Tasawuf
(Akhlak Al-Karimah)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Akhlak
yang baik ( Akhlakul Karimah ) adalah segala tingkah laku yang terpuji (
mahmudah ) bisa juga di namakan fadlilah ( kelebihan ). Al Ghazali
menggunakan perkataan munjiat yang berarti segala sesuatu yang
memberikan kemenangan atau kejayaan. Akhlak yang baik dilahirkan oleh
sifat-sifat yang baik. Oleh karena itu, dalam hal jiwa manusia dapat menelurkan
perbuatan-perbuatan lahiriah. Tingkah laku dilahirkan oleh tingkah laku batin,
berupa sifat dan kelakuan batin yang juga dapat bertolak-balik yang
mengakibatkan bertolak baliknya perbuatan jasmani manusia. Oleh karena itu,
tindak-tanduk batin ( hati ) itu pun dapat berbolak balik.
Dalam berusaha, manusia harus
menunjukkan tingkah laku baik, tidak bermalas-malasan, tidak menunggu tetapi
segera mengambil keptusan. Dalam mencari rizki juga demikian, harus menunjukkan
akhlak yang baik. Allah berfirman :
فَإَّذَا قُضِيَتِ الصَّلاَ ةُ فَا نْتَشِرُوا فِي الأَرْضِ وَ
ابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللَهِ وَاذْ كُرُوا اللَهَ كَثِيْرًا لَعَلّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ
Artinya :
Apabila telah
ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. ( QS.
Al-Jum’ah ( 62 ): 10 ).
Ayat ini memberi motifasi yang tinggi
untuk mencari rezeki di muka bumi ini, namun harus melalui cara-cara yang baik.
Dilam berusaha, jangan lupa berdoa sambil berusaha, dalam artian segala
kemampuan dikerahkan namun harus berserah diri kepada Allah. Sesudah berusaha
dan berdoa maka yang terakhir ialah tawakal kepada Allah.
1.2
Rumusan
Masalah
A.
Definisi
Akhlaqul karimah
B.
Bentuk-bentuk
Akhlaqul Karimah
C.
Karakteristik
Akhlaqul Karimah
D.
Konsep
Akhlaqul karimah dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Akhlaqul karimah
Akhlak terpuji merupakan terjemahan dari ungkapan bahasa Arab akhlak
mahmudah. Mahmudah merupakan bentuk ma’ul dari kata hamida yang
berarti “dipuji”. Ahlaq terpuji disebut pula dengan akhlaq karimah
( akhlak mulia ), atau makarim al-akhlaq ( akhlak mulia ),
atau al-akhlaq al munjiyat ( akhlak yang
menyelamatkan pelakunya ). Istilah yang terakhir berasal dari hadits Rasulullah
SAW, yang terkenal, yaitu[1] :
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُ تَمِّمَ مَكَا رِمَ الأَخْلاَقِ (رواه أحمد)
Artinya :
“ Sesunggnya aku diutus untuk menyempurnakan perangai ( budi pekerti
) yang mulia”.
Baik dalam bahasa Arab disebut Khair, dalam bahasa inggris
disebut good. Dalam beberapa kamus dan ensiklopedia, diperoleh
pengertian baik sebagai berikut :
1.
Baik
berarti sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.
2.
Baik
berarti sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan
persesuaian dan seterusnya.
3.
Baik
berarti sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan dan
memberikan kepuasan.
4.
Baik
berarti sesuatu yang sesuai dengan keinginan.
5.
Sesuatu
yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang
atau bahagia, bila ia dihargai secara positif.
Sesuatu bisa
dikatakan baik apabila ia memberikan kesenangan, kepuasan, kenikmatan, sesuai dengan
yang diharapkan, dapat di nilai positif oleh perbuatan yang disenangi.
Perbuatan baik merupakan akhlaqul karimah yang wajib dikerjakan.
Al-Ghazali menyebutkan, perbuatan dapat dikatakan baik karena adanya
pertimbangan akal yang mengambil keputusan secara mendesak, seperti
menyelamatkan orang tenggelam atau orang yang menderita kecelakaan.
Baik
berarti sesuatu yang pantas dikerjakan dan diusahakan atau dikehendaki. Sesuatu
yang baik ialah yang memenuhi hasrat dasar manusia. Bila diterapkan bagi kehendak
manusia merupakan predikat yang positif. Dalam filsafat dikatakan bahwa
kebaikan melandaskan diri pada kebaikan dan setiap kenyataan yang ada
berkecenderungan mempertahankan diri. Mengerjakan kesempurnaan dirinya tetap
berada, sehingga pada hakikatnya dapat bersifat dan berbuat baik. Baik
dikatakan baik, apabila dilakukan secara fitraha manusia sesuai dengan
hakikatnya.
Jadi,
akhlaqul karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda
kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlaqul karimah
dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji. Hamzah Ya’qub mengatakan
akhlak yang baik adalah mata rantai iman. Salah satu contoh adalah malu berbuat
jahat yang merupakan salah satu dari akhlak yang baik. Menurut Al-Ghazali
akhlah yang baik ( akhlaqul karimah ) misalnya sabar, benar dan tawakal,
dinyatakan sebagai gerak jiwa dan gambaran batin seseorang yang secara tidak
langsung menjadi akhlaknya. Pandanga Al-Ghazali tentang akhla k yang baik
hampir senada dengan pendapat Plato. Plato mengatakan bahwa orang utama adalah
orang yang dapat melihat kepada Tuhannya secara terus menerus seperti ahli seni
yang selalu melihat pada contoh-contoh bangunan. Al-Ghazali memandang bahwa
orang yang dekat kepada Allah adalah orang-orang yang mendekati ajaran-ajaran Rasulullah
yang memiliki akhlak sempurna. Di sini ada titik persamaan pandangan Al-Ghazali
dengan Plato tentang taqarub atau mendekat kepada Allah.
Al-Ghazali
menerangkan adanya empak pokok keutamaan akhlak yang baik, yaitu sebagai
berikut :
·
Mencari
Hikmah. Hikmah adalah keutamaan yang lebih baik. Ia memandang bentuk hikmah
yang harus dimiliki seseorang, yaitu jika berusaha untuk mencapai kebenaran dan
ingin terlepas dari semua kesalahan dari semua hal.
·
Bersikap
Berani. Berani berarti sikap yang dapat mengendalikan kekuatan amarahnya dengan
akal untuk maju. Orang yang memiliki akhlak baik biasanya pemberani, dapat
mnimbulkan sifat-sifat yang mulia, suka menolong, cerdas, dapat mengendalikan
jiwanya, suka menerima saran dan kritik orang lain, penyantun, memiliki peraaan
kasih dan cinta.
·
Bersuci
diri. Suci berarti mencapai fitrah , yaitu sifat yang dapat mengendalikan
syahwatnya dengan akal dan agama. Orang yang memiliki sifat fitrah dapat
menimbulkan sifat-sifat pemurah, pemalu, sabar, toleransi, sederhana, suka
menolong, cerdik, dan tidak rakus. Fitrah merupakan suatu potensi yang
diberikan Allah, dibawa oleh manusia sejak lahir yang menurut tabiatnya
cenderung kepada kebaikan dan mendorong manusia untuk berbuat baik.
·
Berlaku
Adil. Adil, yaitu seorang yang dapat membagi dan memberikan haknya sesuai
dengan fitrahnya, atau seorang mampu menahan kemarahannya dan nafsu syahwatnya
untuk mendapatkan hikmah dibalik peristiwa yang terjadi. Adil juga berarti
tindakan keputusan yang dilakukan dengan cara tidak berat sebelah atau
merugikan satu pihak tetapi saling menguntungkan. Pepatah mengatakan langit dan
bumi ditegakkan dengan keadilan.
Orang yang mempunyai akhlak baik dapat bergaul dengan masyarakat
secara luwes, karena dapat melahirkan sifaat saling cinta-mencintai dan saling
tolon- menolong. Sebaliknya orang yang tidak memiliki akhlak baik, tidak dapat
bergaul dengan masyarakat secara harmonis, karena sifatnya dibenci oleh
masyarakat umumnya. Akhlak yang baik bukanlah semata-mata teori yang
muluk-muluk, melainkan akhlak sebagai tindak ntanduk manusia yang keluar dari
hati. Akhlak yang baik merupakan sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya.
Suatu perbuatan yang dilihat merupakan gambaran dari sifat-sifatnya tertanam
dalam jiwa baik atau jahatnya[2].
Dikalangan para ahli tasawuf sebelum pembinaan akhlak terlebih
dahulu mengetahui sistem pembinaan mental yang dikenal dengan istilah takhalli,
tahalli, dan tajalli. Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan
jiwa dari sifat-sifat tercela, karena sifat-sifat tercela itulah yang dapat
mengotori jiwa manusia. Tahalli adalah mengisi jiwa (yang telah kosong) dari
sifat-sifat tercela dengan sifat-sifat terpuji.
Jadi dalam rangka pembinaan mental, pensucian jiwa hngga dapat
berada dekat dengan Tuhan maka pertama kali yang dilakukan adalah mengkosongkan
atau pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela. Kemudian jiwa yang kosong diisi
dengan sifat-sifat yang terpuji (akhlakul karimah), sehingga akhirnya sampailah
pada tingkat berikutnya dengan apa yang disebut “tajalli”. Sedangkan tajalli
adalah tersingkapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur Illahi.
Oleh karena itu sistem pembinaan mental sebelum sesorang bisa
mempunyai akhlak mahmudah (akhlakul karimah) dimana akhlakul karimah dilahirkan
oleh sifat-sifat mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia. Sehingga sikap dan
tingkah laku yang lahir merupakan cermin atau gambaran daripada sifat atau
kelakuan batin[3].
2.2 Macam-macam Akhlaqul Karimah
Dalam menentukan macam-macam akhlaqul karimah, para pakar muslim
uumnya merujuk pada ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Ini tentunya sering
dengan konsep baik dan buruk dalam pandangan Islam, sebagaimana telah di
paparkan. Muhammad bin Abdillah As-Sahim, umpamanya menyebutkan bahwa di antara
akhlaqul karimah adalah bergaul secara baik dan berbuat baik kepada atsesama,
adil, rendah hati, jujur, dermawan, tawakal, ikhlas, bersyukur, sabar dan takut
kepada Allah SWT. Selain sifat-sifat itu, Al-Qurthubi (1214-1273)
menambahkannya dengan sifat memberi nasihat kepada sesama, membenci
dunia,zuhud, serta mencintai Allah dan Rasul-nya. Hasan al-Aththar menambahinya dengan
keselamatan batin (hati). Al-Muttaqi Al-Hindi (1477-1567) dalam kanzul al-ummam
menjelaskan akhlaqul karimah berdasarkan abjad, dan hampir semua akhlaqul
karimah disebutkan dalam kitabnya.
Dalam sebuah
riwayat dari Aisyah dikatakan bahwa akhlaqul karimah ada sepuluh, yaitu jujur,
berani di jalan Allah, memberi pada pengemis, membalas kebaikan orang lain,
silaturrahmi, menunaikan amanat, memuliakan tetangga, tamu, dan malu ( Perawi
tidak menyebutkan yang kesepuluh )[4].
Dalam keterangan
lain, akhlaqul karimah dibagi menjadi dua belas, yaitu[5] :
Ø Ridla kepada Allah SWT.
Ø Cinta dan beriman kepada Allah SWT.
Ø Beriman kepada Malaikat, Kitab, Rasul, hari kiamat, dan takdir.
Ø Taat beribadah.
Ø Selalu menepati janji.
Ø Melaksanakan Amanah.
Ø Berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan.
Ø Qonaah ( rela terhadap pemberian Allah SWT ).
Ø Tawakal ( berserah diri ).
Ø Sabar.
Ø Syukur.
Ø Tawadlu’ ( merendahkan diri )
dan segala perbuatan yang baik menurut pandangan Al-Qur’an dan
Al-Hadits.
2.3 Karakteristik
Akhlaqul Karimah
Akhlaqul karimah mempunyai
karakteristik yang jelas dan nyata bagi pelakunya. Ajaran akhlak diterapkan
secara sungguh-sungguh diharapkan bisa menyelamatkan dunia yang terpecah-pecah
dalam berbagai bagian. Perpecahan saling mengintai dan berbagai krisis yang
belum diketahui bagaimana cara mengatasinya.
Tidak mudah membahas karakteristik
ajaran akhlaqul karimah, karenab ruang lingkupnya sangat luas, mencakup
berbagai aspek kehidupan manusia. Untuk mengkaji secara rinci semua
karakteristik ajaran akhlaqul karimah perlu ditelusuri, mulai
dari risalah Allah terakhir dan menjadi agama Islam yang diridlai Allah, untuk
dunia dan seluruh umat manusia sampai datangnya hari kiamat. Allah berfirman :
اليَوْمَ أَكْمَلْتُ
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمْ الإسْلَامَ
دِيْنًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ
مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لإِثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُوْرُ رَحِيْمُ
Artinya :
Pada hari ini
telah aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridlai Islam menjadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesunggunya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang ( QS. Al-Maidah (5) : 3).
Karakteristik
ajaran akhlaqul karimah, mengacu pada karakteristik ajaran Islam dalam bidang
ilmu dan kebudayaan, pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, politik, pekerjaan
dan berbagai disiplin ilmu. Karakteristik ajaran akhlaqul karimah adalah
suatu karakter yang harus dimiliki oleh seorang muslim dengan berdasarkan
Alquran dan hadits dalam berbgai bidang ilmu, kebudayaan, pendidikan, sosial,
ekonomi, kesehatan, politik, pekerjaan, disiplin ilmu dan berbagai macam ilmu
khusus. Karakteristik ini banyak terdapat didalam sumber-sumber ajaran Alquran
dan hadits. Aspek-aspek akhlaqul karimah ini telah menjadi
pedoman hidup bagi setiap umat Islam. Aspek-aspek aklaqul karimah ini diberi karakter sendiri dalam berbagai
ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial, politik, pekerjaan, kesehatan,bdan disiplin
ilmu untuk sepanjang masa.
Karakteristik
ajaran akhlaqul karimah dalam potret yang ditampilkan Muhammad Iqbal
bernuansa filosofis dan sufistik. Karakteristik ajaran akhlaqul karimah yang
ditampilkan Fazlur Rahman bernuansa histori dan filosofis. Karakteristik ajaran
akhlaqul karimah yang ditampilkan pemikir dari Iran seperti Ali
Syariati, Sayed Hossen Nasr, dan Murtadla Muthahari banyak menguasai pemikiran
filsafat modern dan ilmu sosial yang bersal dari Barat. Mereka telah
menunjukkan sisi kelemahan dari berbagai pemikiran filsafat modern dan ilmu
sosial dari Barat. Melalui kritikannya yang akurat dan solusi yang ditawarkan
Islam, maka perlu dibangun dari pendekatan filosofis dan sufistikya.
Selanjutnya
di Indonesia dikenal pemikiran Harun Nasution yang banyak menggunakan
pendekatan filosofis dan histori sebagai pedomannya. Muncul pula H.M. Rusydi
dengan karyanya Kritik Islam ditinjay dari Berbagai segi Aspeknya yang menggunakan pendekatan normatis dan
Legalistik. Kemudian muncul Nurcholis Madjid yang terkenal dengan idenya Sekularisasi
Sebagai Upaya Mengkomunikasian Islam dengan berbagai Maslah Kehidupan, tetapi
telah ditentang oleh Endang Saefuddin dengan melihat bahwa Islam tidak mengenak
sekularisasi, dalam arti pemisahan urusan dunia dan urusan akhirat.
Istilah
karakteristik ajaran akhlaqul karimah terdiri dari dua kata
karakteristik dan akhlaqul karimah. Kata karakteristik dalam
Kamus Bahasa Indonesia, di artikan sebagai sesuatu yang mempunyai karakter atau
sifatnya yang khas. Sedangkan Akhlaqul karimah di artikan
perilaku manusia yang mulia, sesuai fitrahnya seperti yang dicontohkan Nabi
Muhammad SAW, yang berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan di dunia
ini melalui wahyu Allah SWT.
Karakteristik ajaran akhlaqul karimah
mengandung pesan-pesan sebagai berikut
Ø Pesan menuruti perintah Allah dan menyerahkan diri kepada-Nya.
Orang yang memiliki akhlaqul karimah ,dan mengikuti segala ajaran
yang ditntukan Allah secara kaffah.
Ø Pesan agar manusia hidup sejahtera,tidak tercela, tidak cacat,
selamat, tentram dan bahagia. Ini berarti bahwa setiap muslim wajib
mengusahakan dirinya dan keluarganya hidup sejahtera,tentram, selat dan
bahagia, baik di dunia maupun di akhirat dengan tuntutan ajaraan Rabbil ‘Alamin.
Ø Pesan agar manusia mengakui adanya Allah, menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Allah sebagai penyelamat hidupnya.Pesan ini berarti bahwa
setiap orang islam harus mengaku dan sadar
adanya Allah. Kemdian ia menyerahkan diripada kekuaanya. Kemudian ia
menyerahkan diripada kekuasaanya dengan menurut segala titah dan firman-Nya
sehingga selamat di dunia dan akhirat.
Ø Pesan agar manusia hidup secara damai dan sejahtera. Artinya bahwa
Akhlaqul karimah mengajarkan kepada manusia hidup dalam dunia dan akhirat
Orang-orang yang berakhlaqul karimah adalah orang yang menganut
ajaran perdamaian dan mencemirkan jiwa perdamaian dalam segala tingkah laku.
Karakteristik
ajaran akhlakul karimah adalah suatu karakteristik
Yang harus
dimulai oleh setiap umat Islam dengan berpedoman pada Alquran dan hadits dalam
berbagai ilmu dan kebudayaan, pendidkan, sosial, ekonomi, kesehatan, politik,
pekerjaan, dalam berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki ciri-ciri
khas tersendiri[6].
2.4 Kosep Akhlaqul Karimah
Konsep akhlaqul karimah
dalam Islam merupakan suatu pedoman bagi manusia untuk menjalani kehidupannya
dengan berperilaku yang baik dan tidak meninggikan dirinya sendiri maupun orang
lain. Sebagai manusia yang memiliki fitrah berakhlak mulia, hendaklah bersyukur
kepada Allah. Dengan berakhlak baik insya Allah selamat hidup di dunia dan di
akhirat kelak. Ketentraman dan ketenangan jiwa merupakan unsur pertama dalam
menciptakan kebahagiaan dan keselamatan. Kebahagiaan itu dapat dicapai dengan
dasar iman yang kuat, bulat, teguh dan beramal shaleh yang benar. Allah
berfirman :
الَّذِيْنَ ءَا مَنُوا وَعَمِلوْا الصَّلِحَتِ طُوْبَى لَهُمْ
وَحُسْنُ مَأَبٍ
Artinya :
Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka
kebahagiaan ( di dunia ) dan ( di akhirat ) tempat kembali
yang baik. ( QS. Ar-Ra’d (13) : 29 )
Konsep aklaqul
karimah secara umum ada dua, yaitu
percaya adanya Tuhan dan percaya adanya hari pembalasan. Selanjutnya akhlak
Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang menggunakan tolok ukur ketentuan
Allah. Quraisy Shihab dalam hubungan ini mengatakan bahwa tolok ukur kelakuan
baik mestinya merujuk pada ketentuan Allah. Rumusan akhlak Islami yang demikian
menurutnya adalah rumusan yang diberikan oleh kebanyakan Ulama.
Konsep akhlaqul
karimah bersifat mengarahkan,
membimbing, mendorong, membangun peradaban manusia, dan mengobati penyakit
sosial dari jiwa dan mental. Tujuan berakhlak baik bukan untuk mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang diidamkan
manusia bukan semata berakhlak secara Islami, tetapi bertujuan untuk
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Konsep akhlaqulkarimah
dapat ditegaskan sebagai berikut :
1.
Konsep
kebajikan nyang mutlak. Islam telah mengarahkan akhlaqul karimah baik
perorangan atau masyarakat pada setiap keadaan, oleh karena itu wajib bagi
pemeluknya melaksanakann terus-menerus dan berkesinambungan.
2.
Konsep
kebaikan yang menyeluruh. Akhlak Islami menjamin kebaikan untuk seluruh umat
manusia bahkan seluruh alam ini (rahmatal lil ‘alamin).
3.
Konsep
kemampuan. Akhlak Islami menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada ilmu dan
kemampuan yang dimiliki manusia itu.
4.
Konsep
kewaqjiban yang dipenuhi. Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia, karena mencapai
seluruh aspek kehidupan.
5.
Konsep
kelestarian alam. Selain itu dasar akhlaqul karimah dalam Islam juga
memperhatikan kelestarian dan keselamatan binatang. Nabi Muhammad SAW. Bersabda
:
فَقَالَ
اتَّقُوا اللَّه فِي هَذِهِ اْلبَهَا ئِمِ المُعْجَمَةِ فَارْكُبُوْهَا صَالِحَةً
وَكُلُوْهَ صَالِحَةً ( رواه أبُو داود )
Artinya
:
Bertakwalah
pada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah dan beri makanlah
dengan baik. ( HR. Abu Daud ).
Demikian bahwa akhlaqul karimah dalam Islam memperhatikan
komprehensif menyeluruh, mencakup berbagai makhluk yang yang diciptakan Tuhan.
Dasar akhlak Islami jauh lebih sempurna, ia mencakup hubungan dengan manusia,
hubungan dengan binatang, tumbuhan, udara, alam, dan kepada Tuhannya.
Islam telah menunjukkan sumber-sumber akhlak yang tercantum dalam
Alquran dan hadits. Pada Alquran dan hadits sudah tersurat makna segala yang
baik, berupa suruhan dan berupa larangan untuk dilakukan oleh manusia selama hidup
di dunia. Cara ber-akhlaqul karimah harus mencontoh orang-orang
terdahulu,n seperti orang-orang yang telah dianugerahkan Allah kepadanya,
Seperti Nabi Muhammad SAW dan nabi Ibrahim serta pengikutnya[7].
Allah berfirman :
إِنَّ
اَخْلَصْنَهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرِى الدَّارِ
Artinya
:
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan ( menganugerahkan
kepada mereka ) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan ( manusia )
kepada negeri akhirat. ( QS. Shad (38) : 46 ).
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُلِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ
كَانَ يَرْجُ اللّهَ وَاليَوْمَ الأَخِرَ وَذَكَرَ اللّهَ كَثِيْرً
Artinya
:
Sesungguhnya
sudah ada pada ( diri ) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu ( yaitu )
bagi orang yang mengharap ( rahmat ) Allah dan
( kedatangan ) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. ( QS. Al-
Ahzab (33) : 21 )
قَدْ كَاَنَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسنَةٌ فِي إِبْرَاهِيْمَ
وَالَّذِيْنَ مَعَهُ إِذْقَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّ بُرَءَاؤُا مِنْكُمْ وَمِمّا
تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَينَكُمُ
العَدَاوَةُ وَالبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
Artinya :
Sesungguhnya
sudah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka : “Sesungguhnya
kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami
ingkari ( kekafiran ) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya sampai
kamu beriman kepada Allah saja ( QS. Al-Mumtahanah (60): 4 )
Sumber inilah sebagai
pembimbing, petunjuk jalan utama bagi anusia menuju jalan benar yang di ridlai
Allah, supaya manusia selamat di dunia dan di akhirat. Islam tidak mengabaikan
umatnya, tetapi menaruh hormat pada fitrah manusia. Islam tidak memaksanakan
manusia untuk melakukan ini dan itu, tetapi Islam meletakkan semua tanggung
jawab akhlaqul karimah pada pilihan ( ikhtiar ) dan usaha orang
itu sendiri secara individu masing-masing.
Nilai-nilai
luhur yang tercantum dalam konsep akhlakul karimah sebagai sifat
terpuji ( mahmudah ) adalah sebagai berikut [8]:
1.
Berlaku
jujur ( al-amanah )
2.
Berbuat
baik kepada kedua orang tua ( birrul walidatain )
3.
Memilihara
kesucian diri ( al-karimah )
4.
Kasih
sayang ( ar-rahman )
5.
Berlaku
hemat
6.
Menerima
apa adanya dan sederhana
7.
Perlakuan
baik kepada semua
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon, 2010, Akhlak
Tasawuf, Bandung : PUSTAKA SETIA
Abdullah,
M. Yatimin. 2007, Studi Akhlak dalam Perspektif
Alquran, Jakarta : AMZAH
Mustofa, A., 2005, Akhlak Tasawuf, Bandung : PUSTAKA SETIA
[1] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, ( Bandung : PUSTAKA SETIA,
2010 ) hlml. 87.
[2]
Drs. M. Yatimin
Abdullah. Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran
( Jakarta : AMZAH, 2007 ) hlm. 39-41.
[3] A. Mustofa,
Akhlak Tasawuf, ( Bandung : PUSTAKA SETIA, 2005 ) hlm. 197-198.
[4] Akhlak Tasawuf, hlm. 89.
[8] Drs. M. Yatimin
Abdullah. Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran hlm.
192
Tidak ada komentar:
Posting Komentar