Senin, 06 April 2015

ONTOLOGI DAN EPISTEMOLOGI
ILMU MISTIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Dr. Imam Kanafi

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/0/07/Logo_STAIN_Pekalongan.jpg/220px-Logo_STAIN_Pekalongan.jpg


Disusun oleh  :
Aris Priyanto               (2032113006)

Prodi               :  S1 Akhlak Tasawuf
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015

A.  PENDAHULUAN
Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan atau sering disebut dengan epistemologi.  Dimana ontologi dang epistemologi merupakan sebuah pembahasan yang harus selalu di kedepankan dalam membahas filsafat, khususnya dalam filsafat ilmu. Dikarenakan ontologi dan epistemologi selalu didahulukan dalam pembahasan filsafat ilmu.
Permasalahan yang terjadi sekarang ini tentang masalah ilmu mistik juga sangat bervariasi sekali. Padahal perkembangan teknologi tentunya sangat tidak diragukan sekali dampaknya baik positif maupun negatif. Sehingga dunia mistik yang dulunya hanya berkembang dalam masyarakat primitif sekarang malah populer dan berkembang pesat dalam lingkungan masyarakat modern. Selain itu, mistik yang awalnya menggunakan alat-alat tradisional sekarang menggunakan alat-alat modern dan canggih juga.
      Dalam makalah ini akan membahas tentang ontologi dan epistemologi ilmu mistik (ilmu metafisika). Keberadaan ilmu metafisika dalam filsafat ilmu juga merupakan hal yang sangat tidak bisa dilewatkan tanpa ada pembahasan. Sehingga ontologi dan epistemologi ilmu mistik juga akan menambah wawasan dan wacana keilmuan filsafat kita.
B. Definisi Ilmu Mistik
            Kata mistik berasal dari bahasa Yunani Meyein yang artinya “menutup mata”. Kata mistik biasanya digunakan untuk menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang misteri. Namun demikian, istilah tersebut telah disimpangkan dan diperluas artinya untuk mencakup manifestasi-manifestasi keagamaan yang dengan secara kuat ditandai dengan subjektivitas indualistik dan dikuasai oleh mentalitas yang tidak dapat melihat apa-apa yang ada di atas pandangan-pandangan eksoterisme. Sehingga mistik biasa dipakai untuk menyebut arus besar keruhanian yang mengalir dalam semua agama. Dalam arti yang luas, mistik dapat di definisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal, yang mungkin disebut kearifan, cahaya, cinta atau nihil.
            Menurut para ahli, mistisme didefinisikan sebagai berikut:
1.      Ninian Smart dalam History of Mysticism, The Ensiclopedia of Phylosopy membedakan antara pengalaman mistik dengan pengalaman kenabian.  Ciri dari pengalaman kenabian adalah dengan merasakan kehadiran Tuhan (The Mysterium Tremendum et Fascinous), sedangkan pengalaman mistik introvert  di antara cirinya adalah merasakan hubungan yang transenden dan rasa berhubungan itu menimbulkan rasa bahagia. Terdapat tiga sifat pengalaman mistik, yaitu menghayati sesuatu yang transenden, menimbulkan rasa bahagia dan tenag serta di dapat di antaranya dengan jalan kontemplasi dan penguasaan diri.
2.      Rufus M.Jones dalam Dictionary of Phylosophy mengartikan mistisisme dengan sederhana dan yang paling pokok adalah suatu tipe yang memberikan tekanan pada kesadaran yang langsung berhubungan dengan Tuhan yang langsung dan akrab. Mistisisme merupakan agama pada tingkatan paling mendalam dan sungguh-sungguh serta paling hidup.
3.      A.C Bouquet mendefinisikan mistisisme dengan cara menyimpulkan bahwa sifat monistik mistisisme itu universal, artinya seluruh mistik mempunyai ajaran yang monistik, walaupun agama asal ia itu belum tentu moniostik.  Pendapat tersebut menurut Annemarie Schimmel hanya sekedar petunjuk saja, sebab kenyataan yang menjadi tujuan mistik tidak dapat terlukiskan, tidak dapat dipahami dan dijelaskan dengan persepsi apapun. Filsafat maupun penalaran tidak dapat mengungkapkannya, hanya kearifan hati, gnosis, yang dapat memahami beberapa di antara seginya. Diperlukan pengalaman ruhani yang tidak tergantung pada metode indera atau pikiran.
4.      Hornby, mengatakan bahwa mysticism adalah kepercayaan atau pengalaman tentang kemistikan. Kemistikan ialah makna tersembunyi, kekuatan spiritual yang menimbulkan sifat kagum dan hormat. Mistisisme juga berarti bahwa pengetahuan tentang Tuhan dan kebenaran hakiki hanya mungkin di dapatkan melalui meditasi dan perenungan spiritual, tidak melalui pikiran dan tanggapan pancaindera. Mistik adalah aspek esoteris dari penghayatan seseorang atau suatu organisasi yang disebabkan oleh ketaatan spiritual (Hornby 1984:559). Perilaku lahiriyah dalam peribadatan hanya aspek eksoteris.
5.      Suyono mengungkapkan bahwa mistik adalah subsistem yang ada dalam hampir semua agama dan sistem religi yang ditujukan untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan (Suyono:1985:259).[1]
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka mistisisme dalam Islam disebut dengan Tasawuf, dan oleh orang Orientalis Barat disebut dengan Sufisme. Kata sufisme dalam orientalis khusus dipakai dalam mistisisme Islam, dan tidak dipakai dalam agama-agma lain. Dimana anatara mistisisme dan sufisme tidak memiliki makna serupa, karena istilah sufi mem iliki konotasi religius yang lebih khusus dan terbatas pada para penganut ajaran Islam.[2]
Dalam Filsafat Ilmu karya A.Tafsir, mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional, ini pengertian umum. Sedangkan pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio, maksudnya, hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat di pahami rasio. Pengetahuan ini kadang-kadang memiliki bukti empiris tetapi kebanyakan tidak dapat dibutuhkan secara empiris.[3]
Tafsiran paling pertama yang diberikan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat wujud-wujud bersifat ghaib (supernatural) dan wujud ini lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam nyata.[4]
Permasalahan tentang gaib, Allah banyak sekali berfirman dalam Al-Qur’an antara lain:
surat Al-Baqarah ayat 2
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Artinya:
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,(QS.2:3)
Surat Ad-Dzariyyat ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ الجِنَّ وَالاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنَ
Artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Surat Al-An’am 100
وَجَعَلُوْا للَّهِ شُرَكَاَءَ الجِنَّ وَخَلَقَهُمْ وَخَرَقُوْا لَهُ بَنِيْنَ وَبَنَتِ بِغَيْرِ عِلْمٍ سُبْحَنَهُ وَتَعَلَى عَمَّا يَصِفُوْن
Artinya:
“Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan[495]. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.” ( Al-An’am (6 ) : 100 )

Surat Al-Jin 6
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الاِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِنَ الجِنِّ فَزَادُوْهُهُمْ رَهَقًا
Artinya:
“ Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. ( Q.S Jin ( 72 ) : 6 )
C.Struktur Pengetahuan Mistik
            Dilihat dari segi sifatnya kita membagi mistik menjadi dua yaitu:
1.    Mistik Biasa
Mistik biasa adalah mistik tanpa kekuatan tertentu. Dalam Islam mistik yang ini adalah tasawuf. Mistik magis ialah mistik yang mengandung kekuatan tertentu dan biasanya untuk mencapai tujuan tertentu.
2.    Mistik Magis
Mistik magis ini di bagi dua, yaitu:
a.    Mistik Magis Putih
Mistik magis putih dalam Islam contohnya adalah mukjizat, karomah, ilmu hikmah. Mistik magis putih di anggap sebagai mistik magis yang berasal dari agama langit (Yahudi, Nasrani, Islam) dan penggunaannya memakai wirid, doa, wafaq-wafaqdan isim-isim. Selain itu, mistik magis putih selalu dekat dan berhubungan dan bersandar pada Tuhan, sehingga dukungan Ilahi sangat menentukan. Hal ini berjalan sejak zaman kenabian (mukjizat) dan selainnya disebut karomah. Kekuatan supranatural para Nabi juga ada yang ditunjukkan melalui benda seperti mukjizat nabi Musa, dimana dalam benda seperti itu telah terdapat kekuatan ilahiah (Ibn Khaldun, Muqadimah, 1986:690).
Rasulullah SAW ketika bersama dengan Abu Bakar di gua Tsur pernah membaca surat al-mu’awidzatain (surat al-Nas dan al-Falaq) untuk mengobati Abu bakar yang disengat binatang dengan cara menyemburkan pada luka Abu Bakar dan atas izin Allah luka itu sembuh seketika.
b.    Mistik Magis Hitam
Mistik magis hitam contohnya adalah santet dan sejenisnya yang menginduk ke sihir, bahkan boleh jadi mistik magis hitam itu dapat disebut sihir saja. Mistik magis hitam berasal dari luar agama langit (Yahudi, Nasrani, Islam) dan dalam prakteknya menggunakan mantra, jampi, rajah-rajahdan jimat. Mistik magis hitam bersandar pada kekuatan setan dan roh jahat.
D. Objek Pengetahuan Ilmu Mistik
            Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat adalah realitas, realita adalah ke-real-an, Riil artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah[5].
            Objek pengetahuan mistik adalah objek yang abstrak-supra-rasional, seperti alam ghaib termasuk Tuhan, malaikat, surga, neraka, jin, dan lain-lain. Termasuk yang hanya dapat diketahui melalui pengetahuan mistik adalah objek-objek yang tidak dapat dipahami oleh rasio, yaitu objek-objek supra-natural (supra-rasional), seperti kebal, debus, pelet, penggunaan jin dan santet.
E.Asal/Sumber Ilmu Mistik
            Adapun pengetahuan yang pra-ilmiah sesungguhnya diperoleh secara sadar dan aktif, namun bersifat acak, yaitu tanpa metode, apalagi yang berupa intuisi, sehingga tidak dimasukkan dalam ilmu. Dengan demikian, pengetahuan pra-ilmiah karena tudak diperoleh secara sistematis-metodologis ada yang cenderung menyebutnya sebagai pengetahuan “naluriah”. Dalam sejarah perkemba ngannya, di zaman dahulu yang lazim di sebut tahap mistik, tidak terdapat perbedaan di antara pengetahuan yang berlaku juga objeknya.
            Pada tahap mistik, sikap manusia seperti dikepung oleh kekuasaan gaib di sekitarnya, sehingga semua objek tampil dalam kesemestaan dalam artian satu sama lain herdifusi menjadi tidak jelas batas-batasnya. 
            Pengalaman ruhaniah (mysticism) diperoleh dari ajaran agama melalui berbagai macam latihan, dan ibadat. Ajaran suatu agama yang mencakup masalah aktivitas kemasyarakatan sehari-hari, seperti ekonomi, pendidikan, dan lain sebagainya, juga mengajarkan bahwa pendekatan rasa dan ruhaniah di atas hendaknya dihayati, dirasakan dan dialami dalam aktivitas tersebut. Islam menginginkan penganutnya “hidup di dunia dengan kakinya di bumi tetapi hatinya di langit”, atau bertasawuf menurut ajaran syariat.[6]
Pengetahuan mistik tidak diperoleh melalui indra ataupun melalui akal. Pengetahuan mistik diperoleh melalui rasa. Dalam agama samawi, salah satunya agama islam, cara untuk mendapatkan itu harus dengan cara membersihkan jasmani dan rohani terlebih dahulu. Agar unsur rohani bersih maka harus menghilangkan nafsu jasmani, diantara nafsu jasmani yang paling dominan adalah nafsu kelamin dan nafsu perut. Karena keduanya inilah yang akan menyebabkan banyak orang memasuki siksa tuhan di akhirat.
Dalam pandangan para sufi, cara memperoleh pengetahuan mistik disebut juga thariqat yang terdiri dari maqam-maqam untuk menggapai tuhan. Pada umumnya cara untuk memperoleh pengetahuan mistik adalah latihan yang disebut jugariyadhah. Dari sinilah manusia memperoleh pencerahan yang dalam tradisi tasawuf disebut dengan istilah ma’rifah.Begitu pula dengan pengetahuan mistik yang di luar regional agama, cara untuk mendapatkannya adalah latihan batin.  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode untuk mendapatkan pengetahuan mistik adalah latihan.[7]
Di dalam Islam pengetahuan mistik diperoleh melalui jalan tasawuf. Pengetahuan yang diperoleh misalnya tercakup dalam istilah ma’rifat, al-ittihad, atau hulul. Pengetahuan mukasyafah, juga termasuk pengetahuan mistik dalam tasawuf yang diperoleh memang bukan melalui jalan indera atau jalan rasio.[8]
Pada umumnya pengetahuan mistik diperoleh dengan latihan yang disebut riyadlah. Dari riyadlah  itu manusia memperoleh pencerahan, memperoleh pengetahuan yang dalam tasawuf disebut ma’rifat.
. FUkuran Kebenaran Pengetahuan Mistik
            Ukuran kebenaran sain di ukur dengan rasio dan bukti empiris,. Bila teori sain rasional dan ada bukti empiris, maka teori itu benar. Ukuran kebenaran pengetahuan filsafat adalah logis. Bila teori filsafat logis, berarti teori itu benar, dimana logis berarti masuk akal dan logis dalam filsafat dapat berarti rasional atau supra-rasional.
            Kebenaran pengetahuan mistik di ukur dengan berbagai ukuran. Apabila pengetahuan mistik berasal dari Tuhan yang menyebutkan demikian. Ketika Tuhan (Allah) mengatakan dalam al-Qur’an bahwa surga neraka itu ada,  maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar.Adakalnya ukuran kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaan seperti kepercayaan kita bahwa ijn bisa melakukan sesuatu pekerjaan. Sehingga sesuatu dianggap benar apabila kita mempercayainya.
Sedangkan ukuran kebenaran pengetahuan mistik yang berupa teori adalah dengan bukti empiris, seperti kebal terhadap benda tajam yang ditusukkan kepada tubuhnya. Oleh karena itu, satu-satunya pengetahuan dapat disebut mistik adalah kita tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat yang ada di dalam sesuatu kejadian mistik.[9]

G.      Hal-hal yang termasuk Mistik
1.    Ilmu Gaib
          Ilmu gaib di sini adalah cara-cara dan maksud menggunakan kekuatan-kekuatan yang di duga ada di dalam gaib, yaitu yang tak dapat di amati oleh rasio dan pengalaman fisik manusia.
          Kekuatan gaib ini di percayai ditempat-tempat tertentu, pada benda-benda (pusaka) ataupun  berada dan menjelma dalam tubuh manusia. Berdasarkan fungsinya, kekuatan gaib dibagi menjadi:
1. Kekuatan gaib hitam (black magic) untuk dan mempunyai pengaruh jahat.
2. Kekuatan gaib merah (red-magic) untuk melumpuhkan kekuatan atau kemauan orang lain (hypnotisme).
3. Kekuatan gaib kuning (yellow-magic), untuk praktik occultisme.
4. Kekuatan gaib putih (white-magic), untuk kebaikan.
2.    Magis
            Magis adalah suatu tindakan dengan anggapan bahwa kekuatan gaib bisa mempengaruhi duniawi secara nonkultus dan nonteknis berdasarkan kenangan dan pengalaman. Orang mempercayai bahwa karenanya orang dapat mencapai suatu tujuan  yang diingininya dengan tak memperlihatkan hubungan sebab akibat secara langsung antara perbuatan dengan hasil yang di ingini.
            Hal-hal yang berhubungan dengan magic antara lain:
1.      Magic dan Takhayul
Orang percaya bahwa untuk membunuh seseorang dapat dipergunakan bagian yang berasal dari tubuh orang yang dimaksud.
2.      Magic dan Ilmu Gaib
Mempercayai kemampuan membunuh dengan menggunakan keampuhan rambut dan kuku melalui proses pengolahan tertentu secara irasional tergolong ilmu gaib.
3.      Magic dan Kultus
Perbuatan yang di anggap mempunyai kekuatan memaksakan kehendak kepada supernaturan (Tuhan).
3. Kebatinan
            Menurut Prof. Djojodiguno, S.H., berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, aliran kebatinan dapat dibedakan menjadi:
1.      Golongan yang hendak menggunakan kekuatan gaib untuk melayani berbagai keperluan manusia (ilmu gaib).
2.      Golongan yang berusaha untuk mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan selama manusia itu masih hidup agar manusia dapat merasakan dan mengetahui hidup di alam baka sebelum mengalami kematian.
3.      Golongan yang berniat mengenal Tuhan (selama manusia itu masih hidup) dan menebus dalam rahasia ketuhanan sebagai tempat asal dan kembalinya manusia.
4.      Golongan yang berhasrat untuk menempuh budi luhur di dunia serta berusaha menciptakan masyarakat yang sling menghargai dan mencintai dengan senantiasa mengindahkan perintah-perintah Tuhan[10].
4. Tasawuf dan Tarekat
            Tasawuf disebut juga mistisme Islam memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga di sadari benar bahwa seseorang bearti di hadirat Tuhan.
            Menurut Harun Nasution, intisari dari mistisisme (termasuk tasawuf) adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan, dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran berada dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ittihad (bersatu dengan Tuhan).
          Tarekat pada mulanya diartikan sebagai jalan yang harus dilalui oleh seorang sufi dengan tujuan berada sedekat mungkin (taqarub) dengan Tuhan. Kemudian tarekat mengandung organisasi (tarikat), tiap organisasi tarekat mempunyai Syekh, upacara ritual, dan zikir serta nama tersendiri.
          Pelaksanaan tarekat itu antara lain:
1.      Zikir, yaitu ingatan yang terus menerus kepada Allah dalam hati, serta menyebut nama-Nya dengan lisan.
2.      Ratib, yaitu menyebut la ilaaha illa Allah dengan gaya gerak dan irama tertentu.
3.      Muzik, yaitu dalam membaca wirid-wirid diiringi bacaan-bacaan supaya lebih khidmat.
4.      Bernafas, yaitu mengatur nafas pada waktu melakukan zikir tertentu.

H. SIMPULAN
            Ilmu mistik adalah ilmu yang tidak bisa dipaham oleh rasio dan dalam Islam disebut dengan Tasawus serta dalam orientalis Barat disebut Sufisme. Sedangkan struktur dalam pengetahuan mistik, ilmu mistik ada dua yaitu mistik biasa dan mistik magis. Dimana mistik magis ini ada dua yaitu mistik magis putih dan mistik magis hitam.
            Kemudian objek dari pengetahuan mistik adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Dimana pengetahuan mistik diperoleh secara sadar dan aktif, namun bersifat acak yaitu tanpa metode. Sedangkan kebenaran pengetahuan mistik dibuktikan dengan rasio dan empiris. Selain itu, hal-hal yang termasuk mistisme juga meliputi ilmu gaib, magis, kebatinan serta tasawuf dan tarekat.


I.     DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bustanudin,2007, Agama dalam Kehidupan Manusia, Jakarta:Raja Grafindo  Persada.
Bahtiar, Amsal,2011, Filsafat Ilmu, Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Susanto, 2011, Filsafat Ilmu, Jakarta:Bumi Aksara.
Sururin, 2004, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Samsul Arifin, Bambang, 2008, Psikologi Agama, Bandung:Pustaka Setia.
Tafsir, Ahmad,2010, Filsafat Ilmu, Bandung:Remaja Rosdakarya.




[1]Bustanudin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta:Raja Grafindo  Persad,2007),hlm.106.
[2]Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2004),hlm.125-127.
[3]Ahmad tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung:Remaja Rosdakarya,2010),hlm.112.
[4]Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta:Bumi Aksara, 2011),hlm.92-93.
[5] Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2011),hlm.133.
[6]Bustanudin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia, hlm.110.
[8]Ahmad tafsir, Filsafat Ilmu, hlm.112.
[9]Ahmad tafsir, Filsafat Ilmu, hlm.121-122.
[10] Bambang Samsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung:Pustaka Setia, 2008),hlm.211-217.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar