Senin, 06 April 2015

Kesehatan Mental


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial. Dia senantiasa beriteraksi antara manusia satu dengan manusia lain karena saling membutuhkan. Dengan demikian antara manusia harus dapat menyesuaikan diri baik dalam prilaku, kesopanan bahasa, maupun sikap yang kesemuanya itu memerlukan basic atau dasar perubahan.
Setiap manusia memiliki kepribadian dan karakter sendiri, ia memiliki reaksi, sikap,  dan tingkah laku terhadap rangsangan dan tuntutan hidup sehari-hari. Kepribadian manusia ini tidak sama antara satu dengan lainnya. Hal itu terbukti adanya kepribadian baik dan kepribadian buruk.
Kepribadian manusia merupakan sebuah corak kebiasaan yang terhimpun dalam dirinya untuk bereaksi dan menyesuaikan diri baik kepada lingkungan, maupun kepada pribadinya sendiri. Corak dan kebiasaan itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas, spesifik, terarah, yang berfungsi sebagai arah persoalan kesehatan mental atau jiwa.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan mental, struktur kepribadian, dan factor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri.
1.2  Rumusan Masalah
·         Kegiatan Kesehatan Mental
·         Struktur Kepribadian
·         Gangguan-gangguan Kepribadian
·         Bentuk-bentuk Penyesuaian diri







BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kegiatan Kesehatan Mental
            Kesehatan mental dapat menghilangkan goncangan dan hambatan yang terjadi pada zaman modern ini. Upaya yang dilakukan adalah dengan cara mengusahakan tercapainya jasmani dan rokhani yang sehat untuk menyesuaikan diri terhadap orde sosial yang ada, dan tidak melarikan diri dari realitas hidup.[1]
            Dalam upaya mendapatkan kesehatan mental setiap anak harus mendapatkan pendidikan dan bimbingan atau penyuluhan kejiwaan. Sehingga mereka membutuhkan sistem pendidikan yang sesuai dengan kepribadian dan perkembangan mereka. Kondisi pendidikan harus dapat menyalurkan berbagai macam-macam bakat, kemampuan, kapasitas anak dan orang dewasa dalam perkembangan kepribadiannya.
            Kesehatan mental dapat dicapai melalui kehidupan rukun dan damai diantara kelompok-kelompok sosial. Hal itu bisa dicapai dengan jalan saling memberikan dukungan fisik, material, maupun moral.
            Pada prinsipnya ada 3 hubungan bagi diri peribadi dalam masalah penyesuaiaan, yaitu dengan :
a.       Relasi diri sendiri dengan manusia lain
b.      Relasi diri sendiri dengan dunia
c.       Relasi diri dengan Tuhan
Ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam rangka untuk menyesuaikan diri terhadap kandungan nilai-nilai moral, kesehatan mental memiliki kegiatan-kegiatan seperti ringkasan yang telah dikutip dari Dr. Kartini Kartono, antara lain sebgaai berikut :
1.      Memberikan bantuan biologis dan psikiatris
2.      Mencenggah munculnya penyakit mental dan saraf
3.      Merencanakan pola hidup yang sehat
4.      Meningkatkan bantuan di rumah-rumah sakit jiwa
5.      Memberikan bantuan tuntunan kejiwaan olrh klinik-klinik psikiatri dan klinik-klinik psikologi
Selain itu ada beberapa hal lain yang diungkapkan oleh Dr. Kartini Kartono dalam kesehatan mental. Diantaranya sebagai berikut :
1.      Kesehatan dan penyesuaian diri bergantung pada hubungan dan integritas diantara sesame manusia dengan lingkungan dan Tuhan Yang Maha Kuasa, serta adanya keserasian antara jasmani dan rohaninya sendiri.
2.      Untuk mencapai taraf kesehatan mental, peran harus biasa memenuhi tuntutan moral, intelektual, sosial, dan religious.
3.      Mental yang sehat ditandai dengan adanya integrasi diri, regulasi diri, dan pengontrolan diri terhadap pikiran, angan-angan, keinginan, dorongan, emosi, sentiment, dan segenap tingkah laku.
4.      Setiap pribadi perlu memiliki pengawasan diri dan dapat mengenali segala kemampuan sendiri dan batas-batasannya.
5.      Mental yang sehat memiliki konsep diri yang sehat yaitu adanya pengakuan atas kelebihan dan kekurangan diri sendiri serta bersedia menerima nasib dengan sikap yang rasional
6.      Mental yang stabil dan pengadaptasian yang baik meliputi pengembangan diri yang berpedoman pada kebajikan, kejujuran, keadilan, kebijaksanaan, keberanian, dan lain sebagainya. Kesehatan dan pengapdatasian ini memerulkan daya upaya yang kentiniu.
7.      Perlu adanya penanaman dan pengembangan kebiasaan-kebiasaan yang baik.
2.2 Struktur-Struktur Kepribadian
            Kepribadian berasal dari bahasa latin yaitu persona artinya topeng. Kata ini mengacu pada topeng teatrikal yang dikenakan aktor-aktor zaman romawi dalam drama Yunani.[2] Ketika para psikolog menyebutkan istilah kepribadian mereka mengacu pada sesuatu yang lebih dari sekedar peran yang dimainkan manusia.
            Secara umun kepribadian (personality) merupakan suatu pola watak yang relative permanen dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualitas bagi pelaku sesorang. Watak (traits) memberikan kontribusi bagi perbedaan individu-individu dalam prilakunya, konsistensi prilakunya di sepanjang waktu, dan stabilitas prilaku tersebut di setiap situasi.
          Kepribadian bukanlah suatu mental yang sifatnya  eksklusif  semata-mata,melainkan semua komponen yang menyesuaikan kepribadian adalah satu kesatuan yang melingkupi tubuh dan jiwa pada seseorang. Akan tetapi keberaadaan kepribadian selalu berkembang dan berubah dari waktu ke waktu, meskipun adanya komponen yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen dari kepribadian itu sendiri[3].
            Sedangkan karakter (characteristic) adalah kualitas unik seseorang yang mencangkup atribut-atribut seperti temperamen,  fisik, dan intelegensia.[4] Selain itu, menurut Allport, bahwa di dunia ini tidak ditemukan dua orang atau lebih yang benar-benar sama dalam upaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Padahal kepribadian merupakan sesuatu yang memiliki peranan pada individu untuk bisa beradaptasi pada lingkungan. Dan bersifat universal dalam arti mencakup fisik dan mental yang ada pada individu[5] Dengan demikian, berdasarkan definisi di atas, kepribadian memiliki beberapa unsur, yakni[6]:
a.       Kepribadian merupakan organisasi yang dinamis.
b.      Organisasi tersebut terdapat dalam diri individu
c.       Organisasi itu berdiri atas sistem psikis, meliputi sifat dan bakat, serta sistem fisik yang saling terkait.
d.      Organisasi itu menentukan corak penyesuaian diri yang unik dari tiap individu terhadap lingkungan
Dalam kepribadian terdapat bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling mengantur serta menyesuaikan dan berintegrasi, atau biasa disebut dengan struktur kepribadian, sebagai berikut [7]:
1.      Nafsu
Yaitu keinginan untuk dapat mempertahankan diri dan menjaga kelangsungan hidup seseorang. Nafsu juga dapat mendorong keinginan untuk berhubungan dengan Yang MahaKuasa.
2.      Intelegensi dan Intelek
Merupakan kemampuan intelegensi dan intelek seseorang akan memepengaruhi perkembangan kepribadiannya. Intelegensi merupakan kemampuan seseorang untuk menyelesaikan persoalan secara efektif dan efisien berdasarkan pengalamannya. Sedangkan intelek adalah kemampuan seseorang yang diperoleh dari hasil belajar terdahulu. Kedua factor kepribadian ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu dan lainnya.
3.      Temperamen
Temperamen dapat ditemukan dalam diri seseorang yang melakukan sautu tindakan, yaitu meliputi cara menerima dan melaksanakan pengalaman emosisonal, ketrampilan dan kecekatan dalam melakukan tugas sehari-hari yang menjadi dasar perasaan seseorang dan mendorong dalam melakukan aktivitas. Temperamen ini dapat membentuk cara marah, menghindar, cara menyampaikan suatu maksdu, adanya rasa tergesa-gesa, ketelitian, kecerobohan, kalem, agresif, rebut terus, suka mengeluh, dan sebagainya.
4.      Psikomotorik
Psikomotorik adalah luapan jiwa atau pikiran seseorang. Adanya factor psikomotorik memperlihatkan kamampuan seseorang dalam mengekspresikan pikiran maupun kemampuan pribadinya. Ekspresinya yang dapat berbentuk pembicaraan, tulisan, gambaran dan sebagainya.
5.      Watak
Merupakan gabungan seluruh tingkah laku yang emmebentuk dasar kepribadian seseorang
            Para ahli berpendapat bahwa sifat kepribadian yang sehat memiliki beberapa kriteria, antara lain :
§  Melakukan usaha tanpa banyak mengeluarkan tenaga
§  Memiliki cara cita-cita, ambisi dan keinginan sesuai dengan kemampuan yang ada
§  Mengetahui secara pasti kemampuan dan kelemahan dirinya sendiri
§  Bersedia menolong dan menerima pertolongan orang lain
§  Bersikap tegar dalam mengalami kegeglan
§  Bersikap tenang dan keberhasilan
§  Bersedia menjadi kawan atau lawan bila diperlukan
§  Memiliki ketetapan hati dan percaya kepada diri sendiri
2.3 Gangguan Kepribadian
            Gangguan kepribadian adalah suatu jenis penyakit mental di mana individu mengalami kesulitan memahami dan berhubungan dengan situasi dan orang-orang – termasuk diri sendiri. Ada banyak jenis spesifik gangguan kepribadian. Secara umum, memiliki gangguan kepribadian berarti individu memiliki pola yang kaku dan tidak sehat dalam berpikir dan berperilaku, tidak peduli apa pun situasinya. Hal ini menyebabkan masalah yang signifikan dan keterbatasan dalam hubungan, pergaulan sosial, pekerjaan dan sekolah.[8]
            Berikut adalah masalah-masalah atau gangguan-gangguan kepribadian, yakni :
A.      Coping (penyesuaian diri)
Penyesuaian diri adalah suatu proses usaha untuk mempertemukan tuntunan yang berasal dari diri sendiri dan lingkungan. Beberapa psikolog menganggap penyesiauan diri ini sebgaai hasil, dan setiap individu berusaha menemukan keberhasilannya untuk mendapat suatu penghargaan.
Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang tidak akan peranh berhenti. Demikian pula pada individu-individu yang sangat beruntung, karena telah mencapai apa yang diimpikannya, merekapun tidak akan lepas dari kekecewaan, konfil, tekanan (stress), ataupun tekanan-tekanan lain dalam kehidupannya.
B.  Stres
Merupakan suatu tekanan yang dialami individu dalam usaha pencapaiaan target terhadap standar pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Apabila standar pemenuhan kebutuhan hidup seorang individu terlalu tinggi, kemungkinan tekanan yang dialaminya akan semakin tinggi pula, demikian sebaliknya.
Stress dibagi menjadi 2 bentuk situasi emosional yang dialami invidu sehari-hari, yakni :
·         Frustasi merupakan suatu keadaan emosional yang timbul pada saat terjadi hambatan dalam usaha memenuhi keinginan, kebutuhan, tujuan hidup, dan harapan yang berbeda.
·         Konflik yaitu perosalan yang timbul dalam situasi dimana terdapat dua atau lebih kebutuhan, harapan, keinginan, dan tujuan, dimana situasi-situasi tersebut tidak sejalan dan saling bertabrakan. Dalam kondisi tersebut individu sering merasa ambigu[9] dan berada di dua kutub yang berbeda serta saling tarik menarik.


C.  Depresi
Merupakan suasana hati yang muram, karena factor kepedihan, kesenduan, perasaan murung yang bersikap patologis. Deprsri ditimbulkan oeleh beberapa factor, yaitu :
·         Inferioritas
·         Sakit hati yang mendalam
·         Kekecewaan
·         Kecemasan
·         Penyalahan diri sendiri
·         Trauma psikis
Setelah kita mengetahui adanya gangguan diri perlu adanya strategi untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut. Dikarenakan penyesuaian diri merupakan suatu proses yang terus menerus beruubah, komplek dan memebutuhkan banyak respons. Strategi-strategi tersebut antara lain :
1)      Pemecahan masalah dengan tenang
2)      Agresi yaitu penyesuaian diri secara produktif yang memberi dampak tragis dan berbahaya, seperti mencari kambing hitam dan menyalahkan orang lain, yang akhirnya melakukan agresi terhadap sasaran itu.
3)      Regresi, (kemunduran) yaitu memebuat sesoranglari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan berusaha kembali kekeadaan lama yang menyenangkan, aman, dan kasih saying.
4)      Menarik diri, sikap individu memilih untuk tidak mengambil tindakan apa-apa
5)      Mengelak, adalah sikap individu yang lari dari permasalahan atau mengalihkan permasalahan pada sesuatu yang lain, seperti orang punya masalah melakukan minum-minuman keras, narkoba, obat penenang, dan lain-lain.
2.4 Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri
            Penyesuaian diri merupakan faktor yang paling penting dalam kehidupan manusia. Bergitu pentingnya hal ini sampai-sampai dalam berbagai literature, kita kerap menjumpai ungkapan-ungkapan seperti : “hidup manusia sejak lahir samapai mati tidak lain adalah penyesuaian diri”. Dalam lapangan psikologi klinispun, sering kita temui berbagai pernyataan para ahli yang menyebutkan bahwa “kelainan-kelainan kepribadian tidak lain adalah kelainan-kelainan peyesaian diri. Kerena itu, tidaklah heran bila untuk menunjukan kelainan-kelainan kepribadian seseorang sering dikemukakan istilah “malad jusment,” yang artinya “tidak ada penyesuaiaan” atau “tidak punya kemampuan menyesuaikan diri”. Jadi, misalnya, seorang anak yang mengalami hambatan-hambatan emosional sehingga ia menjadi anak nakal, anak itu sering disebut malad justed (guanrsa,1981).[10]
            Bentuk-bentuk penyesuaian diri itu bisa kita klasifikasiikan dlam dua kelompok, yaitu (A) yang adaptive (B) yang Adjuctive (Gunarsa,1981).[11]
A.    Yang Adaptive
Bentuk penyesuaiaan diri yang adaptive sering dikenal dengan istilah adaptasi. Bentuk penyesuaian diri ini lebih bersifat badani. Artinya, perubahan-perubahan dalam proses badani untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan. Misalnya, berkeringat adalah usaha tubuh untuk mendinginkan tubuh dari suhu yang panas atau dirasakan terlalu panas. Di tempat-tempat yang dingin kita sebaliknya harus berpakaian tebal agar tubuh menjadi “hangat”. Berkeringan atau berpakaian tebal merupakan bentuk penyesuaian terhadap lingkungan.
B.     Yang Adjective
Bentuk penyesuaian lain yang terse=angkus kehidupan psikis kita, biasanya diebut sebagai bentuk penyesuaan yang adjective. Misalnya, jika kita harus perge ke tetangga atau teman yang sedang berduka cita karena kematian salah seorang anggota keluarganya, mungkin sekali wajah kita dapat diatu sedemikian rupa, sehingga menampilkan wajah duka, sebagai tanda ikut menyesuaikan terhadap suasana sedih dalam keluarga tersebut. Kita benar-benar ikut bersedih hati, tetapi mungkin juga oleh kemampuan kita membewakan diri, kita tampil sebagai orang yang benar-benar sedih, sekalipun keadaan sebenarnya tidak demikian, malah sebaliknya.
Setiap orang yang memiliki permasalahan-permasalah kronis seharunya mencari bantuan professional. Namun, suatu kesadaran tentang adanya reaksi penyesuaian utama, atau mekanisme pertahanan, mungkin membuat anda sanggup lebih efektif menghadapi ketegangan dan tekanan-tekanan yang relatif normal dari kehidupan setiap hari yang dapat mempengaruhi anda dan orang lain.
Mekanisme penyesuaian adalah berbagai kebiasaan yang biasa dipakai orang untuk memuaskan motif-motifnya. Termasuk di sini ialah mekanisme pemecahan masalah secara realistis dan mekanisme yang lebih bersifat primitif berupa sikap agresif melawan hal-hal yang merintangi.
Berbagai mekanisme seperti itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang normal atau tidaklah merupakan simtom-simtom abnormalitas. Dalam artian statistik, mekanisme-mekanisme itu adalah normal, sehingga orang memilih satu diantaranya pada berbagai waktu dan kesempatan.
Kalangan psikolog telah membuat aneka istilah untuk melukiskan banyak tipe reaksi penyesuaian pada kekecewaan berikut ini adalah beberapa reaksi tipikal yang ada kalanya dialami oleh orang-orang bila berupaya menangguangi banyak kekecewaan hidup.[12]
a.       Rasionalisasi (Rationalization)
Ini terjadi bila seorang individu member penjelasan yang menyenangkan (rasional)-tapi tidak usah benar- penjelasan untuk perilaku yang khusu yanhg sering tidak diinginkan. Sebenarnya, orang yang membenarkan perilaku yang dirasakannya tidak dikehendaki struk secara sadar atau di bawah sadar. Terlibat dalam rasionalisasi.
b.      Kompensasi (compensation)
Kita sering mendengar orang-orang yang cacat fisik yang banyak meraih prestasi tinggi, jauh melampau kemampuan banyak orang “normal”. Kita merujuk pada konsep kompensasi ketika membicarakan suatu situasi saat orang-orang dan perasaan ketidak cukupan- sesungguhnya atau dibayangkan – berusaha sendiri dengan upaya tambahan guna mengatasi perasaan-perasaan tidak aman.
Beberapa bentuk kompensasi mungkin sangat bermanfaat atau positif, sedangkan yang lain-lain merugikan atau negatif. Kompensasi positif mungkin terdapat dalam diri seseorang yang anaknya meninggal dunia karena cacat lahir, kemudian menghabiskan seluruh kemampuan, waktu, dan tenaganya untuk membantu anak-anak cacat terbelakang.
c.       Negatifisme (Negativism)
Negatifisme adalah suatu reaksi yang dinyatakan sebagai perlawanan bawah sadar pada orang-orang atau objek-objek lain. Seorang filsuf anonym menyatakan, “seandainya kita meu mangakui saja bahwa kita gelisah, mungkin kita akan menjadi tidak gelisah”. Orang-orang dengan kegelisahan yang khas, memang cenderung meyakini bahwa makhluk-makhluk hidup yang lain tidak sama merasa seperti mereka, tetapi hanya sedikit saja dari kita yang bisa hidup tenang terlepas dari penampilan “luar”.
d.      Kepasrahan (resignation)
Kepasrahan adalah istilah psikologi yang umumnya merujuk pada suatu tipe kekecewaan mendalam yang sangat kuat, yang adakalanya dialami oleh individuindividu. Kondinya berlangsung lama atau sementara.
e.       Pelarian (Flight)
Pelarian merupakan suatu bentuk reaksi bentuk penyesuaian pada kekecewaan yang disebabkan dengan kepasrahan namun pelarian mencangkup sesuatu yang lebih jauh, yaitu melarikan diri dari situasi khusus yang menyebabkan kekecewaan atau kegelisahan.
f.       Represi (repression)
Represi yaitu suatu reaksi penyesuaian yang diakibatkan oleh seseorang yang mengeluarkan pengalaman atau perasaan tertentu dari kesadarannya. Tidak semua represi harus negatif. Jiwa manusia adalah jiwa yang ajaib yang berkecenderungan untuk menekan aspek-aspek yang tidak menyenangkan.
g.      Kebodohan semu (Pseudostupidity)
Kebodohan semu adalah peristiwa-peristiwa secara tak sadar yang disengaja dan digunakan sebagai alat untuk menghindarkan tipe-tipe tertentu. Hal ini seperti yang dialami oleh sementara orang yang dengan sadar berupaya memberi kesan menjadi pelupa.
h.      Pemikiran Obsesif (obsessive tingking)
Pemikiran obesesif adalah reaksi penyesuaian yang merujuk pada peilaku seseorang yang memeperbesar semua ukuran realistis dari masalah atau situasi yang dia alami. Umpamanya, orang-orang yang dipekerjakan dalam pekerjaan yang monoton dan membosankan yang hanya sedikit menghendaki pemikiran kreatif atau pemusatan pikiran, mengkin terus menerus mepertimbangan maslah-masalah pribadi atau perusahaan dalam pikiran mereka.
i.        Pengalihan (displasment)
Pengalihan merupakan proses psikologis dari perasaan-perasaan terpendam yang kemudian dialihkan kearah objek-objek lain dari pada kearah sumber pokok kekecewaan. Hal itu seperti situasi khusus yang memperngaruhi perasaan keamanan seseorang, dia dapat bereaksi dengan menyerang, baik dengan kata-kata ataupun secara fisik pada orang-orang lain.
j.        Perubahan (conversion)
Jiwa dan tubuh adalah sesuatu yang tak terpisahkan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam tubuh yang sehat, seperti kata ungkapan, cenderung memungkinkan adanya jiwa yang sehat dan sikap-sikap mental yang sehat membuat tubuh lebih sehat.



















BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
            Kesehatan Mental merupakan sesuatu disiplin ilmu yang dapat membantu untuk berlangsungnya sebuah kehidupan yang baik dan teerarah. Meskipun dalam realitanya, dalam kesehatan mental sering kali terdapat gangguan dan hambatan-hambatan. Dimana gangguan dan hambatan itu juga sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang.
            Selain itu, adanya gangguan dan hambatan tentunya tidak lepas dari adanya individu yang merupakan objek dari kesehatan mental. Individu sering sekali melakukan sikap dan perilaku yang  datangnya dari kepribadian individu sendiri. Hal itu dikarenakan individu yang seringkali mengalami perubahan dan memiliki setruktur yang sangat menentukan perkembangan kepribadian individu. Selain itu, adanya bentuk-bentuk penyesuaian diri dalam kepribadian juga menjadikan seseorang mampu menjaga kesehatan mentalnya.
            Oleh karena itu, keberadaan kesehatan mental sangat berpengaruh juga untuk perkembangan dan pengondisian terhadap kepribadian seseorang.  Sehingga adanya penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang dengan kepribadiannya mampu menjadikan seseorang menjadi mempunyai kesehatan mental yang terarah dan terkontrol.
3.2 SARAN
   Segala kekurangan tentunya terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada teman-teman koreksi dan sarannya terhadap makalah ini. Harapan kami semoga dengan adanya koreksi dan saran dari teman-teman, kedepannya makalah kami lebih baik dan lebih bermanfaat. Amin yaa Robbal ‘Aalamin





DAFTAR PUSTAKA

Arumwardani, Arie , 2011, Psikologi Kesehatan,Yogyakarta:Galangpress
Burhanudin, Yusak,  Yusuf,  1999, Kesehatan Mental, Bandung:Pustaka Setia.
           
Prawira, Atmaja,  Purwa,  2013, Psikologi Kepribadian dengan Perpekstif baru, Jogiakarta: AR-RUZ MEDIA.

Sobur, Alex, 2003, Psikologi Umum, Bandung:Pustaka Setia.
.

















[1]Yusuf Yusak Burhanudin, Kesehatan Mental, (Bandung:Pustaka Stia,1999), hlm. 51-53
[2] Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung:Pustaka Setia, 2003)hlm. 299
[3] Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Kepribadian dengan Perpekstif baru, (Jogiakarta: AR-RUZ   MEDIA, 2013), hlm. 263.
[4] Arie Arumwardani, Psikologi Kesehatan,(Yogyakarta:Galangpress,2011),hlm. 59
[5] Ibid, hlm. 262-263.
[6] Alex Sobur, op cit, hlm. 300
[7] Yusak Burhanuddin, op cit, hlm 54-55
[8] Arie Arumwardhani, op cit, hlm 243
[9] Ambigu adalah keraguan, kebingungan, ketidak jelasan suatu  hal situasi yang lebih dari satu.
[10] Alex Sobur, op cit, hlm. 523
[11] Ibid, hlm 529
[12] Ibid, hlm 532

Tidak ada komentar:

Posting Komentar