ONTOLOGI DAN EPISTEMOLOGI
ILMU MISTIK
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Dr. Imam Kanafi

Disusun oleh :
Aris
Priyanto (2032113006)
Prodi :
S1 Akhlak Tasawuf
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2015
A. PENDAHULUAN
Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan atau
sering disebut dengan epistemologi.
Dimana ontologi dang epistemologi merupakan sebuah pembahasan yang harus
selalu di kedepankan dalam membahas filsafat, khususnya dalam filsafat ilmu.
Dikarenakan ontologi dan epistemologi selalu didahulukan dalam pembahasan
filsafat ilmu.
Permasalahan yang terjadi sekarang ini tentang masalah ilmu mistik
juga sangat bervariasi sekali. Padahal perkembangan teknologi tentunya sangat
tidak diragukan sekali dampaknya baik positif maupun negatif. Sehingga dunia
mistik yang dulunya hanya berkembang dalam masyarakat primitif sekarang malah
populer dan berkembang pesat dalam lingkungan masyarakat modern. Selain itu,
mistik yang awalnya menggunakan alat-alat tradisional sekarang menggunakan
alat-alat modern dan canggih juga.
Dalam makalah ini akan
membahas tentang ontologi dan epistemologi ilmu mistik (ilmu metafisika).
Keberadaan ilmu metafisika dalam filsafat ilmu juga merupakan hal yang sangat
tidak bisa dilewatkan tanpa ada pembahasan. Sehingga ontologi dan epistemologi
ilmu mistik juga akan menambah wawasan dan wacana keilmuan filsafat kita.
B. Definisi Ilmu Mistik
Kata mistik berasal dari bahasa Yunani Meyein yang artinya
“menutup mata”. Kata mistik biasanya digunakan untuk menunjukkan hal-hal yang
berkaitan dengan pengetahuan tentang misteri. Namun demikian, istilah tersebut
telah disimpangkan dan diperluas artinya untuk mencakup manifestasi-manifestasi
keagamaan yang dengan secara kuat ditandai dengan subjektivitas indualistik dan
dikuasai oleh mentalitas yang tidak dapat melihat apa-apa yang ada di atas pandangan-pandangan
eksoterisme. Sehingga mistik biasa dipakai untuk menyebut arus besar keruhanian
yang mengalir dalam semua agama. Dalam arti yang luas, mistik dapat di
definisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal, yang mungkin disebut
kearifan, cahaya, cinta atau nihil.
Menurut para ahli,
mistisme didefinisikan sebagai berikut:
1.
Ninian
Smart dalam History of Mysticism, The Ensiclopedia of Phylosopy membedakan
antara pengalaman mistik dengan pengalaman kenabian. Ciri dari pengalaman kenabian adalah dengan
merasakan kehadiran Tuhan (The Mysterium Tremendum et Fascinous),
sedangkan pengalaman mistik introvert di antara cirinya adalah merasakan hubungan
yang transenden dan rasa berhubungan itu menimbulkan rasa bahagia. Terdapat
tiga sifat pengalaman mistik, yaitu menghayati sesuatu yang transenden,
menimbulkan rasa bahagia dan tenag serta di dapat di antaranya dengan jalan
kontemplasi dan penguasaan diri.
2.
Rufus
M.Jones dalam Dictionary of Phylosophy mengartikan mistisisme dengan
sederhana dan yang paling pokok adalah suatu tipe yang memberikan tekanan pada
kesadaran yang langsung berhubungan dengan Tuhan yang langsung dan akrab.
Mistisisme merupakan agama pada tingkatan paling mendalam dan sungguh-sungguh
serta paling hidup.
3.
A.C
Bouquet mendefinisikan mistisisme dengan cara menyimpulkan bahwa sifat monistik
mistisisme itu universal, artinya seluruh mistik mempunyai ajaran yang
monistik, walaupun agama asal ia itu belum tentu moniostik. Pendapat tersebut menurut Annemarie Schimmel
hanya sekedar petunjuk saja, sebab kenyataan yang menjadi tujuan mistik tidak
dapat terlukiskan, tidak dapat dipahami dan dijelaskan dengan persepsi apapun.
Filsafat maupun penalaran tidak dapat mengungkapkannya, hanya kearifan hati,
gnosis, yang dapat memahami beberapa di antara seginya. Diperlukan pengalaman
ruhani yang tidak tergantung pada metode indera atau pikiran.
4.
Hornby,
mengatakan bahwa mysticism adalah kepercayaan atau pengalaman tentang
kemistikan. Kemistikan ialah makna tersembunyi, kekuatan spiritual yang menimbulkan
sifat kagum dan hormat. Mistisisme juga berarti bahwa pengetahuan tentang Tuhan
dan kebenaran hakiki hanya mungkin di dapatkan melalui meditasi dan perenungan
spiritual, tidak melalui pikiran dan tanggapan pancaindera. Mistik adalah aspek
esoteris dari penghayatan seseorang atau suatu organisasi yang disebabkan oleh
ketaatan spiritual (Hornby 1984:559). Perilaku lahiriyah dalam peribadatan
hanya aspek eksoteris.
5.
Suyono
mengungkapkan bahwa mistik adalah subsistem yang ada dalam hampir semua agama
dan sistem religi yang ditujukan untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan
merasakan emosi bersatu dengan Tuhan (Suyono:1985:259).[1]
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka mistisisme dalam Islam
disebut dengan Tasawuf, dan oleh orang Orientalis Barat disebut dengan Sufisme.
Kata sufisme dalam orientalis khusus dipakai dalam mistisisme Islam, dan tidak
dipakai dalam agama-agma lain. Dimana anatara mistisisme dan sufisme tidak
memiliki makna serupa, karena istilah sufi mem iliki konotasi religius yang lebih
khusus dan terbatas pada para penganut ajaran Islam.[2]
Dalam Filsafat Ilmu karya A.Tafsir, mistik adalah pengetahuan yang
tidak rasional, ini pengertian umum. Sedangkan pengetahuan mistik adalah
pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio, maksudnya, hubungan sebab akibat
yang terjadi tidak dapat di pahami rasio. Pengetahuan ini kadang-kadang
memiliki bukti empiris tetapi kebanyakan tidak dapat dibutuhkan secara empiris.[3]
Tafsiran paling pertama yang diberikan oleh manusia terhadap alam
ini adalah bahwa terdapat wujud-wujud bersifat ghaib (supernatural) dan wujud
ini lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam nyata.[4]
Permasalahan tentang gaib, Allah banyak sekali berfirman dalam
Al-Qur’an antara lain:
surat Al-Baqarah ayat 2
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Artinya:
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada
mereka,(QS.2:3)
Surat Ad-Dzariyyat ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ الجِنَّ وَالاِنْسَ
اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنَ
Artinya:
“Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS.
Adz-Dzariyat: 56).
Surat
Al-An’am 100
وَجَعَلُوْا للَّهِ شُرَكَاَءَ
الجِنَّ وَخَلَقَهُمْ وَخَرَقُوْا لَهُ بَنِيْنَ وَبَنَتِ بِغَيْرِ عِلْمٍ
سُبْحَنَهُ وَتَعَلَى عَمَّا يَصِفُوْن
Artinya:
“Dan mereka
(orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah
yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya
Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu
pengetahuan[495]. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka
berikan.” ( Al-An’am (6 ) : 100 )
Surat Al-Jin 6
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ
الاِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِنَ الجِنِّ فَزَادُوْهُهُمْ رَهَقًا
Artinya:
“ Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di
antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin,
maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. ( Q.S Jin ( 72 )
: 6 )
C.Struktur Pengetahuan Mistik
Dilihat dari segi sifatnya kita membagi mistik menjadi
dua yaitu:
1. Mistik Biasa
Mistik
biasa adalah mistik tanpa kekuatan tertentu. Dalam Islam mistik yang ini adalah
tasawuf. Mistik magis ialah mistik yang mengandung kekuatan tertentu dan
biasanya untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Mistik Magis
Mistik
magis ini di bagi dua, yaitu:
a. Mistik Magis Putih
Mistik
magis putih dalam Islam contohnya adalah mukjizat, karomah, ilmu hikmah. Mistik
magis putih di anggap sebagai mistik magis yang berasal dari agama langit
(Yahudi, Nasrani, Islam) dan penggunaannya memakai wirid, doa, wafaq-wafaqdan
isim-isim. Selain itu, mistik magis putih selalu dekat dan berhubungan dan
bersandar pada Tuhan, sehingga dukungan Ilahi sangat menentukan. Hal ini
berjalan sejak zaman kenabian (mukjizat) dan selainnya disebut karomah.
Kekuatan supranatural para Nabi juga ada yang ditunjukkan melalui benda seperti
mukjizat nabi Musa, dimana dalam benda seperti itu telah terdapat kekuatan
ilahiah (Ibn Khaldun, Muqadimah, 1986:690).
Rasulullah
SAW ketika bersama dengan Abu Bakar di gua Tsur pernah membaca surat
al-mu’awidzatain (surat al-Nas dan al-Falaq) untuk mengobati Abu bakar yang
disengat binatang dengan cara menyemburkan pada luka Abu Bakar dan atas izin
Allah luka itu sembuh seketika.
b. Mistik Magis Hitam
Mistik
magis hitam contohnya adalah santet dan sejenisnya yang menginduk ke sihir,
bahkan boleh jadi mistik magis hitam itu dapat disebut sihir saja. Mistik magis
hitam berasal dari luar agama langit (Yahudi, Nasrani, Islam) dan dalam
prakteknya menggunakan mantra, jampi, rajah-rajahdan jimat. Mistik magis hitam
bersandar pada kekuatan setan dan roh jahat.
D. Objek
Pengetahuan Ilmu Mistik
Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala
yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat adalah realitas, realita adalah
ke-real-an, Riil artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah
kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang
menipu, juga bukan kenyataan yang berubah[5].
Objek pengetahuan
mistik adalah objek yang abstrak-supra-rasional, seperti alam ghaib termasuk
Tuhan, malaikat, surga, neraka, jin, dan lain-lain. Termasuk yang hanya dapat
diketahui melalui pengetahuan mistik adalah objek-objek yang tidak dapat
dipahami oleh rasio, yaitu objek-objek supra-natural (supra-rasional), seperti
kebal, debus, pelet, penggunaan jin dan santet.
E.Asal/Sumber Ilmu Mistik
Adapun pengetahuan
yang pra-ilmiah sesungguhnya diperoleh secara sadar dan aktif, namun bersifat
acak, yaitu tanpa metode, apalagi yang berupa intuisi, sehingga tidak
dimasukkan dalam ilmu. Dengan demikian, pengetahuan pra-ilmiah karena tudak
diperoleh secara sistematis-metodologis ada yang cenderung menyebutnya sebagai
pengetahuan “naluriah”. Dalam sejarah perkemba ngannya, di zaman dahulu yang
lazim di sebut tahap mistik, tidak terdapat perbedaan di antara pengetahuan
yang berlaku juga objeknya.
Pada tahap mistik,
sikap manusia seperti dikepung oleh kekuasaan gaib di sekitarnya, sehingga
semua objek tampil dalam kesemestaan dalam artian satu sama lain herdifusi
menjadi tidak jelas batas-batasnya.
Pengalaman ruhaniah
(mysticism) diperoleh dari ajaran agama melalui berbagai macam latihan,
dan ibadat. Ajaran suatu agama yang mencakup masalah aktivitas kemasyarakatan
sehari-hari, seperti ekonomi, pendidikan, dan lain sebagainya, juga mengajarkan
bahwa pendekatan rasa dan ruhaniah di atas hendaknya dihayati, dirasakan dan
dialami dalam aktivitas tersebut. Islam menginginkan penganutnya “hidup di
dunia dengan kakinya di bumi tetapi hatinya di langit”, atau bertasawuf menurut
ajaran syariat.[6]
Pengetahuan
mistik tidak diperoleh melalui indra ataupun melalui akal. Pengetahuan mistik
diperoleh melalui rasa. Dalam agama samawi, salah satunya agama islam, cara
untuk mendapatkan itu harus dengan cara membersihkan jasmani dan rohani
terlebih dahulu. Agar unsur rohani bersih maka harus menghilangkan nafsu
jasmani, diantara nafsu jasmani yang paling dominan adalah nafsu kelamin dan
nafsu perut. Karena keduanya inilah yang akan menyebabkan banyak orang memasuki
siksa tuhan di akhirat.
Dalam pandangan para sufi, cara memperoleh pengetahuan
mistik disebut juga thariqat yang terdiri dari maqam-maqam untuk menggapai
tuhan. Pada umumnya cara untuk memperoleh pengetahuan mistik adalah latihan
yang disebut jugariyadhah. Dari sinilah manusia memperoleh
pencerahan yang dalam tradisi tasawuf disebut dengan istilah ma’rifah.Begitu
pula dengan pengetahuan mistik yang di luar regional agama, cara untuk
mendapatkannya adalah latihan batin. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa metode untuk mendapatkan pengetahuan mistik adalah latihan.[7]
Di dalam Islam pengetahuan mistik diperoleh melalui
jalan tasawuf. Pengetahuan yang diperoleh misalnya tercakup dalam istilah ma’rifat,
al-ittihad, atau hulul. Pengetahuan mukasyafah, juga termasuk
pengetahuan mistik dalam tasawuf yang diperoleh memang bukan melalui jalan
indera atau jalan rasio.[8]
Pada umumnya pengetahuan mistik diperoleh dengan
latihan yang disebut riyadlah. Dari riyadlah itu manusia memperoleh pencerahan, memperoleh
pengetahuan yang dalam tasawuf disebut ma’rifat.
. FUkuran
Kebenaran Pengetahuan Mistik
Ukuran kebenaran sain di ukur dengan rasio dan bukti
empiris,. Bila teori sain rasional dan ada bukti empiris, maka teori itu benar.
Ukuran kebenaran pengetahuan filsafat adalah logis. Bila teori filsafat logis,
berarti teori itu benar, dimana logis berarti masuk akal dan logis dalam
filsafat dapat berarti rasional atau supra-rasional.
Kebenaran pengetahuan mistik di ukur
dengan berbagai ukuran. Apabila pengetahuan mistik berasal dari Tuhan yang
menyebutkan demikian. Ketika Tuhan (Allah) mengatakan dalam al-Qur’an bahwa
surga neraka itu ada, maka teks itulah
yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar.Adakalnya ukuran kebenaran
pengetahuan mistik itu kepercayaan seperti kepercayaan kita bahwa ijn bisa
melakukan sesuatu pekerjaan. Sehingga sesuatu dianggap benar apabila kita
mempercayainya.
Sedangkan
ukuran kebenaran pengetahuan mistik yang berupa teori adalah dengan bukti
empiris, seperti kebal terhadap benda tajam yang ditusukkan kepada tubuhnya.
Oleh karena itu, satu-satunya pengetahuan dapat disebut mistik adalah kita
tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat yang ada di dalam sesuatu
kejadian mistik.[9]
G. Hal-hal yang termasuk Mistik
1. Ilmu Gaib
Ilmu
gaib di sini adalah cara-cara dan maksud menggunakan kekuatan-kekuatan yang di duga
ada di dalam gaib, yaitu yang tak dapat di amati oleh rasio dan pengalaman
fisik manusia.
Kekuatan
gaib ini di percayai ditempat-tempat tertentu, pada benda-benda (pusaka)
ataupun berada dan menjelma dalam tubuh
manusia. Berdasarkan fungsinya, kekuatan gaib dibagi menjadi:
1. Kekuatan gaib hitam (black magic) untuk dan
mempunyai pengaruh jahat.
2. Kekuatan gaib merah (red-magic) untuk
melumpuhkan kekuatan atau kemauan orang lain (hypnotisme).
3. Kekuatan gaib kuning (yellow-magic), untuk
praktik occultisme.
4. Kekuatan gaib putih (white-magic), untuk
kebaikan.
2. Magis
Magis adalah suatu tindakan dengan
anggapan bahwa kekuatan gaib bisa mempengaruhi duniawi secara nonkultus dan
nonteknis berdasarkan kenangan dan pengalaman. Orang mempercayai bahwa karenanya
orang dapat mencapai suatu tujuan yang
diingininya dengan tak memperlihatkan hubungan sebab akibat secara langsung
antara perbuatan dengan hasil yang di ingini.
Hal-hal yang berhubungan dengan
magic antara lain:
1. Magic dan Takhayul
Orang percaya bahwa untuk membunuh
seseorang dapat dipergunakan bagian yang berasal dari tubuh orang yang
dimaksud.
2. Magic dan Ilmu Gaib
Mempercayai kemampuan membunuh dengan
menggunakan keampuhan rambut dan kuku melalui proses pengolahan tertentu secara
irasional tergolong ilmu gaib.
3. Magic dan Kultus
Perbuatan yang di anggap mempunyai
kekuatan memaksakan kehendak kepada supernaturan (Tuhan).
3. Kebatinan
Menurut
Prof. Djojodiguno, S.H., berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, aliran
kebatinan dapat dibedakan menjadi:
1. Golongan yang hendak menggunakan kekuatan gaib untuk
melayani berbagai keperluan manusia (ilmu gaib).
2. Golongan yang berusaha untuk mempersatukan jiwa
manusia dengan Tuhan selama manusia itu masih hidup agar manusia dapat
merasakan dan mengetahui hidup di alam baka sebelum mengalami kematian.
3. Golongan yang berniat mengenal Tuhan (selama manusia
itu masih hidup) dan menebus dalam rahasia ketuhanan sebagai tempat asal dan
kembalinya manusia.
4. Golongan yang berhasrat untuk menempuh budi luhur di
dunia serta berusaha menciptakan masyarakat yang sling menghargai dan mencintai
dengan senantiasa mengindahkan perintah-perintah Tuhan[10].
4. Tasawuf dan Tarekat
Tasawuf
disebut juga mistisme Islam memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan
Tuhan, sehingga di sadari benar bahwa seseorang bearti di hadirat Tuhan.
Menurut
Harun Nasution, intisari dari mistisisme (termasuk tasawuf) adalah kesadaran
akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan, dengan cara
mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran berada dekat dengan Tuhan itu
dapat mengambil bentuk ittihad (bersatu dengan Tuhan).
Tarekat
pada mulanya diartikan sebagai jalan yang harus dilalui oleh seorang sufi
dengan tujuan berada sedekat mungkin (taqarub) dengan Tuhan. Kemudian
tarekat mengandung organisasi (tarikat), tiap organisasi tarekat mempunyai
Syekh, upacara ritual, dan zikir serta nama tersendiri.
Pelaksanaan
tarekat itu antara lain:
1. Zikir, yaitu ingatan yang terus menerus kepada Allah
dalam hati, serta menyebut nama-Nya dengan lisan.
2. Ratib, yaitu menyebut la ilaaha illa Allah dengan
gaya gerak dan irama tertentu.
3. Muzik, yaitu dalam membaca wirid-wirid diiringi
bacaan-bacaan supaya lebih khidmat.
4. Bernafas, yaitu mengatur nafas pada waktu melakukan
zikir tertentu.
H. SIMPULAN
Ilmu
mistik adalah ilmu yang tidak bisa dipaham oleh rasio dan dalam Islam disebut
dengan Tasawus serta dalam orientalis Barat disebut Sufisme. Sedangkan struktur
dalam pengetahuan mistik, ilmu mistik ada dua yaitu mistik biasa dan mistik
magis. Dimana mistik magis ini ada dua yaitu mistik magis putih dan mistik
magis hitam.
Kemudian objek dari pengetahuan
mistik adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Dimana pengetahuan
mistik diperoleh secara sadar dan aktif, namun bersifat acak yaitu tanpa
metode. Sedangkan kebenaran pengetahuan mistik dibuktikan dengan rasio dan
empiris. Selain itu, hal-hal yang termasuk mistisme juga meliputi ilmu gaib,
magis, kebatinan serta tasawuf dan tarekat.
I.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bustanudin,2007, Agama dalam Kehidupan Manusia,
Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Bahtiar, Amsal,2011,
Filsafat Ilmu, Jakarta:Raja Grafindo Persada.
https://anggafadhilah.wordpress.com/2012/11/21/filsafat-pengetahuan-mistik,selasa 10/03/2015,
pukul. 09.50 WIB
Susanto, 2011, Filsafat Ilmu, Jakarta:Bumi Aksara.
Sururin, 2004, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta:Raja Grafindo
Persada.
Samsul Arifin, Bambang, 2008, Psikologi Agama, Bandung:Pustaka
Setia.
Tafsir, Ahmad,2010, Filsafat Ilmu, Bandung:Remaja
Rosdakarya.
[1]Bustanudin
Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta:Raja Grafindo Persad,2007),hlm.106.
[2]Sururin, Ilmu
Jiwa Agama, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2004),hlm.125-127.
[3]Ahmad tafsir, Filsafat
Ilmu, (Bandung:Remaja Rosdakarya,2010),hlm.112.
[4]Susanto, Filsafat
Ilmu, (Jakarta:Bumi Aksara, 2011),hlm.92-93.
[5] Amsal Bahtiar,
Filsafat Ilmu, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2011),hlm.133.
[6]Bustanudin
Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia, hlm.110.
[7]https://anggafadhilah.wordpress.com/2012/11/21/filsafat-pengetahuan-mistik,selasa 10/03/2015,
pukul. 09.50 WIB
[8]Ahmad tafsir, Filsafat
Ilmu, hlm.112.
[9]Ahmad tafsir, Filsafat
Ilmu, hlm.121-122.
[10] Bambang Samsul
Arifin, Psikologi Agama, (Bandung:Pustaka Setia, 2008),hlm.211-217.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar