri
·
Trauma psikis
Setelah kita mengetahui adanya gangguan
diri perlu adanya strategi untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut.
Dikarenakan penyesuaian diri merupakan suatu proses yang terus menerus
beruubah, komplek dan memebutuhkan banyak respons. Strategi-strategi tersebut
antara lain :
1) Pemecahan masalah dengan tenang
2) Agresi yaitu penyesuaian diri secara produktif yang memberi dampak
tragis dan berbahaya, seperti mencari kambing hitam dan menyalahkan orang lain,
yang akhirnya melakukan agresi terhadap sasaran itu.
3) Regresi, (kemunduran) yaitu memebuat sesoranglari dari keadaan yang
tidak menyenangkan dan berusaha kembali kekeadaan lama yang menyenangkan, aman,
dan kasih saying.
4) Menarik diri, sikap individu memilih untuk tidak mengambil tindakan
apa-apa
5) Mengelak, adalah sikap individu yang lari dari permasalahan atau
mengalihkan permasalahan pada sesuatu yang lain, seperti orang punya masalah
melakukan minum-minuman keras, narkoba, obat penenang, dan lain-lain.
2.4 Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri merupakan faktor yang
paling penting dalam kehidupan manusia. Bergitu pentingnya hal ini
sampai-sampai dalam berbagai literature, kita kerap menjumpai ungkapan-ungkapan
seperti : “hidup manusia sejak lahir samapai mati tidak lain adalah penyesuaian
diri”. Dalam lapangan psikologi klinispun, sering kita temui berbagai
pernyataan para ahli yang menyebutkan bahwa “kelainan-kelainan kepribadian
tidak lain adalah kelainan-kelainan peyesaian diri. Kerena itu, tidaklah heran
bila untuk menunjukan kelainan-kelainan kepribadian seseorang sering
dikemukakan istilah “malad jusment,” yang artinya “tidak ada
penyesuaiaan” atau “tidak punya kemampuan menyesuaikan diri”. Jadi, misalnya,
seorang anak yang mengalami hambatan-hambatan emosional sehingga ia menjadi
anak nakal, anak itu sering disebut malad justed (guanrsa,1981).[10]
Bentuk-bentuk penyesuaian diri itu bisa
kita klasifikasiikan dlam dua kelompok, yaitu (A) yang adaptive (B) yang
Adjuctive (Gunarsa,1981).[11]
A. Yang Adaptive
Bentuk
penyesuaiaan diri yang adaptive sering dikenal dengan istilah adaptasi. Bentuk
penyesuaian diri ini lebih bersifat badani. Artinya, perubahan-perubahan dalam
proses badani untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan. Misalnya,
berkeringat adalah usaha tubuh untuk mendinginkan tubuh dari suhu yang panas
atau dirasakan terlalu panas. Di tempat-tempat yang dingin kita sebaliknya
harus berpakaian tebal agar tubuh menjadi “hangat”. Berkeringan atau berpakaian
tebal merupakan bentuk penyesuaian terhadap lingkungan.
B. Yang Adjective
Bentuk
penyesuaian lain yang terse=angkus kehidupan psikis kita, biasanya diebut
sebagai bentuk penyesuaan yang adjective. Misalnya, jika kita harus perge ke
tetangga atau teman yang sedang berduka cita karena kematian salah seorang
anggota keluarganya, mungkin sekali wajah kita dapat diatu sedemikian rupa,
sehingga menampilkan wajah duka, sebagai tanda ikut menyesuaikan terhadap
suasana sedih dalam keluarga tersebut. Kita benar-benar ikut bersedih hati,
tetapi mungkin juga oleh kemampuan kita membewakan diri, kita tampil sebagai
orang yang benar-benar sedih, sekalipun keadaan sebenarnya tidak demikian,
malah sebaliknya.
Setiap orang
yang memiliki permasalahan-permasalah kronis seharunya mencari bantuan
professional. Namun, suatu kesadaran tentang adanya reaksi penyesuaian utama,
atau mekanisme pertahanan, mungkin membuat anda sanggup lebih efektif
menghadapi ketegangan dan tekanan-tekanan yang relatif normal dari kehidupan
setiap hari yang dapat mempengaruhi anda dan orang lain.
Mekanisme
penyesuaian adalah berbagai kebiasaan yang biasa dipakai orang untuk memuaskan
motif-motifnya. Termasuk di sini ialah mekanisme pemecahan masalah secara
realistis dan mekanisme yang lebih bersifat primitif berupa sikap agresif
melawan hal-hal yang merintangi.
Berbagai
mekanisme seperti itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang normal atau tidaklah merupakan
simtom-simtom abnormalitas. Dalam artian statistik, mekanisme-mekanisme itu
adalah normal, sehingga orang memilih satu diantaranya pada berbagai waktu dan
kesempatan.
Kalangan
psikolog telah membuat aneka istilah untuk melukiskan banyak tipe reaksi penyesuaian
pada kekecewaan berikut ini adalah beberapa reaksi tipikal yang ada kalanya
dialami oleh orang-orang bila berupaya menangguangi banyak kekecewaan hidup.[12]
a. Rasionalisasi (Rationalization)
Ini terjadi
bila seorang individu member penjelasan yang menyenangkan (rasional)-tapi tidak
usah benar- penjelasan untuk perilaku yang khusu yanhg sering tidak diinginkan.
Sebenarnya, orang yang membenarkan perilaku yang dirasakannya tidak dikehendaki
struk secara sadar atau di bawah sadar. Terlibat dalam rasionalisasi.
b. Kompensasi (compensation)
Kita sering
mendengar orang-orang yang cacat fisik yang banyak meraih prestasi tinggi, jauh
melampau kemampuan banyak orang “normal”. Kita merujuk pada konsep kompensasi
ketika membicarakan suatu situasi saat orang-orang dan perasaan ketidak
cukupan- sesungguhnya atau dibayangkan – berusaha sendiri dengan upaya tambahan
guna mengatasi perasaan-perasaan tidak aman.
Beberapa
bentuk kompensasi mungkin sangat bermanfaat atau positif, sedangkan yang
lain-lain merugikan atau negatif. Kompensasi positif mungkin terdapat dalam
diri seseorang yang anaknya meninggal dunia karena cacat lahir, kemudian
menghabiskan seluruh kemampuan, waktu, dan tenaganya untuk membantu anak-anak
cacat terbelakang.
c. Negatifisme (Negativism)
Negatifisme
adalah suatu reaksi yang dinyatakan sebagai perlawanan bawah sadar pada
orang-orang atau objek-objek lain. Seorang filsuf anonym menyatakan,
“seandainya kita meu mangakui saja bahwa kita gelisah, mungkin kita akan
menjadi tidak gelisah”. Orang-orang dengan kegelisahan yang khas, memang
cenderung meyakini bahwa makhluk-makhluk hidup yang lain tidak sama merasa
seperti mereka, tetapi hanya sedikit saja dari kita yang bisa hidup tenang
terlepas dari penampilan “luar”.
d. Kepasrahan (resignation)
Kepasrahan
adalah istilah psikologi yang umumnya merujuk pada suatu tipe kekecewaan
mendalam yang sangat kuat, yang adakalanya dialami oleh individuindividu.
Kondinya berlangsung lama atau sementara.
e. Pelarian (Flight)
Pelarian
merupakan suatu bentuk reaksi bentuk penyesuaian pada kekecewaan yang
disebabkan dengan kepasrahan namun pelarian mencangkup sesuatu yang lebih jauh,
yaitu melarikan diri dari situasi khusus yang menyebabkan kekecewaan atau
kegelisahan.
f. Represi (repression)
Represi
yaitu suatu reaksi penyesuaian yang diakibatkan oleh seseorang yang
mengeluarkan pengalaman atau perasaan tertentu dari kesadarannya. Tidak semua
represi harus negatif. Jiwa manusia adalah jiwa yang ajaib yang
berkecenderungan untuk menekan aspek-aspek yang tidak menyenangkan.
g. Kebodohan semu (Pseudostupidity)
Kebodohan
semu adalah peristiwa-peristiwa secara tak sadar yang disengaja dan digunakan
sebagai alat untuk menghindarkan tipe-tipe tertentu. Hal ini seperti yang
dialami oleh sementara orang yang dengan sadar berupaya memberi kesan menjadi
pelupa.
h. Pemikiran Obsesif (obsessive tingking)
Pemikiran
obesesif adalah reaksi penyesuaian yang merujuk pada peilaku seseorang yang
memeperbesar semua ukuran realistis dari masalah atau situasi yang dia alami.
Umpamanya, orang-orang yang dipekerjakan dalam pekerjaan yang monoton dan
membosankan yang hanya sedikit menghendaki pemikiran kreatif atau pemusatan
pikiran, mengkin terus menerus mepertimbangan maslah-masalah pribadi atau
perusahaan dalam pikiran mereka.
i.
Pengalihan (displasment)
Pengalihan
merupakan proses psikologis dari perasaan-perasaan terpendam yang kemudian
dialihkan kearah objek-objek lain dari pada kearah sumber pokok kekecewaan. Hal
itu seperti situasi khusus yang memperngaruhi perasaan keamanan seseorang, dia
dapat bereaksi dengan menyerang, baik dengan kata-kata ataupun secara fisik
pada orang-orang lain.
j.
Perubahan (conversion)
Jiwa dan
tubuh adalah sesuatu yang tak terpisahkan dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Dalam tubuh yang sehat, seperti kata ungkapan, cenderung memungkinkan
adanya jiwa yang sehat dan sikap-sikap mental yang sehat membuat tubuh lebih
sehat.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Kesehatan Mental merupakan sesuatu disiplin ilmu yang dapat
membantu untuk berlangsungnya sebuah kehidupan yang baik dan teerarah. Meskipun
dalam realitanya, dalam kesehatan mental sering kali terdapat gangguan dan
hambatan-hambatan. Dimana gangguan dan hambatan itu juga sangat berpengaruh
terhadap kepribadian seseorang.
Selain itu, adanya
gangguan dan hambatan tentunya tidak lepas dari adanya individu yang merupakan
objek dari kesehatan mental. Individu sering sekali melakukan sikap dan
perilaku yang datangnya dari kepribadian
individu sendiri. Hal itu dikarenakan individu yang seringkali mengalami
perubahan dan memiliki setruktur yang sangat menentukan perkembangan
kepribadian individu. Selain itu, adanya bentuk-bentuk penyesuaian diri dalam kepribadian
juga menjadikan seseorang mampu menjaga kesehatan mentalnya.
Oleh karena itu,
keberadaan kesehatan mental sangat berpengaruh juga untuk perkembangan dan
pengondisian terhadap kepribadian seseorang.
Sehingga adanya penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang dengan
kepribadiannya mampu menjadikan seseorang menjadi mempunyai kesehatan mental
yang terarah dan terkontrol.
3.2 SARAN
Segala kekurangan
tentunya terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada
teman-teman koreksi dan sarannya terhadap makalah ini. Harapan kami semoga dengan
adanya koreksi dan saran dari teman-teman, kedepannya makalah kami lebih baik
dan lebih bermanfaat. Amin yaa Robbal ‘Aalamin
DAFTAR PUSTAKA
Arumwardani,
Arie , 2011, Psikologi Kesehatan,Yogyakarta:Galangpress
Burhanudin, Yusak, Yusuf, 1999, Kesehatan Mental, Bandung:Pustaka Setia.
Prawira, Atmaja, Purwa, 2013, Psikologi Kepribadian dengan
Perpekstif baru, Jogiakarta: AR-RUZ MEDIA.
Sobur, Alex, 2003, Psikologi Umum, Bandung:Pustaka Setia.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar